Menurut World's Most Literate Nations Ranked tahun 2016, budaya literasi Indonesia berada di posisi ke-60 dari 61 negara. Data ini menunjukkan bahwa literasi Indonesia sangat rendah.2 Ada sekitar 99% yang tidak suka membaca dan 1% menyatakan suka membaca.Â
Selain itu, Menurut data UNESCO, sekitar 773 juta orang dewasa di seluruh dunia belum memiliki keterampilan literasi dasar, dan dua pertiga di antaranya adalah perempuan.
Dalam beberapa negara, terdapat tren penurunan minat membaca di kalangan anak-anak dan remaja, yang dapat berdampak pada perkembangan literasi mereka.Â
Kelompok usia ini juga dapat mengalami masalah literasi membaca, terutama jika mereka tidak memiliki akses yang memadai ke pendidikan atau sumber bacaan. Budaya membaca dalam masyarakat khususnya di kalangan anak-anak masih minim. Ini terlihat dari banyaknya anak yang tidak menyukai membaca dan lebih menyukai game online.Â
Beberapa daerah di Indonesia masih menghadapi kendala dalam akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Sekolah yang kurang memadai, kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan, dan kurangnya fasilitas pendukung dapat menjadi hambatan utama.Â
Selain itu, Pentingnya literasi belum sepenuhnya dipahami oleh sebagian masyarakat. Kurangnya kesadaran akan manfaat literasi dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan minimnya motivasi untuk meningkatkan keterampilan membaca, menulis, dan berhitung.
Literasi membaca menjadi landasan utama bagi perkembangan suatu bangsa. Di Indonesia, upaya untuk meningkatkan literasi membaca terus menjadi fokus utama dalam mengatasi masalah minimnya minat membaca di kalangan masyarakat. Berbagai solusi telah diidentifikasi untuk menanggulangi tantangan ini dan membangun masyarakat yang lebih melek literasi.Â
Beberapa upaya yang dapat kita lakukan terhadap peningkatakn mutu literasi membaca antara lain:
a) Peningkatan kualitas pendidikan dengan kurikulum yang lebih menarik dan relevan akan memberikan dampak signifikan terhadap minat membaca di kalangan pelajar. Metode pengajaran yang kreatif dan inovatif juga mendukung peningkatan literasi membaca.
* Mengintegrasikan Bahan Bacaan Menarik: Memasukkan bahan bacaan yang variatif, menarik, dan relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa ke dalam kurikulum.
* Diversifikasi Materi Pelajaran: Menyediakan beragam jenis teks seperti cerita pendek, artikel, novel, dan buku-buku non-fiksi untuk menarik minat membaca dari berbagai macam minat siswa.
 * Menggunakan teknik pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, seperti diskusi kelompok, simulasi, permainan peran, dan proyek-proyek kreatif.
* Membuat klub buku di sekolah yang memungkinkan siswa untuk membaca bersama dan berdiskusi tentang buku-buku yang mereka baca.
b) Pemanfaatan teknologi menjadi solusi modern untuk memperluas akses terhadap literasi membaca. Platform daring untuk membaca buku elektronik (e-book) dan sumber belajar interaktif memungkinkan akses yang lebih luas pada informasi dan bahan bacaan.
* Akses Mudah ke Bahan Bacaan: E-book memberikan akses yang cepat dan mudah ke berbagai jenis bahan bacaan. Mereka dapat diunduh dan diakses di berbagai perangkat elektronik seperti ponsel pintar, tablet, atau laptop.
* Kemudahan Transportasi: Siswa tidak perlu membawa buku fisik yang berat, memudahkan akses ke berbagai bahan bacaan di mana pun mereka berada.
* Adaptasi pada Berbagai Gaya Pembelajaran: Menggunakan multimedia,
permainan edukatif, atau video dapat membantu memenuhi kebutuhan belajar
siswa dengan berbagai gaya pembelajaran.
* Platform Literasi Berbasis Komunitas: Platform daring juga dapat menjadi
tempat bagi komunitas pembaca di mana mereka dapat berbagi rekomendasi buku, ulasan, dan diskusi.
c) Kampanye literasi yang terarah dan menyentuh berbagai lapisan masyarakat menjadi kunci untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya membaca. Program ini mencakup festival literasi, seminar, dan kegiatan sosial lainnya yang mempromosikan kegiatan membaca sebagai gaya hidup.
* Pengorganisasian Festival Literasi: Mengadakan acara yang melibatkan penulis, pembicara, dan aktivitas yang mendorong minat membaca, seperti pameran buku, bacaan publik, dan lokakarya kreatif.
* Peran Perpustakaan: Perpustakaan dapat menjadi pusat kegiatan literasi dengan mengadakan sesi baca cerita, klub buku, atau program-program lain yang menarik untuk berbagai kelompok usia.
* Peran Tokoh Inspiratif: Membuat kampanye dengan melibatkan tokoh masyarakat, selebritas, atau tokoh-tokoh terkemuka yang memiliki pengaruh yang besar untuk menjadi juru kampanye literasi membaca.
* Melakukan evaluasi terhadap dampak kampanye dengan mengukur partisipasi masyarakat, peningkatan minat membaca, dan perubahan perilaku membaca dalam jangka panjang.