Mohon tunggu...
Marintan Irecky
Marintan Irecky Mohon Tunggu... Lainnya - ENG - IND Subtitler and Interpreter

Indonesian diaspora who has been living in Saudi Arabia since 2013. Currently interested in topics about women, family and homemaking, and female intra-sexual competition.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Lika-liku Pertemanan Pramugari

7 Maret 2017   19:22 Diperbarui: 7 Maret 2017   19:26 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: rehab-recovery.co.uk

Banyak orang salah kaprah dan berpikir bahwa cabin crew itu punya banyak teman di berbagai kota di seluruh dunia. Foto-foto yang diupload di media sosial seperti Facebook, Path dan Instagram memperlihatkan keseruan hidup mereka. Nongkrong cantik di kafe kecil di Paris, clubbing dan hura-hura di Dubai, atau meetup dengan teman-teman artis papan atas saat kembali pulang ke tanah air. Is that what you define friendship? O oh, nanti dulu...

For my fellow crew friends, mari kita napak tilas. Ada berapa teman yang dulu kalian punya sebelum menjadi cabin crew? Sekarang coba diingat lagi, dari teman-teman tersebut ada berapa di antara mereka yang bertahan hingga sekarang? Satu lagi... Coba jujur pada diri sendiri dan hitung, ada berapa teman yang bisa kamu sebut sebagai teman? Orang yang kalian merasa nyaman untuk cerita apa saja. Orang yang kalian yakin akan segera datang dan membantu di saat kalian membutuhkan dukungan. Orang yang kalian ga merasa perlu untuk malu atau sungkan atau bahkan harus berpura-pura, dalam kondisi apapun, dan mereka akan tetap menerima kalian dengan riang gembira.

Sudah selesai menghitung? Jadi, ada berapa orang yang seperti itu...? 

“Gue makin ke sini ya makin berasa asing sama banyak orang,” ini adalah kata-kata yang saya ucapkan pada salah satu teman dekat dalam percakapan kami di whatsapp kemarin.

“Gue sekarang ga banyak gaul. In terms of friendship ya, sekarang mah lebih baik punya sedikit temen tapi berkualitas dan tahan lama.”

“Iya kenapa sih kita jadi begini banget? Eksklusif,” timpalnya.

“Iya, kenapa ya? Faktor kerjaan apa umur ya?”

Kami saat itu sedang membahas tentang seorang teman lama yang bisa dibilang begitu dekat, tapi begitu jauh. Ternyata jarak yang dekat tidak berarti pertemanan jadi lebih akrab dan berkualitas. Terkadang, jarak menjadi halangan dalam menjaga sebuah hubungan. Tapi sering kali kita sendiri yang membuat tembok untuk menjaga jarak.

Distance means nothing if we keep the communication. But how much effort do we put into it?

Di saat itulah saya pun berpikir, ternyata semakin bertambah usia dan semakin lama saya terjun di bidang profesi ini, semakin sedikit pula teman saya. Teman dalam artian sesungguhnya, bukan sekedar kenalan yang kalau bertemu hanya menyapa “hi and bye” saja.

It is easy to make friends. To keep them, it’s another story.

Ini memang benar adanya. Dan baru pagi ini terjadi pada saya. Di salah satu akun media sosial, saya menerima pesan dari salah seorang teman lama. Kami dulu sama-sama mencoba peruntungan di sebuah airline top berbasis di middle east. Dia lebih beruntung kala itu dan diterima bekerja di airline tersebut. Sedangkan saya harus melanjutkan hidup dengan bekerja sebagai wartawan. Menunda impian lebih lama sedikit. Saat itu saya hanya bisa dibuat kagum melihat berbagai postingannya di Facebook, betapa serunya hidup sebagai seorang cabin crew di maskapai impian banyak orang.

Waktu pun berlalu begitu cepat, kami sibuk dengan hidup masing-masing. Tanpa terasa, akhirnya saya pun menjadi cabin crew pula walau tidak satu perusahaan dengan teman saya ini. Sampai pagi tadi, saya cukup lama tidak mendengar kabarnya. Agak terkejut juga ketika melihat dia mengirim pesan lewat instagram menanyakan kabar dan kapan maskapai tempat saya bekerja mengadakan rekrutmen lagi. Saya berusaha mengingat kembali mengapa kami lama tidak berkomunikasi. Penasaran, saya pun mengklik profilnya di facebook. Ternyata kami sudah tidak berteman lagi. Entah sudah berapa lama. Ini pun menjawab keheranan saya. Pantas saja saya tidak pernah lagi mendengar apapun tentang dia.

Teman saya ini ternyata sudah tidak bekerja lagi di maskapai tersebut, entah kenapa. Mungkin kerinduan untuk kembali terbang dan posting foto di media sosial dengan hashtag #crewlife memanggilnya lagi. Jadi walaupun kami sudah tidak berteman lagi, dia masih membutuhkan informasi dari saya supaya dia bisa kembali terbang.

Membaca pesan darinya membuat perasaan saya sedikit campur aduk. Saya berusaha mengingat lagi bagaimana dulu sulitnya menggapai dia ketika akan bertanya mengenai rekrutmen maskapai tempatnya bekerja dulu. Ya, saya paham memang terkadang crew lelah dengan jadwal terbang yang padat sehingga tidak sempat membaca apalagi membalas pesan. Tapi membaca pesan-pesan yang saya kirim tanpa menghiraukannya dan kemudian rajin posting serunya kehidupan sebagai crew, lalu kemudian meng-unfriend saya hanya karena pada saat itu saya bukan bagian dari gaya hidup seperti itu? Hmmm... ini membuat saya heran. Sebenarnya, dia ini menganggap saya apa ya?

There are too many artifical things in this life. Diet sugar, fake eyelashes, leather boots, you name it. Things around us can be artificial, but we don’t need fake friends to add more into the list. 

If you have non-crew friends, keep them close and cherish them. Because one day when you’re not flying anymore, they will still be there for you. And if you have a lot of crew friends, select them carefully. Not everyone cares about you. Sometimes, they just need someone to go on a shopping spree in London or be their personal photographer in Bali. Make mental notes on how they are doing when you need them the most. What they are now will be the same with what they will be in the future. Either you are a cabin crew or not, if they are real friends, they will fly extra miles just to be there for you when you need them, wherever you are.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun