Mohon tunggu...
Dea Rahmatulnisa
Dea Rahmatulnisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori empati dari Martin Hoffman

17 Januari 2025   21:54 Diperbarui: 17 Januari 2025   21:54 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

**Teori Empati Martin Hoffman** adalah salah satu teori psikologi yang membahas perkembangan empati sebagai kemampuan untuk merasakan dan memahami emosi orang lain. Hoffman berpendapat bahwa empati adalah komponen penting dalam perkembangan moral, yang dimulai sejak bayi dan berkembang melalui tahapan tertentu seiring bertambahnya usia. 

---

### **Konsep Dasar Teori Empati Hoffman**

1. **Empati sebagai Kemampuan Alami**  

   - Hoffman melihat empati sebagai kemampuan bawaan manusia yang berakar pada biologi.  

   - Ini adalah dasar bagi perilaku prososial, seperti membantu orang lain dan mengurangi penderitaan mereka.  

2. **Perkembangan Empati dalam Tahapan**  

   - Empati berkembang seiring pertumbuhan usia, mulai dari reaksi emosional yang bersifat otomatis pada bayi hingga kemampuan memahami perspektif orang lain secara kompleks pada orang dewasa.  

3. **Komponen Utama Empati**  

   - **Afektif**: Kemampuan untuk berbagi atau "merasakan" emosi orang lain.  

   - **Kognitif**: Kemampuan untuk memahami situasi dan perasaan orang lain secara rasional.  

---

### **Tahapan Perkembangan Empati Menurut Hoffman**

Hoffman membagi perkembangan empati menjadi empat tahapan utama:

#### **1. Empati Global (0--1 Tahun)**  

   - **Deskripsi**: Bayi merespons emosi orang lain secara refleksif tanpa membedakan antara dirinya dan orang lain.  

   - **Contoh**: Bayi menangis ketika mendengar bayi lain menangis.  

   - **Ciri Utama**: Respon emosional bersifat spontan dan tidak disengaja.  

#### **2. Empati Egosen-trik (1--2 Tahun)**  

   - **Deskripsi**: Anak mulai memahami bahwa orang lain adalah individu yang terpisah, tetapi masih cenderung melihat situasi dari sudut pandangnya sendiri.  

   - **Contoh**: Anak membawa mainannya kepada orang yang menangis karena berpikir itu akan membuat orang tersebut merasa lebih baik.  

   - **Ciri Utama**: Perilaku membantu bersifat egosentris dan kurang memahami kebutuhan orang lain secara spesifik.  

#### **3. Empati untuk Perasaan Orang Lain (2--7 Tahun)**  

   - **Deskripsi**: Anak mulai memahami bahwa perasaan orang lain mungkin berbeda dari perasaannya sendiri.  

   - **Contoh**: Anak merasa sedih ketika melihat temannya terluka, meskipun ia sendiri tidak mengalami rasa sakit tersebut.  

   - **Ciri Utama**: Anak mulai menunjukkan perilaku prososial yang lebih matang, seperti memberikan dukungan emosional.  

#### **4. Empati untuk Keadaan Hidup Orang Lain (7 Tahun ke Atas)**  

   - **Deskripsi**: Anak dan orang dewasa mulai memahami bahwa empati dapat meluas ke situasi atau pengalaman jangka panjang orang lain, termasuk kondisi sosial atau budaya.  

   - **Contoh**: Merasa prihatin terhadap orang yang kehilangan tempat tinggal akibat bencana alam.  

   - **Ciri Utama**: Pemahaman yang lebih abstrak dan kompleks tentang situasi orang lain.  

---

### **Mekanisme Empati Menurut Hoffman**

Hoffman menjelaskan beberapa mekanisme yang memengaruhi proses empati, antara lain:  

1. **Mimicry Otomatis**  

   - Proses meniru ekspresi wajah, nada suara, atau postur tubuh orang lain, yang dapat memicu reaksi emosional serupa.  

2. **Kondisi Klasik Asosiasi**  

   - Menghubungkan pengalaman emosional tertentu dengan situasi yang serupa di masa lalu.  

3. **Imaginative Role-Taking**  

   - Kemampuan untuk membayangkan diri dalam posisi orang lain, sehingga meningkatkan pemahaman dan empati.  

4. **Perspektif Kognitif**  

   - Melibatkan kemampuan berpikir rasional untuk memahami bagaimana orang lain merasakan situasi tertentu.  

---

### **Empati dan Moralitas**

Hoffman menghubungkan empati dengan perkembangan moral. Ia menyatakan bahwa empati adalah dasar dari perilaku prososial dan keadilan. Dalam konteks moral, empati mendorong seseorang untuk:  

- Merasakan penderitaan orang lain sebagai dorongan untuk membantu.  

- Mengembangkan rasa keadilan dan tanggung jawab sosial.  

---

### **Penerapan Teori Empati Hoffman**

1. **Pendidikan Moral**  

   - Guru dan orang tua dapat membantu anak mengembangkan empati melalui diskusi tentang perasaan dan pengalaman orang lain.  

   - Mengajarkan anak untuk memahami perspektif orang lain.  

2. **Resolusi Konflik**  

   - Membantu individu memahami sudut pandang lawan bicara untuk menemukan solusi yang saling menguntungkan.  

3. **Intervensi Sosial**  

   - Menggunakan empati untuk meningkatkan kesadaran akan isu sosial, seperti kemiskinan atau diskriminasi.  

---

### **Kesimpulan**

Teori empati Hoffman menunjukkan bahwa empati adalah kemampuan alami yang berkembang seiring waktu dan dipengaruhi oleh interaksi sosial. Empati memainkan peran penting dalam perilaku prososial dan moral, serta dapat diajarkan dan ditingkatkan melalui pendidikan dan pengalaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun