Ada juga yang berada di atas garis awan, namun tetap tidak dapat bersuara. Mereka adalah yang mulutnya sudah disimpan dengan rapi di lemari besi. Tuntutan mereka enggan menyia-nyiakan peluh hidup mereka selama bertahun-tahun hanya demi perjuangan yang entah akan keberhasilannya. Mereka lebih memilih diam, ikuti alunan sloka pemerintah dengan hati yang berteriak. Ada juga yang sudah pasrah, ada juga yang masih memiliki api perjuangan tapi tidak dapat mengobarkannya.
Bersyukurlah kalian yang masih terpasang mulutnya. Jangan Sekali-kali melepas mulut itu selagi ide gagasan masih ingin melewatinya dengan tembakan langsung dari otak. Kita lihat mereka yang muda, dengan jiwa kuat dan bebas yang masih mereka miliki. Masa itu menggapai kesempatan terbaik. Ini merupakan kesempatan terbaik mereka untuk menyambung lidah saudara-saudari nyangka turut berjuang sambil berkawan dengan roda gigi dan hasil bumi mereka. Lihatlah pundak kalian wahai pejuang bangsa! Kini tidak tujuan kalian saja, namun juga harapan saudara-saudara bangsa yang kalian emban. Berjuanglah dengan perjuangan yang tidak membahayakan bangsa serta negara dengan ikut membawa harapan orang di sana.
Gegernya Jakarta hari itu merupakan peristiwa besar. Tumpah ruah massa ke jalanan. Tujuan mereka terpuji namun dengan pelaksanaan penuntutan yang salah. Cukup sudah Indonesia bersedih hati, karena tidak hanya dia tapi juga ramai saudara yang menaruh harapannya pada perjuangan ini. Mereka yang tidak mengeluarkan suara akibat mulut mereka yang telah dilepas tetap mencitrakan di hari mereka akan harapan atas Indonesia. Kalian, yang berkesempatan ikut berjuang adalah sepatutnya melaksanakan dengan sebaik-baiknya. Salah langkah dan Indonesia akan sekarat. Kalian yang berkesempatan untuk mengeluarkan suara karena mulut kalian yang masih terpasang. Maka, bersuaralah dengan suara yang bisa memekakkan telinga mereka.
