Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

3 Poin Utama Hasil Pembahasan KTT G7 di Italia

17 Juni 2024   17:15 Diperbarui: 17 Juni 2024   17:24 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Pembatasan Migrasi

Migrasi merupakan agenda pribadi bagi Giorgia Meloni. Perdana Menteri Italia sedang mencari cara untuk menghentikan migrasi ilegal ke Eropa yang sebagian besar berasal dari Afrika.

Italia terjebak di tengah-tengah hal ini. Negeri Pizza sering kali menjadi pintu gerbang bagi para migran yang tiba di Pesisir Italia melalui Laut Mediterania menggunakan perahu bobrok. Sederhananya, rencana Meloni menghentikan masalah pada akarnya. Banyak migran meninggalkan negara mereka untuk mencari peluang ekonomi. Jadi kenapa tidak bawa saja peluang ke negara asal mereka? Kira-kira begitu strategi Inti Meloni.

Rencananya itu dinamakan "Mattei Plan". Dan beliau telah berhasil membawanya ke KTT G7. Untuk itu Meloni ingin mengoordinasikan semua upaya mereka yang ada untuk berinvestasi di negara-negara berkembang layaknya kemitraan G7 untuk Investasi Infrastruktur Global dan Inisiatif Gerbang Global Uni Eropa. Meloni ingin agar semua rencana ini berhasil dan mengarahkan aliran investasi, khususnya ke Afrika dengan lebih baik.

Demikian tiga komitmen penting yang diumumkan Meloni mewakili G7 pada KTT mereka kalini. Masih ada masalah yang dibahas pada KTT tersebut, namun ketiga komitmen ini yang menjadi perhatian besar G7. Pendanaan Ukraina, gencatan senjata di Gaza, dan  investasi di Afrika.

Hal ini menunjukkan bahwa banyak pekerjaan telah dilakukan di sini, dan KTT ini bukan sekedar hari libur bagi para pemimpin. G7 sebenarnya berkumpul untuk membuat rencana.

Namun agak lemah di beberapa area lain seperti masalah Tiongkok. Sebelum KTT tersebut, terdapat banyak pembicaraan dan tindakan. Misalnya, UE menaikkan tarif terhadap kendaraan listrik Tiongkok, AS memberikan sanksi kepada beberapa perusahaan Tiongkok yang dituduh membantu Rusia menghindari sanksi. Dan tampak kalau telah telah serangan multi-cabang dari Barat terhadap Beijing.

Serangan-serangan tersebut seharusnya mendapatkan momentum di KTT G7. Sebaliknya serangan tersebut tampaknya telah kehilangan kekuatan. Jika mencermati komunitas para pemimpin G7, mereka hanya mendaur ulang tuduhan dan peringatan yang sama. G7 minta agar Tiongkok bertanggung jawab untuk berhenti membantu Rusia, berhenti menindas negara-negara tetangganya, dan  menghentikan pelanggaran hak asasi manusia di Xinjian dan Tibet.

Mereka terus mengulang-ulang peringatan tersbut, namun tidak melakukan banyak hal yang konkrit mengenainya. Mereka akan memberikan tatapan tidak setuju kepada Beijing dan kemudian kembali menutup mata terhadap pelanggaran Tiongkok. Karena pada akhirnya, G7 juga sangat bergantung pada Tiongkok. Sehingga mereka tidak bisa melakukan apa pun kecuali mengulangi ceramah lama yang sama.

KTT di Bari merupakan  kesempatan yang terlewatkan bagi kelompok tujuh negara ini. KTT tersebut seharusnya digunakan untuk menindak Tiongkok dengan langkah yang lebih konkrit, layaknya kecaman mereka selama ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun