Mohon tunggu...
Dorlan Tampubolon
Dorlan Tampubolon Mohon Tunggu... -

Pegawai swasta yang mengagumi tanggal merah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kegelisahan Tentang Cinta Tanah Air - Tanah Surga Katanya

16 Mei 2015   05:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:57 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_416001" align="aligncenter" width="460" caption="IndonesianFilmCenter"][/caption]

“Orang bilang tanah kita tanah surga |Tongkat kayu dan batu jadi tanaman”

Setelah tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan keluguan para tokoh yang hidup di perbatasan Indonesia Malaysia (Tanah Surga Katanya – film Indonesia 2012), saya harus berhenti pada kata-kata ‘cinta tanah air’. Kata-kata yang begitu lekat dan diulang-ulang ketika bersekolah dulu.

Lantas jika saya melemparkan pertanyaan tentang rasa cinta tanah air kepada yang lain, opini yang muncul adalah ‘biasa aja tuh ’ atau ketidakmengertian tentang cinta tanah air tadi. Ketika diulik lebih dalam mengapa menjawab ‘biasa aja tuh’, jawaban yang muncul berikutnya adalah ‘korupsi’. Jelas bahwa ada kekecewaan terhadapa tanah air yang kaya ini. Ada rasa ketidakpercayaan terhadap wakil rakyat. Ada sikap pesimis bahwa Indonesia bisa maju. Sedangkan yang lain yang menjawab mantap ‘iya cinta/bangga’ mempunyai opini sendiri bahwa memang seharusnya kita yang hidup di tanah air ini punya rasa cinta itu. Haruskah?

Dulu, bagi saya cinta tanah air adalah bagian dari kurikulum. Suatu keharusan yang dipunyai oleh seorang pelajar, sesuatu yang diupacarakan setiap minggunya, suatu kata-kata yang diam dalam kepala tetapi tidak hadir dalam bentuk rasa. Hafal akan Indonesia Raya dan lagu wajib nasional lainnya bisa membuat saya merasa cukup atas rasa berbangsa. Setidaknya saya tahu sedikit akan negeri ini. Saya hidup dengan kepercayaan bahwa saya punya cinta terhadap tanah air.

Tetapi kini, ketika pertanyaan tentang rasa cinta tanah air diperhadapkan kepada saya,  saya tidak bisa menjawabnya seperti dulu. Saya tidak terlalu kenal tentang negeri ini. Bahkan mediapun jarang sekali mempertontonkan kesuksesan Indonesia. Yang menjadi headline pemberitaan adalah politikus yang terkena korupsi. Atau keindahan siaran tentang budaya luar. Seperti halnya, tentang korupsi lebih lekat di telinga masyarakat ketimbang semestakung-olimpiade fisika. Media membuka diri sebesar-besarnya dengan kebusukan korupsi dan keindahan kebudayaan negeri lain tetapi lupa membuka kesempatan tehadap negerinya sendiri.

Apapun yg terjadi jangan sampai kehilangan cinta pada negeri ini.,-Tanah Surga Katanya

Tak kenal maka tak sayang.  Apakah rasa cinta tanah air sudah dirasakan oleh orang-orang yang lahir dan hidup di negeri ini? Tak sejahtera maka tak sayang. Atau hanya menganggap tanah air ini tidak lebih dari tempat menumpang hidup?

Saya yang tadinya tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan keluguan para tokoh Tanah Surga Katanya, kini merasa buntu karena rasa cinta yang saya punya hanya berbentuk gagasan, bukan suatu pengalaman. Lebih tepatnya sekedar semboyan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun