Mohon tunggu...
Marintan Irecky
Marintan Irecky Mohon Tunggu... Lainnya - ENG - IND Subtitler and Interpreter

Indonesian diaspora who has been living in Saudi Arabia since 2013. Currently interested in topics about women, family and homemaking, and female intra-sexual competition.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kontroversi Andrea Hirata, Pelajaran bagi Blogger dan Penulis

20 Februari 2013   03:34 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:01 7393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tidak habis pikir mendengar ini, mengingat sosok Andrea bukanlah penulis novel sembarangan. Mengapa sebuah kritik / tudingan membuatnya harus menyeret sang penulis ke jalur hukum bila memang dia merasa argumen Damar mudah sekali dipatahkan seperti yang dikatakannya di media?

Bukankah mutu sebuah karya lebih layak dikedepankan ketimbang gelar international bestseller yang dipermasalahkan oleh seorang blogger? Apakah Andrea merasa insecure dengan tulisan Damar yang dimuat dan dijadikan HL (headline) di Kompasiana? Mengapa harus demikian? Toh, tulisan itu tidak serta-merta membuatnya kehilangan pembaca setia atau membunuh kisah inspiratif yang dituangkannya dalam Laskar Pelangi. Seperti kata Kang Pepih Nugraha, dia tetaplah penulis novel kebanggaan Indonesia (baca di sini). Karena itu sudah sewajarnya dia mempertahankan kebanggaan nasional tersebut dengan sikap yang bijaksana.

Sebagai seorang penulis besar yang sudah mendapatkan pengakuan internasional, adalah selayaknya Andrea berkepala dingin dalam menghadapi sebuah kritik yang dialamatkan kepadanya lewat media massa. Bila masih dirasa kurang dan berdampak luas pada karyanya, Andrea bisa menghunus penanya di media massa dan membuat tulisan sanggahan serta klarifikasi tentang tulisan yang dirasa mencemarkan nama baiknya tersebut. Mata ganti mata, tulisan ganti tulisan. Apa susahnya bagi seorang Andrea menulis di media massa dengan cara yang santun dan anggun? Sudah pasti banyak media yang bersedia memublikasikan hak jawabnya tersebut secara nasional.

Bila Andrea terlalu lelah menulis sanggahan di media massa, bukankah lebih elok bila dia mengajak serta Damar untuk duduk bersama dan memberikan klarifikasi di hadapan rekan pers? Itu akan membuat Andrea lebih bijak dan menuai reaksi positif para pembaca / pendengar berita.

Menyeret kritikus ke meja hijau (apalagi yang dianggap tidak kompeten menilai karya sastra) malah hanya akan membuat Andrea dianggap arogan oleh banyak orang. Sudah bukan masanya lagi memasung kebebasan beropini di era digital seperti sekarang. Ini juga akan menjadi preseden buruk bagi siapapun yang akan menulis kritik terhadap penulis besar dan / atau karya-karyanya. Sebab, Damar yang menelusuri sedemikian rupa sebelum menulis saja bisa diperkarakan, konon orang awam sebagai penikmat tulisan yang sekadar ingin beropini tentang karya yang mereka baca.

Semoga Hirata Gate ini menjadi pelajaran baik bagi penulis maupun blogger / kritikus. Blogger / kritikus sudah selayaknya mendukung opininya dengan bertanya kepada orang-orang yang kompeten sebelum memublikasikan tulisannya. Dan bagi para penulis, menanggapi kritik dengan rendah hati dan senyuman bukanlah hal yang sulit. Kritik hadir karena orang peduli terhadap karya Anda. Sebuah sikap yang bijak bila ditanggapi dengan kepala dingin dan menjawabnya lewat karya-karya baru yang jauh lebih cemerlang.

*Note: Andrea Hirata menguraikan alasannya memperkarakan Damar Juniarto dalam artikel di sini dan di sini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun