Mohon tunggu...
Deassy M Destiani
Deassy M Destiani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik, Penulis, Pebisnis Rumahan

Seorang Ibu dua anak yang suka berbagi cerita lewat tulisan..

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Membaca Buku Akankah Menjadi Gaya Hidup??

28 Februari 2015   04:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:23 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1425059220478419639

[caption id="attachment_400061" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/kompasiana(kompas.com/shutterstock)"][/caption]

Saat ini di Jakarta sedang berlangsung pameran buku Islamic Book Fair ke 14. Menurut beberapa teman pengamat perbukuan, pameran buku yang masih menarik untuk dikunjungi dan penjualannya laris buat penerbit itu ya hanya IBF Jakarta. Selain karena kota Jakarta minat bacanya tertinggi dibanding kota-kota lain di Indonesia, daya beli masyarakat disana juga tinggi. Sehingga buku mahal pun laris manis disana apalagi buku diskon. Wah pasti jadi sasaran empuk penikmat buku deh.

Belum lagi pengunjung IBF Jakarta tidak hanya dari penduduk Jakarta saja, tapi banyak juga dari luar kota, luar pulau sampai luar negeri yang sengaja belanja kesana. Inilah yang membuat IBF berbeda dari pameran buku lainnya. Meski begitu menurut beberapa peserta IBF Jakarta, keuntungan dari penjualan buku dari tahun ke tahun mengalami penurunan pula. Tapi masih bisa menutup biaya operasional dan memang ini juga ajang bergengsi bagi para penerbit nasional untuk membuktikan mereka eksis sambil mempromosikan buku-buku new realese.

Saya perhatikan di Yogyakarta saja, setiap kali ada pameran buku para penerbit mengeluh tidak bisa mendapat untung yang signifikan. Bahkan diataranya banyak yang rugi, karena antara pendapatan jual buku dan biaya operasional selama pameran ternyata hasilnya minus. Itulah mengapa di Yogyakarta biasanya hanya penerbit lokal saja atau minimal yang daerah sekitarnya yang mau ikut pameran. Penerbit dari Jakarta, Bandung atau daerah lainnya sudah tidak mau ambil resiko jualan buku di pameran itu berdasar pengalaman tahun-tahun sebelumnya.

Mengapa ya pameran buku di Indonesia setiap tahun penjualannya semakin menurun? Mungkin ini ada hubungannya dengan penurunan minat baca di Indonesia. Saya bergelut dengan dunia buku dari tahun 2009. Saat itu saya menemukan data yang mencengangkan, penyair Taufik Ismail pernah mempresentasikan makalah “GENERASI NOL BUKU” pada tahun 2007. Beliau mengatakan bahwa mulai dari generasinya saat beliau duduk di SMA tahun 1953 sd 1956 tidak ada tugas membaca buku. Padahal saat itu di Amerika anak SMA punya tugas harus membaca 32 buku, Perancis dan Belanda 30 masing-masing 30 buku, Jepang dan Swiss juga wajib membaca 15 buku dan tetangga kita Thailand harus membaca 5 buku. (Sumber : antaranews.com).

Parahnya lagi adalah apa yang disampaikan oleh Taufik Ismail tahun 2007 sampai tahun 2012 masih saja sama. Ternyata Indeks Minat Baca Indonesia pada tahun 2012 adalah dari 1000 penduduk hanya 1 yang tertarik membaca. Artinya indeksnya itu 0,001.Tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan Taufik Ismail tentang Generasi Nol buku.Bahkan Penelitian UNESCO tahun 2014 di bulan September menyampaikan data bahwa anak-anak Indonesia membaca 27 halaman buku dalam satu tahun. Dengan kata lain mereka membutuhkan waktu membaca 1 halaman buku itu selama 15 hari. Wow... luar biasa lama ya?

Bandingkan data diatas dengan kenyataan waktu yang dibutuhkan untuk menonton TV. Di Indonesia waktu menonton TV itu minimal 300 menit per hari. Padahal di Amerika hanya menghabiskan 100 menit per hari. Bahkan di Kanada hanya 60 menit saja perhari.Tragis ya???

Lalu saya juga mengamati data dari BPS yang mensurvai minat baca di Indonesia setiap 3 tahun sekali. Masya Allah... datanya ternyata bukannya naik malah terus menurun. Hal ini berlawanan dengan minat menonton TV yang setiap disurvai malah mengalami peningkatan.Gak percaya? Ini saya sajikan datanya buat pembaca :

Tabel Perbandingan Minat Baca dan Minat Nonton di Indonesia menurut survei BPS

Tahun

Minat Baca

Minat Nonton

2006

23,46%

85,86%

2009

18,94%

90,27%

2012

17,66%

91,67%

Membaca data dari BPS itu saya sangat prihatin. Sebagai orang yang sangat menyukai buku, ingin selalu menebarkan virus membaca, ingin mengajak orang lain untuk ikut menghadirkan buku-buku bergizi di setiap keluarga ternyata tugas saya masih sangat panjang. Kontribusi untuk menaikkan indeks minat baca di kalangan keluarga di Indonesia masih belum berhasil. Apalagi saat ini godaan semakin berat. Serbuan gadget murah meriah dengan aneka games, tidak adanya kewajiban setiap siswa membaca buku, perpustakaan hanya jadi hiasan, orangtua tidak punya waktu membacakan buku dan alasan lain untuk tidak menjadikan buku sebagai sebuah benda berharga yang patut dimiliki. Membaca buku itu tidak keren, tidak trendy tapi kalau pegang gadget terkini barulah menaikkan gengsi. Mungkin itu yang ada di pikiran kebanyakan orang Indonesia saat ini.

Saya ingin mengajak setiap orang untuk membuat gerakan membaca satu bulan satu buku saja. Jika Amerika bisa membaca 32 buku,maka kita bisa melakukan itu juga. Mulai dari satu bulan satu buku saja. Pastinya tidak terlalu berat ya. Jadwalkan dalam satu bulan itu buku apa yang akan dibaca dan buatlah resume nya setelah buku dibaca.

Pak Hernowo penulis buku “Mengikat Makna” dan “Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza” pernah bilang, bahwa jika kita menuliskan kembali apa yang dibaca dari sebuah buku maka itu akan mengikat makna di otak kita sampai kapanpun. Jika data itu dibutuhkan maka akan muncul dengan sendirinya. Saya sudah membuktikannya sih. Salah satunya adalah buku saya “BUKAN UNTUK DIBACA”, itu adalah hasil dari mengikat makna dari setiap hal yang saya baca, rasakan dan alami sendiri. Semuanya saya kumpulkan dalam “BUKAN UNTUK DIBACA”, yang awalnya sebagai pengingat bahwa saya pernah membaca kisah-kisah itu dari berbagai sumber sebagai sebuah koleksi pribadi.

Maukah anda menjadi bagian dalam meningkatkan minat baca di Indonesia? Ayo kita tebarkan virus membaca... jadikan diri sendiri sebagai pelaku dan teladan bagi keluarga. Sediakan buku-buku bermutu di rumah anda, buatlah jadwal minimal sebulan sekali untuk membaca buku. Insya Allah indeks minat baca di Indonesia tahun ini bisa naik dari tiga tahun yang lalu. Sehingga nanti siapapun yang baca buku itu itu akan terlihat keren, bergengsi, cerdas dan trendy dong!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun