Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Larangan Janggut Bisa Jadi Bumerang bagi Rusia

25 Januari 2023   19:32 Diperbarui: 25 Januari 2023   19:37 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak lama, Rusia bergulat melawan Ukraina dalam perang yang punya konsekuensi bersejarah. Sekarang Rusia punya kebijakan baru untuk meningkatkan kualitas tentaranya yang mungkin akan punya konsekuensi bersejarah. Kebijakan baru itu adalah mencukur bersih janggut.

Rusia memerintahkan semua pasukan yang berperang bagi Rusia untuk mencukur janggut. Pemimpin militer mereka mengatakan bahwa Rusia ingin tentaranya disiplin. Dan salah satu disiplin itu adalah mencukur bersih janggut.

Para pemimpin militer Rusia percaya bahwa wajah yang bersih mencerminkan disiplin. Katanya, "mencukur bersih wajah merupakan bagian dasar dari disiplin militer."

Apa iya bulu di wajah mencegah seorang prajurit menjadi seorang pahlawan di medan perang?

(Mungkin komando tinggi baru Rusia sedikit terguncang oleh disiplinnya perlawanan Ukraina). Beliau percaya bahwa wajah yang bersih dari janggut akan membawa kemenangan.

Foto dengan wajah tanpa janggut di bawah ini adalah Viktor Sobolev. Beliau adalah seorang pensiunan letnan jenderal dan anggota parlemen dalam komite pertahanan Rusia Dalam sebuah wawancara dengan situs berita RBC pada hari Rabu, Sobolev membela larangan janggut sebagai "bagian dasar dari disiplin militer".

Beliau punya argumen (yang menurut saya aneh). Katanya, bahkan selama perang yang paling intens,  prajurit harus mencari "15 hingga 30 menit untuk mengatur penampilan mereka".

Iya sih, disiplin itu penting. Tetapi tentunya berarti disiplin di medan perang, alih-alih disiplin di depan cermin.

Yevgeny Prigozhin, Bos Wagner Group tidak setuju dengan Sobolev. Prigozhin menggambarkan para jendral Rusia sebagai sekelompok badut.

Pendapat Prigozhin punya pengaruh bagi kemenganan Rusia. Jika tentara Rusia ingin bertahan di Ukraina atau memenangkan perang di Ukraina, Putin sangat membutuhkan Wagner Group. Wagner Group merupakan tentara bayaran swasta yang mengklaim kendali atas kota Soledar di Ukraina bahkan sebelum pasukan Rusia memproklamirkan kemenangannya di sana.

Jika tentara bayaran swasta yang mampu memberikan kemenangan cepat (setidaknya lebih cepat dari yang bisa dilakukan angkatan darat Rusia) menjauh dari mereka, bisa menjadi suatu kerugian bagi Rusia.

Banyak tentara di kelompok tentara swasta ini adalah Muslim, dan bahkan kalau bukan, mereka kemungkinan akan tetap bertanya-tanya, ada urusan apa para jendral Rusia memerintahkan mereka bercukur? Saya bilang begitu karena bos mereka saja mengatakan bahwa para pemimpin pertahanan Rusia seperti sekelompok badut.

Tidak jelas alasan mengapa pemimpin tentara Rusia harus berkonsentrasi pada glamorisasi tentara ketika ada masalah lain yang sedang menangis meminta perhatian, misalnya jumlah korban  atau kebuntuan.  

Kelompok Wagner yakin bahwa larangan janggut benar-benar tidak masuk akal. Yevgeny Prigozhin, menyebut komentar Sobolev "tidak masuk akal" dan "arkaisme dari tahun 1960-an".

Kolaborasi Wagner Group dengan tentara Rusia sudah biasa jadi berita utama. Tapi ada pendukung militer Rusia yang hanya sesekali dibicarakan yaitu Chechnya.

Saya tidak tahu berapa banyak dari pembaca yang tahu tentang mereka. Tetapi Republik Chechnya punya Angkatan Daratnya sendiri, dan Angkatan Darat mereka telah bertempur bersama dengan pasukan Rusia di Georgia bahkan di Suriah.

Ketika Rusia menginvasi Ukraina, sekitar 12.000 tentara Chechnya dikerahkan  ke garis depan. Selama satu tahun terakhir jumlah tentara Chechnya yang berjuang untuk Rusia terus meningkat.

Tentara Chechnya ini kebanyakan muslim yang sudah pasti tidak senang dengan larangan janggut Rusia. Tentara Chechnya dipimpin oleh Ramzan Kadyrov (yang selalu berjanggut) sejak 2007. Bagi Chechnya, janggut adalah tentang agama, bukan fashion. Dan bagi mereka larangan tersebut merupakan penghinaan terhadap Islam.

Kadyrov baru-baru ini mengatakan "tampaknya Letnan Jenderal Victor Soberlev punya banyak waktu luang karena dia tidak melakukan apa-apa selain membaca ulang kode etik militer"

Sebelum masalah janggut, orang-orang Chechnya sudah marah duluan pada pemimpin militer Rusia karena kekalahan dalam perang ini. Ketika Ukraina merebut kembali Kota Izyum, Kadyrov memposting pesan kemarahan di Telegram, "kami punya orang-orang kami di luar sana. Pejuang yang disiapkan khusus untuk situasi seperti itu. Sepuluh ribu lebih Pejuang siap bergabung dengan mereka (pejuang Chechnya di Izyum). Jika hari ini atau besok tidak ada perubahan dalam pelaksanaan operasi militer khusus, saya terpaksa harus pergi ke kepemimpinan negara (Rusia) untuk menjelaskan kepada mereka (tentang) situasi di lapangan."

Belum reda kemarahan Chechnya karena kekalahan di Izyum, larangan janggu muncul. Jadi bisakah masalah janggut ini memprovokasi situasi seperti selongsong peluru yang diduga memprovokasi pemberontakan melawan pemerintahan Inggris pada tahun 1857.

Iya sih, mungkin perbandingannya terlalu jauh (dalam waktu) tetapi kenyataannya adalah bahwa larangan jenggot telah melukai sentimen serupa, sentimen agama.

Dan dalam pertarungan antara agama dan kesetiaan terhadap kemenangan Moskow, kemungkinan besar Rusia menjadi pihak yang mengalami kerugian besar.

Sumber: Reuters

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun