Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Prediksi IMF: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Menurun dan Inflasi Meningkat, Haruskah Kita Cemas?

13 Oktober 2022   17:05 Diperbarui: 14 Oktober 2022   13:44 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi inflasi (Shutterstock via KOMPAS)

Pada hari Selasa (11/11) penasihat ekonomi global IMF (International Monetary Fund) atau Dana Moneter Internasional bikin prediksi yang agak suram. "Yang terburuk belum datang dan bagi banyak orang, 2023 akan terasa seperti resesi." IMF memproyeksikan penurunan pertumbuhan ekonomi global dari 3,2% di tahun 2022 ke 2,7% pada tahun 2023.  Prediksi itu tertuang dalam laporan terbaru IMF bertema World Economic Outlook: Countering the Cost-of-Living Crisis, dikutip Kamis (13/10/2022). 

Untuk negara kita sendiri, IMF memperkirakaan pertumbuhan ekonomi Indonesia di angka 5,3% pada tahun 2022 dan turun menjadi 4,9% pada 2023. Sementara inflasi meningkat dari 4,6% pada 2022 ke 5,5% pada 2023.

Artikel ini akan membahas apa artinya prediksi ini bagi kita dan haruskah kita cemas?

Pertama kita lihat dulu proyeksi pertumbuhan ekonomi terbaru beberapa negara.

(Sumber: IMF/olah pribadi)
(Sumber: IMF/olah pribadi)

Jadi jika proyeksi IMF tepat, ekonomi global akan tumbuh 2,7% tahun depan. Angka ini setelah disesuaikan dengan inflasi. Akan saya rinci lebih lanjut.

IMF mengatakan bahwa tahun 2023 akan "terasa seperti resesi" bagi banyak orang. Artinya organisasi tersebut tidak yakin akan ada resesi global. Penasihat ekonomi global IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan bahwa ada sekitar 25% kemungkinan pertumbuhan ekonomi dunia akan di bawah 2%. Dunia pernah mengalami situasi ini sebanyak lima kali sejak 1970, yaitu krisis minyak tahun 1973, disinflasi 1981, krisis keuangan 1998 dan 2008.

Peristiwa seperti krisis minyak 1973 dan krisis keuangan 2008 bukanlah tanda yang bagus. Tapi kenapa kita harus peduli dengan perkiraan IMF apalagi IMF tidak persis  memprediksi resesi, katanya akan "terasa seperti" resesi.

Sekarang mari kita lihat proyeksi inflasi terbaru.

(Sumber: IMF/olah pribadi)
(Sumber: IMF/olah pribadi)

Proyeksi angka pertumbuhan IMF di atas sudah disesuaikan dengan inflasi. Angka pertumbuhan satu persen di AS untuk 2023 merupakan angka setelah dikurangi 3,5% inflasi. Jadi apakah artinya kita akan bisa mengatasi tingginya harga komoditas? Apakah kita akan baik-baik saja? Tidak juga.

Semua orang di seluruh negara tidak akan tiba-tiba tambah kaya secara proporsional. Itu karena pertumbuhan ekonomi tidak merata. Contoh, para CEO pada umumnya mendapatkan kenaikan gaji yang lebih besar dari karyawan lain. Jadi ada beberapa orang yang pertumbuhan ekonominya lebih lambat daripada yang lain di dalam sebuah perusahaan.

Tapi tidak seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi tidak melakukan diskriminasi. Jadi sepotong roti akan tambah mahal untuk semua orang terlepas dari jabatan atau pertumbuhan gajinya. Itulah mengapa tingkat pertumbuhan yang tinggi penting selama masa inflasi tinggi. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan semakin banyak orang yang diuntungkan meskipun ada ketimpangan pendapatan.

Masalahnya, IMF mengatakan bahwa  tingkat pertumbuhan akan tetap rendah. Jadi mungkin karena perhitungan ini IMF mengatakan bahwa tahun 2023 akan terasa seperti resesi bagi banyak orang.

Invasi Rusia ke Ukraina menjadi kambing hitam dari proyeksi ekonomi yang suram. Peperangan  menyebabkan kelangkaan biji-bijian global. Kedua negara tersebut termasuk produsen ekspor gandum terbesar di dunia.

Meski ekspor dilanjutkan setelah PBB dan Turki menengahi kesepakatan untuk mengirim gandum tetapi berton-ton biji gandum sudah terlanjur menghilang. Kekurangan itu yang mendorong kenaikan harga di seluruh dunia.

Lalu ada minyak. Sanksi AS dan Barat terhadap Rusia telah menyebabkan kenaikan tajam harga bahan bakar. Eropa sedang berjuang untuk menjauhkan diri dari gas murah Rusia. Dalam upayanya untuk menghukum Rusia, kini Eropa menatap musim dingin di depan mata tanpa kecukupan sumber energi untuk menghangatkan diri.

Dan tentu saja keputusan OPEC baru-baru ini untuk mengurangi produksi minyak juga akan mempengaruhi harga bahan bakar. Amerika "lega" dengan proyeksi IMF. Presiden AS Joe Biden baru-baru ini mengumumkan bahwa mungkin ada sedikit resesi.

Lalu Inggris. Sekarang krisis biaya hidup di Inggris tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi yang sangat kecil dan inflasi yang tinggi.

Sementara China pada tahun 2022 diperkirakan akan mengalami tingkat pertumbuhan terendah dalam beberapa dekade terakhir. Pada 2023, proyeksinya tidak terlalu baik bagi Beijing, namun angka inflasinya terkendali. Presiden Xi Jinping bisa merasa tenang.

Dalam dua tahun ke depan hanya beberapa negara yang ekonominya diprediksi berhasil berjalan tanpa cedera serius. Kita salah satunya. Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi kita berkurang 0,4%, ekonomi Indonesia diprediksi akan tumbuh hampir dari dua kali lebih cepat dari rata-rata global.

Negara kita telah berhasil menjadi salah satu dari 10 emerged economy countries. Artinya, negara kita telah menjadi satu dari 10 negara di dunia yang ekonominya telah melampaui kategori ekonomi berkembang menurut PDB nominal atau yang disesuaikan dengan PPP. Kita telah merangkak dari dasar dan berhasil melampaui negara-negara lain di dunia, dan menurut proyeksi IMF, kita masih akan terus melakukannya di tahun 2023.

Artinya, kita boleh tetap menjalankan aktivitas ekonomi seperti biasa. Jangan karena prediksi yang beredar kita jadi takut belanja kebutuhan, ekonomi negara macet jadinya. Akibatnya resesi yang diprediksi terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun