Dengan begini, saya tidak perlu memecah uang bernominal besar sehingga apa yang saya bayarkan bisa tepat guna. Memakai uang recehan juga berguna untuk mengerem naluri belanja saya. Selama memakai uang recehan Rp 2.000-an saya tidak pernah berani untuk membeli barang-barang yang harganya lebih dari Rp 10.000, sebab malu rasanya kalau harus membayar dengan lembaran-lembaran uang yang banyak. Rasanya seperti kernet bus yang panen penumpang, he he he…
4. Belanja menjelang Gajian
Sehabis gajian, sering kali kita memberi kelonggaran pada diri sendiri untuk makan siang di restoran yang mahal atau membeli banyak buku dan DVD film (ini godaan terbesar saya!) atau beberapa potong baju baru (biasanya teman-teman kantor saya yang sulit menahan godaan ini). Minggu pertama gajian memang terasa indah, sebab dompet masih tebal. Tapi kalau keburu konsumtif, maka di akhir bulan kita hanya bisa gigit jari dan sibuk menghitung hari jelang gajian. Berhubung saya nggak mau itu terjadi, saya mengubah pola belanja saya.
Bila dulu saya belanja di awal gajian, kini saya belanja di minggu terakhir sebelum gajian. Ini membuat saya tidak merasa bersalah ketika harus mengeluarkan uang, sebab uang saya sesuai dengan anggaran belanja dan pengeluaran yang saya buat di awal. Selain itu, minggu depannya saya sudah memperoleh gaji bulan berikutnya, sehingga saya bisa bernafas lega saat belanja. Lagipula, tak akan lari buku dan DVD film dikejar bila saya hanya menunda membelinya selama dua-tiga minggu, kan?
Mengatur uang memang tidak mudah, namun juga tidak sulit bila kita disiplin. Sekian empat tips mengelola uang bulanan dari saya. Semoga berguna bagi yang membaca :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H