Mohon tunggu...
Dea Puspita
Dea Puspita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa ilmu komunikasi dari universitas muhammadiyah sidoarjo yang memiliki keterampilan di bidang copywriter, komunikasi, sosial media manajemen dan public relattion.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Lubang Biopori untuk Mendukung Sistem Zero Waste di Kampung Siba Klasik

20 Desember 2024   08:12 Diperbarui: 20 Desember 2024   08:11 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lubang Biopori, Sumber : Kampung Siba Klasik 

 Kampung Sibaklasik, sebuah perkampungan kecil di Kabupaten Gresik, telah menjadi sorotan karena keberhasilannya menerapkan sistem zero waste melalui inovasi lubang biopori. Kampung ini tidak hanya mengurangi limbah rumah tangga, tetapi juga mengelola lingkungan dengan pendekatan ramah lingkungan yang menginspirasi masyarakat dari berbagai daerah untuk belajar.  

 

Lubang biopori adalah metode pengelolaan limbah organik yang sederhana namun efektif. Dengan membuat lubang kecil di tanah yang diisi limbah organik, biopori mempercepat proses dekomposisi menjadi kompos alami sekaligus meningkatkan daya resapan air tanah. Di Kampung Sibaklasik, setiap rumah diwajibkan memiliki setidaknya dua lubang biopori di pekarangan mereka.    

  

Kampung Sibaklasik dikenal dengan sistem zero waste yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Mulai dari pemilahan sampah rumah tangga hingga edukasi rutin, warga diajarkan untuk memahami pentingnya pengelolaan limbah. Sampah anorganik seperti plastik didaur ulang menjadi kerajinan tangan, sementara sampah organik diolah melalui lubang biopori.  

“Kami rutin mengadakan pelatihan untuk warga dan tamu dari luar kampung. Mereka belajar cara membuat lubang biopori dan memanfaatkannya,” kata Saifudin Efendi, Ketua RT Kampung Siba Klasik 

Sejak penerapan sistem ini, Kampung Sibaklasik telah mengalami banyak perubahan positif. Tanah menjadi lebih subur, banjir berkurang, dan lingkungan menjadi lebih bersih. Kesuksesan ini menarik perhatian berbagai komunitas lingkungan dan pemerintah daerah.  

“Banyak yang datang ke sini untuk belajar. Ada yang dari sekolah, universitas, bahkan komunitas lingkungan. Kami bangga bisa berbagi ilmu,” ujar ketua rt.  

Salah satu pengunjung, mengaku terinspirasi. “Kami ingin menerapkan sistem ini di kampung kami. Biopori ternyata sangat mudah dibuat dan manfaatnya besar,” katanya.  

Kampung Sibaklasik bercita-cita menjadi percontohan nasional dalam pengelolaan lingkungan berbasis zero waste. Dukungan dari pemerintah dan masyarakat diharapkan dapat memperluas dampak positif ini ke daerah lain.  

“Kami ingin menjadi kampung yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga mampu memberikan manfaat bagi generasi mendatang,” tutup ketua rt dengan optimisme.  

Dengan dedikasi yang kuat dari warganya, Kampung Sibaklasik telah membuktikan bahwa inovasi sederhana seperti lubang biopori dapat membawa perubahan besar dalam mewujudkan lingkungan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun