Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

RIP Buku, Kenapa Orang Tidak Lagi Baca Buku?

3 Mei 2024   01:46 Diperbarui: 4 Mei 2024   01:59 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi baca buku | Sumber: Freepik

Kini, tidak semua buku semahal ini tetapi pastinya tak ternilai harganya. Misalnya, seri Harry Potter. Di awal tahun 2000an, jutaan karya J. K. Rowling ini terjual. Jika semua buku Harry Potter yang terjual ini diletakkan saling membelakangi maka buku itu sambung-menyambung akan mampu mengelilingi  khatulistiwa sebanyak 16 kali putaran. Hal ini memberi tahu kita bahwa sebuah judul buku mampu mencetak sejarah yang luar biasa.

Bagi kebanyakan orang seperti kita (yang suka membaca), buku mendefinisikan masa kecil kita. "Kancil dan Buaya" bikin kita ingin cerdik seperti Kancil. Atau jadi detektif seperti Conan Edogawa. Gegara Harry Potter, kita berharap Hogwarts benar-benar ada.

Buku menciptakan sebuah dunia magis. Dunia yang bisa bikin kita menghilang selama berjam-jam. Jadi, kenapa sekarang dunia itu menghilang? karena berbagai alasan. Tapi yang paling menonjol adalah kecanduan digital.

Sebagian besar dari kita sekarang hidup di ponsel. Jika kamu membaca artikel ini tanpa teralihkan, "selamat". Kamu  bagian dari beberapa yang jarang. Tapi kalau kamu menjeda baca artikel ini untuk periksa notifikasi, menggulir feed Instagram, lihat tweet dan kemudian balik lagi ke artikel ini, "selamat datang kembali". Anda sekarang telah menjadi bagian dari Tatanan Dunia Baru. Dunia yang mudah teralihkan.

Sebuah penelitian mengamati para remaja mengerjakan PR. Remaja ini disuruh mengerjakan tugas selama 15 menit. Kebanyakan dari mereka tidak dapat bertahan bahkan hanya dua menit tanpa mengirim SMS atau memeriksa media sosial.

Anak-anak sekarang membaca lebih sedikit dibandingkan sebelumnya. Pada tahun 2019 sebuah survei terhadap orang-orang berusia di bawah 18 tahun membuktikan bahwa hanya 26 persen dari mereka yang membaca setiap hari.

Kedengarannya menyedihkan. Angka ini lebih rendah dibandingkan generasi lainnya. Generasi muda sekarang kurang membaca. Banyak dari mereka mengatakan tidak menikmati membaca dan beranggapan bahwa membaca itu tugas yang sia-sia.

Survei ini merupakan survei global tapi Indonesia tidak terkecuali. Kominfo bahkan menulis "Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos".

Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Angka ini mengantarkan kita pada posisi dua terbawah pada peringkat literasi dunia.

Walaupun alasannya berbeda-beda di setiap negara, kebanyakan anak-anak di dunia tidak membaca bukan karena tidak ingin membaca, tetapi dalam banyak kasus karena mereka terbebani oleh metode belajar sekolah yang menuntut lebih banyak aktivitas fisik sehingga tak punya banyak waktu untuk membaca.

Fakta menariknya, pandemi covid menyebabkan pergeseran tren ini. Orang menghabiskan banyak waktu di dalam rumah sehingga banyak yang mulai membaca buku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun