Pengamat Iran mengatakan protes yang terjadi di kilang minyak Abadan sangat signifikan. Karena kilang tersebut merupakan kilang minyak terbesar di Iran dan tertua di seluruh Asia Barat. Pada tahun 1970-an pemogokan di kilang ini memainkan peran penting dalam pemberontakan yang menggulingkan mantan Shah Iran. Protes dimulai dari sini dan menyebar ke kilang lainnya. Jadi, akankah sejarah terulang kembali?
Kita tidak bisa memastikan mengingat betapa kuatnya rezim Iran yang sekarang. Meski begitu banyak juga yang percaya jika rezim yang sekarang tidak cukup kuat untuk menahan pemogokan di kilang minyak. Secara teknis, ekonomi negara bergantung pada minyak, jadi jika lebih banyak pekerja mogok konsekuensinya bisa sangat parah. Sebenarnya media Barat sudah menyebut pemogokan di sektor minyak sebagai tonggak sejarah.
Bagaimana pemerintah Iran menanggapinya? Otoritas Iran menolak untuk mengakui kemarahan publik dan menyalahkan aksi protes yang terjadi pada konspirasi asing. Kementerian Luar Negeri mengatakan tidak akan mengizinkan negara mana pun untuk mencampuri urusan dalam negerinya. Berikut saya kutip pernyataan Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani dalam siaran pers Kementerian Luar Negeri Iran, "Masalah internal Republik Islam Iran terkait dengan pemerintah dan  bangsa Iran. Kami tidak akan mengizinkan negara mana pun untuk ikut campur dalam urusan internal Republik Islam Iran."
Jadi negara mana yang menurut Iran mencampuri urusan dalam negerinya? Amerika Serikat dan Israel. Minggu lalu pemimpin tertinggi Ayatollah Khamenei sendiri membuat tuduhan itu. Beliau mengatakan bahwa ada dua sekutu yang berkonspirasi di balik aksi protes yang digambarkannya sebagai kerusuhan ini.
Kekuatan asing mungkin atau mungkin juga tidak mencoba untuk meningkatkan tensi aksi protes, tetapi cara Iran menindak warganya sendiri, cara remaja Iran menghilang, lebih mengatakan banyak hal tentang keadaan sebenarnya. Saya kira apapun alasannya, hanya akan membenarkan kemarahan yang sedang terjadi di jalanan. Saya punya alasan bilang begitu.
Kali ini masyarakat Iran tidak sekedar meminta reformasi, tetapi revolusi. Aksi-protes yang terjadi kali ini tidak hanya memprotes rezim yang ada sekarang, tapi sistem patriarki yang tertanam kuat di negara tersebut sedari awal Republik Islam Iran didirikan. Siswi sekolah merobek bukan hanya gambar pemimpin rezim sekarang, mereka merobek juga gambar pendiri bangsa. Ini menandakan bahwa masyarakat terutama perempuan sudah muak dengan diskriminasi gender yang tertanam dalam sistem pemerintahan dan sosial Iran. Iran tidak lagi menuntut pergantian rezim saja, mereka menuntut demokrasi dan HAM bagi Iran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H