Mohon tunggu...
Dearni Anjelina Panjaitan
Dearni Anjelina Panjaitan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Perbedaan Respon Laki-Perempuan Pada Seks Edukasi di X/Twitter

18 Desember 2024   14:33 Diperbarui: 18 Desember 2024   15:28 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Foto hasil screenshot dari komentar (Sumber: aplikasi X)

Media sosial adalah suatu media komunikasi yang dapat digunakan masyarakat untuk bertukar pikiran, belajar, dan pertukaran informasi media sosial juga sering sebagai media yang memberikan kekerasan dengan memberikan pesan yang jahat. Bahasa kasar digunakan dalam ujaran kebencian untuk menyerang orang-orang tertentu (seperti selebriti, produk, atau politisi) atau kelompok tertentu (seperti agama, gender, dan organisasi). Salah satu aplikasi media sosial yang akan dibahas kali ini adalah X/Twitter sering sekali digunakan sebagai media untuk bertukar pikiran dan debat, apikasi X/Twitter juga sering sebagai media untuk menyuarakan kesetaraan gender dan melawan patriarki.

Gender adalah sebuah istilah yang digunakan untuk membedakan antara laki-laki dengan perempuan secara sosial. Gender adalah sebuah istilah yang digunakan untuk membedakan antara laki-laki dengan perempuan secara sosial yang dibentuk dengan konstruksi sosial maupun kultural. Dalam gender ada beberapa hal yang dapat dipelajari dari perbedaan antara laki-laki dengan perempuan, mulai dari kesehatan, bahasa, budaya, dan lain sebagainya. Pada artikel ini akan membahas tentang Gender dan Bahasa. Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan untuk gagasan yang menggambarkan penuturnya. Diskriminasi bahasa bisa saja terjadi hampir di semua bahasa yang bersifat patriarki. Selain itu dengan adanya perbedaan bahasa ini dapat memicu bias gender yang mungkin tidak disadari oleh beberapa orang. Bias gender adalah sesuatu ketika individu yang memiliki pandangan atau sikap yang lebih mengutamakan salah satu jenis kelamin daripada jenis kelamin lainnya, pandangan ini dapat berupa positif atau negatif. Bias gender ada beberapa yaitu:

  • Marjinalisasi
  • Subordinasi
  • Stereotipe
  • Kekerasan
  • Beban ganda

Teori Robin Lakoff

Pada artikel ini penulis akan membahas perbedaan bahasa antara laki-laki dan perempuan dalam menanggapi salah satu konten atau thread di X/twitter tentang edukasi sex cara memuaskan wanita dan thread ini sebenarnya dikhususkan untuk kaum laki-laki dan menggunakan Teori Defisit dari Robin Lakoff, didalam bukunya yang berjudul "Language and Woman's", Lakoff memberikan beberapa ciri kebahasaan wanita yang berbeda dengan laki-laki. Ada beberapa ciri kebahasaan yaitu:

  • color words 
  • empty adjectives
  • question intonation/intonational pattern
  • hedge,
  • intensifier
  • hypercorrect grammar
  • super polite form
  • tag question
  • avoidance of strong swear words
  • emphatic stress

Ciri kebahasaan ini sangat berbeda dengan laki-laki menurut Lakoff, dari ciri kebahasaan ini kita dapat analisis perbedaan komentar laki-laki dan perempuan pada postingan tersebut.

Komentar Perempuan

Pada salah satu thread yang di posting oleh @bluesunkiss_ tentang edukasi sex dalam memuaskan wanita saat melakukan hubungan badan dengan suami, dari postingan yang diunggah terdapat foto anatomi vagina beserta data infografis yang diberikan dan pastinya target postingan ini bisa untuk semuanya terutama laki-laki. Dalam postingan tersebut ada beberapa komentar atau reply yang diberikan baik laki-laki maupun perempuan.

Salah satu komentar dari perempuan yang memiliki username @Arthamevia_Tea "mungkin agak gimana pertanyaanku. Tapi aku pernah nyoba mainin Kli****s rasanya emang kek panas sampe ke kaki dan bahkan ubun-ubun kah? Tp kek tetep susah buat dapat puncaknya.. Sorry ya gamblang banget".

Pada komentar wanita tersebut terlihat bahwa dia malu dan tidak yakin ingin bertanya sampai pada akhirnya tetap bertanya, dan pertanyaan yang diberikan juga terlihat sopan. Pada teori Lakoff ini termasuk pada ciri kebahasan Hedge Lakoff mengatakan bahwa perempuan menggunakan kata "mungkin" untuk mengurangi ketegasan pernyataan ataupun pertanyaan, pada komentar diatas menggunakan kata "mungkin" untuk ketidakyakinan terhadap pertanyaan yang diberikannya. Laki-laki pastinya ada yang menggunakan ciri kebahasaan ini tapi jarang, pada komentar di postingan tersebut mereka lebih tegas dalam memberikan pernyataan dan pertanyaan. Ada juga ciri Kebahasaan Tag question yang digunakan yaitu menambahkan pertanyaan di akhir pernyataan seperti "kan", "bukan". Pada komentar diatas dapat dilihat bahwa dia menggunakan kata "kan" untuk pernyataannya dan menjadi kalimat tanya.

Selanjutnya ada komentar dari @whinectar "I'm glad I'm one of your moots at this point, keep educating those men please it might help to drop their ego" (Saya senang menjadi salah satu dari kenalan kamu saat ini, teruslah mendidik orang-orang itu, mungkin akan membantu menurunkan ego mereka). 

Dan dari @ailafiles "oh how I love being educated about sex education, thank you, you did great" (oh betapa saya senang dididik tentang pendidikan seks, terima kasih, kamu hebat).

Dari komentar kedua wanita tersebut terlihat ciri kebahasaan Lakoff yang Empty adjectives, ciri kebahasaan ini adalah kata sifat yang diberikan karena rasa kagum. Terlihat pada komentar kedua komentar di atas mereka kagum dengan informasi yang diberikan yaitu ada kata "glad", dan "great". Laki-laki biasanya hanya mengatakan "terima kasih" untuk kata yang mengagumkan terlebih lagi di ruang publik. 

Seperti pada komentar @reizki "Nah ini butuh banget ilmu kaya gini, makasih sendernya sangat membantu". dan masih ada beberapa orang yang menggunaka ciri kebahasaan ini pada komentar tersebut. 

 Foto hasil screenshot dari komentar (Sumber: aplikasi X)
 Foto hasil screenshot dari komentar (Sumber: aplikasi X)

Dari gambar diatas dapat diliat bahwa kata "thanks" dan "makasih" juga merupakan ciri kebahasaan super polite form dari Lakoff. ciri kebahasaan ini bentuk tuturan kata atau kalimat yang sangat santun, biasanya digunakan untuk menunjukkan kerendahan hati dan ingin menjaga hubungan baik. pada komentar diatas dua laki-laki tersebut mengucapkan kata "thanks" karena ingin menunjukkan kerendahan hati karena sudah diberikan edukasi untuk masa depan mereka. 

Ada dari @eitbrace mengatakan "aduh pengen nanya tp malu",

@nanicesca "aku mau ngomongin pengalaman ku tapi malu wkwk nyimak aja dah". 

Dari 2 komentar di atas ada kata "malu" yang menandakan bahwa perempuan tersebut masih malu dalam bertanya terkait anatomi perempuan dan malu memberikan informasi dari pengalamannya yang mungkin saja bisa memberikan pengetahuan baru. Hal ini menurut Lakoff termasuk dalam Hedge, karena perempuan cenderung masih malu jika berbicara tentang sex education terlebih yang berfokus pada pihak perempuan, selain itu juga edukasi sex yang masih tabu di lingkungan mereka. 

Berbeda dengan lelaki yang langsung menceritakan pengalamannya

seperti salah satu komentar dari lelaki bernama @setyowidodo "betul banget, istriku sampe bisa 3x capai puncak tiap berhubungan. Emang yang dieksplor daerah situ, kerasa baget kalau dia keluar"

Komentar Laki-laki

Selanjutnya analisis dar komentar laki-laki.

@LoversCeleng "Cewe banyak diemnya sih,, kalo kurang puas hrsnya ngomong donk..gak diem bae", 

ditanggapi @uqoh "cewek lgi yang salah, goblok",

 dibalas kembali @LoversCeleng "makanya jujur jangan bohong goblok".

Dari komentar-komentar ini terlihat dua akun ini saling mengeluarkan kata-kata kasar ini termasuk ciri kebahasaan Avoidance of strong swear words, yaitu kata yang memberikan penekanan pada kalimat menggunakan kata yang kasar atau terkesan menghina seseorang pengguaan ciri ini biasanya ada pada laki-laki akan tetapi perempuan juga ada yang seperti itu. Komentar diatas terlihat kedua lelaki tersebut menggunakan kata kasar satu sama lain yaitu kata "goblok" yang terlihat kasar. Kata "goblok" ini masih dianggap kasar dan tidak sopan oleh orang-orang terlebih dikatakan pada seseorang yang tidak dikenal. laki-laki cenderung menggunkan bahasa ini jika berdebat dengan sesama laki-laki, mereka merasa mengeluarkan kata-kata itu akan membuat mereka merasa superior. Akan tetapi bukan hanya laki-laki saja yang menggunkan kata tersebut, perempuan juga ada yang berkomentar menggunakan kata tersebut.

Komentar Kasar Perempuan (Sumber: Faplikasi X)
Komentar Kasar Perempuan (Sumber: Faplikasi X)

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa, perempuan juga bisa memberikan kata yang berbentuk kekerasan, dan melakukan bias gender. Tapi terkadang perempuan melakukan kekerasan karena sudah terlalu marah dan harga dirinya dibercandain. 

Ada juga komentar dari @abrsx "kata gue mending lo sibukin diri lagi aja bang ngechat cewek daripada dilapak orang". kemudian dibalas oleh @santo yang mengatakan "otak kau memang goblok luar biasa"

Dari komentar mereka diatas juga sudah terjadi bias gender yang berbentuk kekerasan. Kekerasan yang diberikan berupa kekerasan psikologi, pada kata "goblok luar biasa", kata ini dapat dikatakan kekerasan karena memberikan penghinaan kepada orang yang membalas komentarnya, kata ini juga termasuk pada teori Lakoff yang Avoidance of strong swear words. 

Selanjutnya ada dari @adiwijaya "ini kode istri yang tak pernah terpuaskan sama suaminya. Curhat tante apa lagi pengen dipuasin!!! hehehe". 

Pada kata "pengen dipuasin", kata ini memiliki makna bias gender pada kekerasan seksual kepada komentar wanita yang sedang curhat. Masih pada ciri kebahasaan Swear words, dalam komentar ini dapat dilihat laki-laki yang secara tidak langsung menghina perempuan dengan kalimat "apa lagi pengen dipuasin". Kata ini sering digunakan laki-laki pada saat mereka ingin bercanda tetapi ada unsur seksualnya. Akan tetapi tidak semua bisa menganggap hal tersebut sebagai candaan apalagi perempuan yang cenderung selalu dijadiin objek seksual oleh laki-laki.   

Kesimpulan

Melalui teori karakteristik bahasa perempuan Robin Lakoff, kami menemukan bahwa perempuan cenderung  lebih sopan, berhati-hati, dan menggunakan bahasa dengan lebih banyak ketidakpastian, seperti hedge, empty adjectives, dan tag questions. Berbeda dengan laki-laki yang lebih tegas dan cenderung menggunakan kata-kata kasar (swear word), seperti kata-kata umpatan yang kuat, untuk menyela komentar.  

Namun perbedaan ini tidak mutlak. Baik laki-laki maupun perempuan terkadang mematahkan stereotip linguistik: perempuan mungkin menggunakan kata-kata kasar ketika marah, sementara laki-laki mungkin menggunakan bahasa positif untuk mengungkapkan kekaguman. Sayangnya, bias gender dan kekerasan verbal  dalam bentuk komentar yang menghina dan pelecehan seksual masih sering terjadi.

Oleh karena itu, penting bagi pengguna media sosial untuk bijak dalam bertutur kata, menghindari bahasa yang menyakitkan atau diskriminatif, serta menciptakan lingkungan komunikasi yang lebih sehat dan inklusif. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas diskusi, tetapi juga mendukung terciptanya ruang digital yang aman bagi semua pengguna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun