Mohon tunggu...
Deassy M Destiani
Deassy M Destiani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Penulis, Pebisnis Rumahan

Seorang Ibu dua anak yang suka berbagi cerita lewat tulisan..

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kebiri Saja Pelaku Sodomi Anak!

16 April 2014   14:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:37 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya kaget, sedih dan gemes banget membaca berita tentang anak laki laki umur 5 tahun yang disodomi oleh petugas cleaning service sebuah sekolah ternama di Jakarta. Orang yang seperti itu harusnya dihukum seberat-beratnya. Kalau perlu dikebiri saja sehingga kapok. Hukuman mati juga boleh deh. Jangan hanya setahun dua tahun bebas, itu trauma anaknya seumur hidup lho!

Trauma yang berkepanjangan dari si anak pastinya akan membuat luka yang sulit diobati. Bahkan bisa menjadi sebuah pola. Karena biasanya orang yang pernah disodomi akan mencari kenikmatan seperti itu lagi. Seperti halnya yang banyakterjadi pada anak anak jalanan. Kasus sodomi pada anak jalanan oleh pria yang lebih dewasa dalam komunitas itu membuat anak-anak yang pernah menerima perlakuan sodomi juga melakukannya lagi pada teman sebayanya atau anak yang lebih kecil dari mereka. Sehingga rantainya susah untuk diputus. Selain itu mereka yang memang tarafnya sudah kelainan seksual pasti akan mencari mangsa baru lagi untuk memuaskan nafsu bejatnya.

Namun dalam kasus yang terbaru di sebuah TK Internasional ini,saya yakin kasih sayang sang Ibu yang begitu melindungi anaknya akan membuat si anak bisa pulih dari traumanya, tentu saja harus dengan bantuan psikolog dan juga dokter agar anak tersebut bisa kembali normal seperti biasanya.Mungkin bisa juga dengan hypnoterapi dengan menghilangkan sisi kelam dalam hidup si anak dan menjadikan anak itu melupakan semua yang membuatnya ketakutan.

Sodomi merupakan bagian dari perilaku penyimpangan seksual. Hal ini bisa terjadi karena trauma masa lalu si pelaku misalnya mengalami pelecehan seksual atau terjerumus dalam pergaulan yang salah. Saya pernah secara tidak sengaja membaca sebuah diary dari pria yang melakukan hubungan sesama jenis. Sebetulnya keduanya adalah pria normal, masih menyukai perempuan. Namun mereka terjerumus dalam komunitas yang banyak terdiri dari beberapa pria homoseks. Sehingga tertularlah kebiasaan tersebut kepada pria itu. Apalagi dalam komunitas homoseks itu kebaikan dan perhatian para pria melebih kasih sayang normal dua insan pria dan wanita yang menjadi sepasang kekasih. Cemburunya juga sangat berlebihan. Data terbaru terungkap bahwa ternyata kedua cleaning service yang ada di sekolah internasional itupun terdeteksi mengidap homoseks alias penyuka sesama jenis.

Dalam diary pria yang saya baca itu dia menulis bahwa sebetulnya dia merasakan kenikmatan luar biasa ketika berhubungan dengan sang pacar lewat anal seks itu. Kegiatan yang dilakukannya baru pertama kali itu membuatnya ketagihan dan akhirnya malah dia yang mengajak sang pacar untuk melakukannya lagi. Dalam salah satu halaman diary nya di menulis begini, “ Kalau dengan sesama laki laki itu aman, gak mungkin hamil dan harus repot mengurus anak. Tapi kenapa sih sekarang dia jarang mengajak aku lagi. Aku kangen dengan sentuhannya, sepertinya dia sedang mendekati seorang perempuan berambut panjang yang pernah dikenalkan padaku dulu. Aku sakit hati rasanya”.

Saya membuka lemarinya banyak sekali koleksi CD porno dengan cover semuanya laki-laki, tidak ada artis perempuannya. Cukup untuk menyimpulkan bahwa pria tersebut memang sudah tertular virus homoseks akibat gaya hidup. Untunglah saat ini pria yang saya kenal itu bisa terbebas dari pergaulan yang salah. Dia bertobat dan menikah dengan seorang perempuan cantik. Sekarang mereka sudah dikaruniai dua orang anak.

Jadi buat para orang tua waspadalah. Perilaku kelainan seksual itu sekarang semakin marak. Pelaku kejahatan seksual semakin banyak, lihatlah data yang diungkapkan oleh Ibu Elly Risman dari yayasan Kita dan Buah Hati :


  1. Pelajar SMP kota bandung jadi pelacur cukup dibayar dg pulsa.
  2. AA (35th) memperkosa anak wanitanya sendiri (11th), sebelum dinodai, si anak disuruh nonton tv, kemudian diganti dengan video porno.
  3. Pelajar SMP melakukan seks dengan teman sekolah atas dasar suka sama suka.
  4. 28% pekerja seks remaja di Bandung adalah pelajar aktif atau masih bersekolah.
  5. Hasil pencarian di google “seks dengan pacar” dan “cara menggugurkan kandungan” meningkat dua kali lipat dari feb 2013 – jan 2014.
  6. Seks dibalik pintu kelas, dilakukan oleh pelajar SMP mereka melakukan seks hanya 4:20 detik. Sebelumnya mereka sudah sexting (kirim2 message porno via hp). Janjian ketemu, langsung “melakukan”. Tanpa buka baju, tanpa kasur. Selesai. Singkat saja. Memangnya seks perlu waktu lama? Begitu barangkali pikiran mereka.
  7. Penelitian terhadap Siswa kelas 4 SD :87% sudah menonton pornografi lewat hp, DVD, situs internet, games, komik, sinetron, dll
    Dimana? 51% melihat di rumah sendiri atau rumah saudara.
  8. Naruto itu parah filmnya, komiknya, situsnya, gamesnya. Terselip2 pornografi di sepanjang adegan. Naruto bukan konsumsi anak-anak2! (Saya belum mengeceknya tapi katanya situs Naruto itu parah banget sampai ada gambar sequense mulai dari seks dg benda, gambar seks, pegang2 PD, lesbi, seks dg binatang, seks berkelompok, dll.)
  9. GTA – games pencurian mobil, kalau sudah berhasil, dapet jackpot berupa ngeSex dengan pelacur jalanan. Ada GTA versi terbaru : versi Upin Ipin! (Waduhh beneran gak nih ya? )
  10. Games rapeplay : ada gambar animasi mirip banget asli, cara main, tinggal sentuh bagian yg diinginkan dan pakaiannya akan terbuka. Lalu ada adegan2 seks yg bisa diperankan dg jari anak. Ini semua bisa di download GRATIS. (Saya belum cek juga yang ini adakah yang sudah punya?)

Masih banyak akses pornografi lainnya, baik itu lewat komik, Film, Video klip dll. Lalu bagaimana caranya agar anak terhindar dari bahaya pelaku kejahatan seksual?


1.Pertimbangkan jikamemberikan anak games, pornografi, dan masalah pacaran


  1. Selesaikan hal-hal yang menyangkut emosi dan harga diriyang membuat anak lari ke pornografi atau games yang tidak mendidik.
  2. Protektif. Bekali anak dengan ilmu bahwa dirinya dan tubuhnya sangat berharga. Tidak sembarang orang bisa menyentuhnya. Katakan bahwa orang yang bisa menyentuh bagian terlarang seperti kelamin hanyalah papa, mama dan dokter yang memeriksa itupun dengan didampingi mama dan papa.
  3. Ajari perbedaan sentuhan :
    *Sentuhan baik : atas bahu & bawah lutut
    *Sentuhan membingungkan : bawah bahu sampai atas lutut
    *Sentuhan buruk : sentuhan pada bagian2 yg ditutupi pakaian renang
  4. Ajari anak bagaimana harus bersikap bila menerima sentuhan buruk dan membingungkan. Misalnya dengan berteriak, dengan memanggil orang dewasa, dengan menendang alat kelaminnya atau menggigit tangannya, menyemprotnya dengan air minum yang dibawa anak dsb.

Semoga pelaku sodomi bisa dihukum seberat beratnya dan tidak terulang lagi kejadian ini pada anak anak kita. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun