Pada dasarnya orang-orang tidak membaca buku. Mereka yang membaca buku, membelinya secara online atau membaca eBook atau mendengarkan buku audio (audio book).
Memang orang-orang masih selalu membaca setiap hari. Berita, artikel, email, tweet, pesan, iklan. Jadi secara teknis belum tentu jumlah orang membaca lebih sedikit hari ini. Tapi baca buku itu berbeda. Saat baca buku, kita harus mendalami buku tersebut.
Untuk bisa benar-benar nyambung ke cerita, kita harus unplug dari segala macam gangguan terutama digital. Dan menurut saya, inilah yang semakin gagal dilakukan kita saat ini. Kepuasan mengurai plot rumit, menguraikan metafora tersembunyi, memahami sejarah dan konsep, serta menjelajahi kedalaman emosi manusia. Semua kesenangan ini telah dilenyapkan oleh kepuasan instan emoji dan GIF, yang membawa saya  kembali ke pertanyaan apakah membaca telah benar-benar mati?
Sekarang merupakan masa gambar dan video. Namun masih ada harapan. Saya menyebut artikel ini sebagai berita kematian pada awalnya. Mungkin masih terlalu dini bilang begitu. Berkat mereka yang dengan gigih terus menentang tren sambil memegang buku bersampul tipis, semoga akan menginspirasi orang lain.
Saya sendiri gemar menonton film, namun tidak bisa menyangkal kalau cerita terbaik tidak dapat diceritakan dalam 280 karakter atau ditangkap dalam klip dan reels singkat.
Cerita terbaik butuh buku yang bagus.
Jadi, mintol sebutkan salah buku terbaik sepanjang masa versimu di kolom komentar agar menjadi referensi bagi saya dan mereka yang singgah ke artikel ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H