Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Narendra Modi Menang Pemilu India, Bagaimana Seharusnya Dunia Menyikapinya?

6 Juni 2024   00:36 Diperbarui: 6 Juni 2024   11:31 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perdana Menteri India Narendra Modi menyapa para pendukungnya di kantor pusat Partai Bharatiya Janata (BJP) di New Delhi, India, Selasa (4/6/2024). | Foto: AP/MANISH SWARUP via KOMPAS


Pemilu di India baru saja selesai, Narendra Modi kembali duduk di kursi Perdana Menteri untuk ketiga kalinya. Hal ini sangat penting saat ini. India merupakan salah satu pemain paling penting di dunia, sehingga pemilu di India penting untuk diantisipasi oleh para pengambil kebijakan di seluruh dunia.

Dengan memiliki 970 juta pemilih dan lebih dari 2.600 partai politik, India menjadi negara demokrasi terbesar di dunia. Faktanya, jumlah pemilih di India lebih banyak dari jumlah pemilih di tujuh negara ini jika digabungkan yaitu Afrika Selatan + Meksiko + Rusia + Banglades + Pakistan + Amerika Serikat +Indonesia. Hal inilah yang juga menjadikan pemilu di India menjadi seksi bagi akademisi dan pengamat politik.

Jadi bagaimana seharusnya dunia memandang hasil pemilu di India kali ini? Pertama-tama mari kita cermati pemenangnya.

Dunia sudah terbiasa berurusan dengan Narendra Modi dan sebaliknya juga bagi Perdana Menteri tersebut yang sudah terbiasa berurusan dengan pemimpin dunia lainnya.

Modi telah menjadi wajah bagi kebijakan luar negeri India dalam satu dekade terakhir. Pertanyaannya adalah apakah hal ini akan terus berlanjut, atau akankah sebuah koalisi memaksanya untuk lebih fokus pada politik dalam negeri?

Tampaknya hal ini tidak mungkin terjadi karena saat ini kebijakan luar negeri India sebagian besar bersifat multi-partisan. Plus, Modi bukanlah orang baru di bidang ini sehingga para mitra dan saingannya tidak bisa mengharapkan adanya perubahan, kecuali terjadi sesuatu yang drastis akhir pekan ini.

Tapi ini bukan hanya soal politik, melainkan juga soal persepsi. Banyak negara terutama negara-negara Barat telah melontarkan komentar kritis terhadap proses demokrasi di India kali ini. Mereka mempertanyakan proses peradilan di India. Mereka sifat pemilu yang bebas dan adil yang berlangsung kali ini.

Jadi hasil pemilu kali ini harus menjawab semua kritik. Apakah demokrasi di India masih hidup? Jawabannya iya kalau dilihat dari reaksi masyarakat India setelah pengumuman hasil Pemilu. Tidak ada kekerasan yang terjadi. Tidak ada demo di parlemen. Intinya masyarakat menerima hasil Pemilu. Meskipun ada protes dari oposisi terhadap proses pemungutan suara namun tidak sampai ke MK, dan menerima hasil Pemilu.

Apakah ini akan memuaskan lembaga demokrasi dan lembaga survei di Barat? atau apakah demokrasi India masih dalam bahaya?

Indeks demokrasi Barat ini pada tahun 2014 menempatkan India pada peringkat 27. Pada tahun 2023 peringkatnya turun ke peringkat 41. Hal ini bikin India masuk kategori negara cacat demokrasi (sama seperti Indonesia).

Indeks lainnya dari V-dem yang dilakukan oleh University of Gothenburg di Swedia pada tahun 2018 mendeklarasikan India sebagai negara otokrasi elektoral, atau yang disebut juga rezim hibrida, di mana lembaga-lembaga demokrasi bersifat meniru dan menganut metode otoriter.

Tapi kalau dilihat dari hasil pemungutan suara, sepertinya tidak begitu. BJP atau Partai penguasa yang mengusung Modi hanya memperoleh sekitar 37% suara. Kalau dibandingkan dengan otokrasi yang sebenarnya seperti di Rusia atau Iran hasilnya jauh berbeda.

Di Rusia Presiden Putin memenangkan 87% suara. Di Iran pemenang pemilu presiden terakhir memenangkan 72% suara. Hasil wow seperti itulah yang biasanya menjadi indikator dari otokrasi. Namun Barat tetap bersikeras menyamakan India dengan negara-negara tersebut. 

Siapa yang harus disalahkan di sini? Karena para pemilih di India sebenarnya cukup cerdas. Lihat saja bagaimana mereka memberikan suara di Delhi. Ketujuh kursi legislatif jatuh ke tangan BJP. Namun dalam pemilihan perdana Menteri yang terjadi justru sebaliknya, mereka memilih partai oposisi di India. 

Negara bagian Karnataka tahun lalu mereka memilih partai oposisi untuk legislatif tetapi tahun ini mereka memilih BJP. Bahkan di Odisha sampai Lakshadweep, BJP menyapu bersih pemilihan legislatif. Mereka memenangkan 19 dari 21 kursi tetapi di pusat mereka hanya memenangkan 53% kursi.

Hal ini menunjukkan bahwa pemilih di India sangat cerdas, sangat berbeda dengan yang terjadi di negara lain. Misalnya Amerika Serikat. Di negeri Paman Sam dari 50 negara bagian hanya 7 yang menjadi swing state, sisanya tidak pernah berubah pikiran.

Tidak masalah, apakah pemerintahan terkini memecahkan rekor inflasi. Perang Luar Negeri yang tak ada habisnya juga tidak akan menjadi masalah. Negara bagian yang berwarna biru (Demokrat) akan tetap berwarna biru, dan negara bagian yang berwarna merah (Republik) akan tetap berwarna merah.

Jadi saya kira Barat harus berhenti meremehkan dan menghina pemilih India (maupun negara lainnya di dunia). Mereka harus belajar menghormati proses demokrasi yang telah berlangsung di India.

Karena bagi negara-negara Selatan, stok demokrasi yang inspiratif sedang menurun secara global. Kita telah menyaksikan kudeta dan kekacauan yang terjadi di negara-negara Selatan seperti Afrika dan Amerika Latin. Sehingga pemilu India kali ini mengirimkan pesan yang kuat bahwa demokrasi berhasil. Dan merupakan bentuk pemerintahan yang terbaik. Tidak hanya di negara-negara Barat yang kaya tapi juga di seluruh dunia.

Saya kira, India telah mengirimkan pesan kepada semua orang. Untuk dunia Barat, "cek kembali demokrasi di negara sendiri". Untuk negara-negara Selatan, "Demokrasi masih merupakan sistem terbaik".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun