Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

RIP Buku, Kenapa Orang Tidak Lagi Baca Buku?

3 Mei 2024   01:46 Diperbarui: 4 Mei 2024   01:59 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi baca buku | Sumber: Freepik

Di Amerika Serikat, rata-rata orang Amerika menghabiskan 20 menit untuk membaca buku pada tahun 2020. Jumlah ini meningkat sebesar 21% dibandingkan tahun 2019. Namun jumlah tersebut tidak cukup untuk menghidupkan kembali aktivitas membaca pada tahun 2021. Rata-rata orang Amerika membaca 12,6 buku dalam setahun, turun dari 15,6 buku pada tahun 2016. Lebih dari 50 persen orang dewasa tidak menyelesaikan satu buku pun pada tahun 2021.

Di Indonesia, tren membaca bangkit kembali setelah pandemi. Khususnya bagi masyarakat perkotaan. Namun apa yang dibaca telah berubah. Generasi muda Indonesia semakin banyak yang membaca buku-buku tentang self-help (pengembangan diri).

Jumlahnya lebih tinggi dibandingkan sebelumnya dan hal ini merupakan hal yang baik karena jenis bacaan apa pun menambah nilai diri. Bukan tanpa alasan kalau banyak orang bilang "buku adalah teman terbaik".

Sayangnya, media sosial membuat bikin kekacauan pada tren membaca buku ini. Medsos menyita rentang perhatian generasi muda sehingga menyisakan sedikit ruang untuk perenungan tenang yang pernah ditawarkan buku.

Kenapa harus menyelami karakter dalam novel Dickens selama berjam-jam ketika mereka bisa membaca sekilas 280 karakter menarik di Twitter?

Ditambah ada serangan tanpa henti dari ribuan video reels. Video-video pendek semisal "tempat yang harus Anda kunjungi" juga berperan dalam tragedi ini. Siapa yang butuh membaca ketika mereka dapat menonton video 10 detik tentang kucing yang sedang bermain piano.

Sepertinya, membaca terlihat sangat lambat sekarang dalam hal menawarkan kepuasan instan. Terlalu membosankan bagi kepekaan modern kita, dan ini terlihat lagi dalam angka.

Angka Penjualan Buku Global pada tahun 2022 turun lebih dari 10 persen dibandingkan tahun 2021.

Pendapatan Global dari penjualan buku menyentuh titik terendah dalam lima tahun, yaitu sekitar 76 miliar dolar. Penerbit seperti Amazon's Westland tutup buku. Bagi mereka yang tidak menutup toko menderita lebih banyak masalah seperti PHK di penerbit buku terbesar di Amerika Serikat, Penguin Random House.

"Membaca" sedang menghadapi tantangan terbesar. Generasi muda tidak tertarik, Penerbit berada dalam masalah, dan toko-tokoi buku yang terpaksa ditutup.

Beberapa negara penutupan toko-toko buku sangat mengkhawatirkan seperti Jepang. Saat ini terdapat hampir 12.000 toko yang beroperasi di Jepang, turun 30 toko sejak tahun 2012.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun