Mohon tunggu...
Deassy M Destiani
Deassy M Destiani Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Magister Psikologi, Pendidik, Ibu Rumah Tangga, Pebisnis Rumahan

Seorang Ibu dua anak yang suka berbagi cerita lewat tulisan..

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ngobrol Waspada Pornografi Bersama Anak

18 Maret 2018   13:52 Diperbarui: 18 Maret 2018   14:03 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber (Daily Pakistan)

Beberapa waktu lalu, dunia maya dihebohkan dengan video anak balita yang menonton film porno. Padahal disampingnya ada seorang Ibu yang diduga adalah orangtuanya. Pertama kali saya menemukan video itu diposting di grup wa pendidik Paud. Reaksi saya adalah menyarankan teman-teman pendidik untuk segera menghapus dan jangan share ulang ke grup atau teman lain. Namun tak lama kemudian saya menemukan video itu sudah ada di linimasa FB, diposting oleh seseorang dan menjadi viral. Saya coba laporkan konten tersebut agar diblokir FB namun sepertinya terlanjur menyebar kemana-mana.

Saya berpikir bagaimana perasaan sang Ibu saat melihat dirinya dianggap mengabaikan tontonan sang anak. Padahal saya yakin dari raut mukanya sang Ibu tidak tahu jika yang ditoton anak adalah film porno. Begitupula dengan si anak. Jika dia memang sengaja ingin menonton film porno dan tahu bahwa film itu tidak baik baginya, dia akan sembunyi-sembunyi. Ini kan anaknya di sebelah sang Ibu dengan wajah polos tanpa ekspresi. Seolah yang dilihat itu sesuatu yang baru dan tak pernah dia tonton sebelumnya.

Mungkin maksud penyebar dan perekam video itu baik, yaitu agar orang tahu bahaya gawai yang ditimbulkan jika tidak diawasi ortu. Namun akan lebih baik jika setelah merekam kemudian menegur atau mengajak bicara orangtuanya. Saya yakin keduanya sama-sama tidak tahu. Si Ibu tidak tahu apa yang ditonton anak, bahkan mungkin tidak tahu jika di gawainya ada video mesum seperti itu. Dia pikir anaknya hanya menoton film kartun sesuai usianya saja. Sementara si anak, asal pencet saja video yang ada pada gawai. Ternyata ada film yang dia tak pernah menontonnya, lalu dia memperhatikan apa yang dilakukan dua orang berlainan jenis dalam video tersebut yang memperagakan adegan seksual.

Dalam sebuah seminar Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak (KPAI), Maria Advianti mengatakan, hampir 100 persen anak sudah melihat materi pornografi. Hal ini beliau sampaikan pada tanggal 21 Februari 2017. Setiap anak yang pernah diberikan gawai oleh orangtuanya memang bisa jadi sengaja ataupun tak sengaja sudah terpapar konten pornografi.

Saya sendiri sebagai orangtua yang mendampingi anak usia 10 dan 12 tahun dalam berselancar di dunia maya sering menemukan konten atau tulisan dengan judul berbau pornografi. Hal ini tentunya memancing orang untuk membaca lebih lanjut. Bahkan terkadang ada iklan obat kuat khusus dewasa tiba-tiba muncul dengan judul dan gambar bikin penasaran siap untuk di klik ikonnya di tengah artikel yang sedang dibaca.

Begitupula di youtube. Saya pernah menemukan film kartun dengan rating XXX untuk judul film favorit anak seperti Batman, Superman, Frozen, Cinderella dll. Adapula film kartun LGBT yang menampilkan adegan kedekatan sesama jenis. Misal Spiderman dan Batman pacaran. Selain itu kita juga harus waspada terhadap film kartun Jepang atau Anime dengan istilah "Hentai". Hentai adalah kartun dengan rating dewasa dan banyak menampilkan adegan pornografi. Jadi jika Anda melihat anak menonton film kartun, pastikan bahwa itu kartun yang sesuai umurnya. Bukan kartun yang mengandung pornografi.

Orang tua juga harus lebih perhatian, Instagram dan FB seringkali menjadi media alternatif dalam menyajikan aksi pornografi. Sepertinya media sosial belum ada filter penyaringnya kecuali dilaporkan satu persatu oleh yang peduli. Orang bebas posting aktifitas seksualnya di media sosial. Bahkan sering disalahgunakan sebagai alat pelacuran online. Ada seorang anak SD yang dimasukkan ke grup FB pornografi oleh seseorang, untungnya orang tuanya memeriksa FB anak sehingga bisa dikeluarkan dari grup tersebut dan memblokir akunnya.

Seringkali di Instagram tiba-tiba muncul gambar atau video porno yang menjadi trending topik atau banyak yang like meskipun kita tidak folow akunnya. Para pembuat akun tersebut memang sengaja mengajak orang untuk klik gambar dan link yang ada disana. Semakin banyak yang klik semakin banyak mendapat uang. Foto dan video itu muncul begitu sja tanpa kita minta.

Akhirnya untuk mengatasi hal ini saya ajak anak-anak melihat langsung di Instagram. Kedua anak saya sudah punya akun Instagram yang dulu digunakan untuk jualan online dan belajar buat slime. Saya perlihatkan mereka sebuah foto vulgar yang muncul di instagram, lalu saya ajak ngobrol anak saya,

"Nak, kalau kamu melihat yang begitu menurutmu gimana?"

"Ih.. saru Bu... masa itu auratnya diperlihatkan begitu sih".

"Nah itu yang melakukannya hanya orang-orang yang gak punya iman dan rasa malu saja. Jadi kalau kamu melihat orang telanjang, berciuman, berpelukan dua lawan jenis, dan mereka pasang di Instagram foto atau videonya, menurut kalian itu bagus gak?"

"Yah gak dong Bu... Masa kayak gitu diliatin ke orang banyak sih".

"Good! Jangan sampai aurat kita menjadi tontonan dan diperlihatkan ke seluruh dunia. Nah jadi kalau kalian nanti menemukan foto atau video yang seperti itu lewati saja. Pertama, hal itu namanya zinah mata. Itu dosa. Kedua, melihat hal tidak pantas seperti itu akan merusak otakmu. Semakin banyak yang kamu lihat semakin rusak otakmu. Nanti otakmu hampir sama atau bahkan lebih parah daripada otak yang menggunakan narkoba. Kamu mau otakmu seperti itu?" Saya perlihatkan gambar otaknya.

"Hah.. otaknya bolong-bolong dan berkerut gitu Bu. Kok bisa sih ?"

"Nak... di dalam otak manusia itu ada bagian yang namanya Pre Frontal Cortex (PFC). PFC bekerja seperti pemimpin yang berfungsi untuk merencakana masa depan, mengambil keputusan, membentuk kepribadian dan berinteraksi sosial. PFC juga yang membedakan manusia dengan mahluk lainnya karena PFC ini hanya dimiliki oleh otak manusia saja. Namun, PFC ini rentan rusak, akibat gejala fisik, seperti benturan, maupun karena efek kimia seperti narkoba dan zat adiktif lainnya. PFC juga dapat terganggu sistemnya atau rusak karena gambar atau video tak berbusana yang kamu tonton".

"Oh.... gitu yah Bu"

"Soalnya nih, menonton tayangan tak berbusana atau orang sering menyebut "pornografi" itu sama saja dengan narkolema atau kecanduan narkotika lewat mata. Pertama kali melihat adegan pornografi, kamu akan merasa jijik. Kemudian sistem limbik dalam otak akan mengeluarkan hormon atau zat dopamin yang membuat manusia merasa senang dan nyaman. Hormon dopamin ini berfungsi untuk memberikan rasa senang sekaligus memacu rasa penasaran dan candu. Lalu otak akan mengingat bagaimana caranya mencari kesenangan dan bagaimana cara memperolehnya.

"Hmmmmm" (anak mikir)

"Nah kalau kamu lagi bosan gak ada kegiatan positif, bete, atau ingin mencari kesenangan, sistem di otak akan mendorong manusia untuk mengarahkan ke pornografi tadi. Sebab otak sudah merekam memori "senang" untuk melihat pornografi. Dopamin juga mendorong manusia untuk mengonsumsi pornografi lebih jauh lagi dari yang dilihat pertama kali. Begitu terus hingga kecanduan".

"Terus Bu...."

"Orang yang kecanduan pornografi membuat sistem limbik mengalirkan dopamin secara berlebihan dan membanjiri PFC. Nah PFC di otak kita kemudian akan mengerut dan sistemnya mengalami gangguan alias korslet kalau listrik tuh. Hal ini menyebabkan orang kehilangan konsentrasi, mengalami kesulitan untuk menimbang mana yang baik dan mana yang salah serta kurang cakap dalam mengambil keputusan. Akibatnya, orang seperti itu bisa melakukan melakukan tindakan asusila. Seperti orang yang kamu lihat buka baju dan foto telanjang di internet itu. Otak mereka sudah rusak nak. Sudah gak punya malu dan berpikir mana yang baik dan tidak buat dirinya sendiri".

"Wah serem amat Bu..."

"Ya serem banget nak, jadi jangan coba-coba yah sayang. Karena kalau otak sudah rusak begitu susah mengobatinya".

"Ya Bu... amit-amit deh. Aku gak mau otakku rusak dan bolong-bolong".

"Ya Nak... Alhamdulillah kalau kamu sudah sadar bahwa hal itu tidak baik buatmu sendiri. Kamu tahu kan, Ibu tidak bisa setiap kali mengawasimu. Kamu mungkin bisa bohong sama Ibu jika melihat hal sepeerti itu. Tetapi kamu tidak bisa bohong sama Allah dan juga sama otakmu. Kerusakan otak yang kamu bikin sendiri hanya akan menyebabkan kamu menjadi anak yang gelisah, mudah cemas, susah konsentrasi, malas, tidak tahu mana yang baik dna buruk dan akhirnya tidak punya masa depan".

Anak-anak diam menyimak penjelasan saya. Memang saya tidak perlu jawaban atau janji apapun dari anak-anak. Tetapi saya yakin anak-anak sudah punya komitmen pada diri sendiri bahwa ada hal tertentu yang tidak baik buat mereka dan itu tidak boleh mereka biarkan merusak diri mereka sendiri. Kesadaran itu yang saya harapkan dari anak-anak saya. Sebagai orang tua tentunya harus tetap mendampingi dan mengontrol tontonan, bacaan, media sosiall dan pergaulan anak-anak kita agar jangan terjerumus ke jalan yang salah. Jangan lupa dekatkan anak pada agama, karena itu bisa menjadi pengontrol diri anak-anak zaman now.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun