[caption id="attachment_215605" align="aligncenter" width="432" caption="Celengan beruang ini selalu mengingatkan saya untuk menabung demi liburan tahun depan (dok. @dearmarintan)"][/caption]
Dua-tiga minggu setelah tanggal gajian biasanya menjadi masa-masa paceklik bagi banyak orang. Sebab dompet sudah mulai menipis akibat pengeluaran berlebihan di awal. Kalau sudah begini, rasanya mau ke mana-mana tidak enak sebab kantong sudah kering kerontang. Untuk mencegah hal ini terjadi, saya melakukan pengaturan keuangan yang sudah berjalan efektif selama empat bulan terakhir ini. Berikut adalah tips "4B Anti Tongpes (kantong kempes) di Akhir Bulan" ala saya.
1. Buat Perkiraan Pengeluaran dan Catat di Ponsel
Sebelum menerima gaji, saya selalu membuat perkiraan pengeluaran bulan berikutnya. Kisaran pengeluaran bulanan biasanya tidak jauh beda dengan jumlah pengeluaran bulan sebelumnya. Yang biasanya saya catat pertama dalam agenda pengeluaran adalah biaya operasional atau tagihan yang rutin saya bayarkan setiap bulannya. Mulai dari biaya internet, pulsa bulanan smart phone dan galaxy tab, transportasi dan biaya makan selama sebulan ngantor, hingga biaya hiburan. Tidak lupa saya juga memberikan uang kepada mama saya untuk sedikit membantu pengeluaran bulanan keluarga kami dan juga uang kolekte untuk kebaktian setiap bulannya.
Semua itu saya catat dengan rapi, saya bagi menjadi dua bagian. Untuk pengeluaran bulanan saya buat perkiraan secara garis besarnya, sehingga saya bisa menghitung secara garis besar berapa uang yang akan saya belanjakan selama sebulan ke depan. Sementara itu, untuk pengeluaran harian juga saya catat setiap harinya di sebuah agenda kecil. Biasanya saya menggunakan hape untuk mencatat uang yang saya keluarkan setiap kali belanja. Di akhir hari, saya akan memindahkan semua catatan di hape ke buku agenda pengeluaran saya tersebut. Pengeluaran terkecil sekali pun, seperti sumbangan untuk pengamen dan biaya parkir juga harus dicatat supaya di akhir bulan jumlah pengeluaran dengan jumlah uang yang tersisa cocok (balanced).
2. Bukan Sisakan, tapi Sisihkan!
Makin banyaknya kebutuhan terkadang membuat banyak orang berpikir bahwa menabung itu sangat sulit. Apalagi yang gajinya pas-pasan dan ngekos alias tidak tinggal di rumah sendiri, pasti pengeluarannya lebih besar. Kalau menabungnya baru dilakukan di akhir bulan, sudah pasti sulit untuk menyetor ke rekening. Kemungkinan besar di akhir bulan, uang yang ada sudah tinggal 'sisa-sisa perjuangan menyambung hidup' sampai hari gajian tiba. Saya menyiasatinya dengan langsung menyetorkan uang ke rekening tabungan di bank. Tentunya, setoran ini dilakukan setelah saya mengamankan uang untuk ongkos operasional selama sebulan ke depan.
Rekening bank untuk menabung pun saya pisah dari rekening gajian, sehingga uang tabungan dan uang saku selama sebulan ke depan tidak tercampur. Agar tidak tergoda mengambil uang tabungan, saya tidak membawa kartu ATM-nya. Bagi yang imannya lemah dan hasrat belanjanya cukup tinggi, saya sarankan agar rekening tabungan tidak dibuatkan kartu ATM-nya, sebab menarik uang memakai buku tabungan sangat tidak keren dan pastinya tidak semudah bila memakai ATM. Ohya, selain menabung di bank, saya juga menabung di celengan berbentuk beruang dari bekas wadah cokelat yang saya taruh di atas meja kerja saya. Di dada beruang itu saya tuliskan “BKK Bear” yang merupakan singkatan dari Bangkok Bear. Itu destinasi wisatan impian saya tahun depan. Memang, kalau menabung dengan celengan beruang kecil itu saja saya tidak akan pernah berangkat ke Bangkok. Karena itu saya menabung di bank. Namun kehadiran beruang itu di dekat saya selalu mengingatkan saya untuk rajin menabung bila benar-benar ingin berwisata ke sana.
3. Bayar dengan Uang Pas
Pengeluaran-pengeluaran kecil tapi sering dilakukan biasanya menjadi penyebab keborosan. Membeli permen, menyumbang pengamen, bahkan membayar ongkos bus pun bisa membuat pengeluaran membengkak. Lho kok bisa? Ya, sebab kita sering kali meremehkan pengeluaran-pengeluaran kecil seperti itu sehingga tidak sadar sudah berapa banyak uang yang kita habiskan. Triknya adalah membayar dengan uang pas. Saya selalu menukarkan uang dalam jumlah tertentu (yang besarnya sama dengan ongkos transportasi dan pengeluaran tak terduga) dengan besaran Rp 2.000.
[caption id="attachment_215603" align="aligncenter" width="576" caption="Biasakan membayar hal-hal kecil dengan uang pas (dok. @dearmarintan)"]
Dengan begini, saya tidak perlu memecah uang bernominal besar sehingga apa yang saya bayarkan bisa tepat guna. Memakai uang recehan juga berguna untuk mengerem naluri belanja saya. Selama memakai uang recehan Rp 2.000-an saya tidak pernah berani untuk membeli barang-barang yang harganya lebih dari Rp 10.000, sebab malu rasanya kalau harus membayar dengan lembaran-lembaran uang yang banyak. Rasanya seperti kernet bus yang panen penumpang, he he he…
4. Belanja menjelang Gajian
Sehabis gajian, sering kali kita memberi kelonggaran pada diri sendiri untuk makan siang di restoran yang mahal atau membeli banyak buku dan DVD film (ini godaan terbesar saya!) atau beberapa potong baju baru (biasanya teman-teman kantor saya yang sulit menahan godaan ini). Minggu pertama gajian memang terasa indah, sebab dompet masih tebal. Tapi kalau keburu konsumtif, maka di akhir bulan kita hanya bisa gigit jari dan sibuk menghitung hari jelang gajian. Berhubung saya nggak mau itu terjadi, saya mengubah pola belanja saya.
Bila dulu saya belanja di awal gajian, kini saya belanja di minggu terakhir sebelum gajian. Ini membuat saya tidak merasa bersalah ketika harus mengeluarkan uang, sebab uang saya sesuai dengan anggaran belanja dan pengeluaran yang saya buat di awal. Selain itu, minggu depannya saya sudah memperoleh gaji bulan berikutnya, sehingga saya bisa bernafas lega saat belanja. Lagipula, tak akan lari buku dan DVD film dikejar bila saya hanya menunda membelinya selama dua-tiga minggu, kan?
Mengatur uang memang tidak mudah, namun juga tidak sulit bila kita disiplin. Sekian empat tips mengelola uang bulanan dari saya. Semoga berguna bagi yang membaca :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H