Kampung Sibaklasik terus menunjukkan inovasi dalam mewujudkan konsep zero waste melalui berbagai terobosan ramah lingkungan. Salah satu inovasi yang menarik perhatian adalah penggunaan self-watering pot, teknologi sederhana namun efektif untuk budidaya tanaman, terutama yang membutuhkan banyak air seperti kangkung. Sistem ini tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga efisien dalam menghemat air dan mengurangi limbah plastik.
Self-watering pot di Kampung Sibaklasik dibuat dari barang bekas seperti botol plastik, ember bekas, atau kaleng cat yang diubah menjadi wadah tanam. Sistem ini memanfaatkan prinsip kapilaritas, di mana air direservoir bawah secara perlahan naik ke media tanam di atas, memastikan tanaman selalu mendapatkan kelembapan yang cukup tanpa perlu disiram setiap hari.
“Konsep ini sederhana, tetapi manfaatnya besar. Kami menggunakan limbah plastik sebagai pot dan mengurangi kebutuhan air hingga 50%. Sangat cocok untuk tanaman seperti kangkung yang butuh banyak air,” ujar Saifudin Efendi, ketua rt kampung siba klasik.
Kangkung, yang dikenal sebagai tanaman yang membutuhkan air dalam jumlah besar, kini dapat dibudidayakan dengan lebih hemat berkat sistem self-watering pot. Selain hemat air, sistem ini juga memungkinkan warga yang memiliki lahan sempit untuk menanam di pekarangan rumah mereka.
Menurut Bu Desi, salah satu warga Kampung Sibaklasik, hasil panen kangkung dari self-watering pot sangat memuaskan. “Tanaman tumbuh subur tanpa perlu repot menyiram setiap hari. Air yang digunakan juga tidak terbuang percuma karena selalu terserap oleh tanaman,” katanya.
Penggunaan self-watering pot tidak hanya membantu budidaya tanaman, tetapi juga membawa dampak positif lainnya:
1. Mengurangi Sampah Plastik
Pot yang digunakan berasal dari botol plastik bekas, mengurangi limbah plastik yang biasanya sulit terurai.
2. Hemat Air