Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Tidak Banyak Peningkatan di iPhone 14, Apa iPhone Bakal Kehilangan "Appeal"?

8 September 2022   18:04 Diperbarui: 11 September 2022   04:20 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lustrasi iPhone 14. [Macrumors] 

Tahun 2007 Steve Jobs meluncurkan iPhone. Ponsel tersebut tidak pakai keyboard fisik. Hanya ada satu tombol home. Layar membentang di seantero ponsel. Apa yang kita lihat mainstream pada ponsel hari ini pada era itu menjadi inovasi besar yang bakalan mengubah dunia ponsel selamanya.

Kini, sebagian besar dari kita punya layar sentuh yang sama seperti yang diperkenalkan Steve Jobs 15 tahun lalu. Tapi Apple hari ini tidak sama dengan dahulu. Kemarin Apple punya acara peluncuran lain yang mengungkap fitur iPhone 14.

Kemungkinan akan menyertakan pembaruan  ke penyimpanan, kamera, dan desain. Jika rumornya benar maka smartphone tersebut juga akan dilengkapi dengan konektivitas jaringan satelit. Fitur tersebut akan memungkinkan pengguna untuk mengirim pesan teks darurat meski indikator sinyal ada tanda "x" alias tanpa jaringan sekalipun.

Semuanya kelihatannya bagus tapi tidak ada yang luar biasa dengan luncuran teranyar tersebut. Pertama kali iPhone diluncurkan, ponsel tersebut mengubah pasar. Sejak itu iPhone menjadi dari satu kekuatan ke kekuatan lainnya. Tapi akhir-akhir ini Apple terlalu bergantung pada kejayaan masa lalu.

Biar saya klasrifikasi dulu, Apple tidak sedang dalam krisis. Apple masih menjadi salah satu perusahaan terkaya di dunia. Bahkan raksasa teknologi itu menjadi perusahaan pertama yang mencapai kapitalisasi pasar sebesar tiga triliun dolar AS. Faktanya, nilai pasarnya melampaui PDB dari beberapa negara ekonomi teratas termasuk Perancis, Italia, Kanada. dan Korea Selatan.

Saat ini rantai pasok global sedang mengalami kemunduran, mulai dari pandemi, perang di Ukraina dan situasi geoplitik dengan Cina yang bikin Apple harus memindahkan pabriknya keluar dari Cina ke India. Seperti yang saya bahas sebelumnya, perusahaan AS sedang melakukan friendshoring.

Meski begitu tetap saja tiga dari sepuluh smartphone adalah smartphone premium (smartphone yang harganya lebih dari 400 dolar) dan 62% di antaranya adalah iPhone. Apple masih tetap luar biasa. Jadi bukan Apple saja yang bermasalah, tapi karena memang ada tantangan besar pada rantai pasok saat ini.

Pada bulan Juli, Apple melaporkan pendapatan kuartal ketiga yaitu sebesar 83 miliar dolar AS. Dibandingkan dengan tahun lalu 81,4 miliar dolar AS, tahun ini mengalami peningkatan sebesar 2% jadi angkanya lebih tinggi dari perkiraan analis. Inilah masalahnya, keuntungan mereka tergelincir turun 10%.

Tapi masalah Apple bukan hanya angka di atas, kekurangan Apple terletak pada kurangnya inovasi. Tidak ada sesuatu yang baru lagi dari Apple. Apple tidak lagi "think different" dan bergantung pada pelanggan setia yang sering mengupgrade ponsel mereka.

Bagaimana jika pelanggan mulai bosan menunggu terlalu lama untuk mengupgrade ponsel mereka,? itu bisa jadi masalah utama bagi Apple. Orang lebih suka memperbaiki bukannya mengganti tapi penjualan  Apple bergantung pada pelanggan yang mengganti ponsel baru.

Faktanya, Apple pernah dituntut karena secara diam-diam sengaja memperlambat kinerja ponsel lawas agar pelanggan beli model yang baru. Kasus ini terkenal dengan nama "'Batterygate'.

Tapi kok Apple masih terus Berjaya? apakah karena brand value-nya? Mungkin. Beli produk Apple punya  nilai aspirasional. Kalau beli produk Apple apa pun, orang jadi merasa "naik kelas" bahkan jika harus menggelontorkan lebih banyak uang untuk fitur-fitur yang bisa didapatkan di merek lain dengan harga yang jauuuuh lebih murah. "Yang penting Apple".

Bahkan Apple mengenakan pajak untuk brandnya. Hal ini terkenal dengan istilah "Apple tax" yang merupakan istilah slang untuk biaya komisi yang dibebankan Apple terhadap penggunaan App Store dan sistem pembayaran dalam aplikasinya. Jadi, ketika seseorang membayar tagihan atau membeli susatu pakai Applepay, maka vendor tersebut harus membayar komisi ke Apple.

Tapi sekali lagi, pada intinya masalah yang terbesar karena mereka tidak lagi inovatif. Beberapa peningkatan di sana-sini tidak merubah kenyataan bahwa Apple gagal membawa sesuatu yang baru entah itu aplikasi, perangkat pintar, atau bahkan toko ritelnya.

Dunia teknologi berubah secepat kilat. Apple sekarang menghadapi tantangan untuk tetap menjadi pemain dominan di pasar. Tetapi untuk itu, Apple perlu melampaui produk-produk yang ada di pasaran dan memperkenalkan kategori produk yang sama sekali baru yang bikin pelanggan serasa susah beraktifitas tanpanya. Mungkin Apple harus kembali ke tagline lamanya. Untuk itu Apple perlu "Think different".

Jadi apa worth it buat upgrade ke iPhone 14? opini saya, hanya ada sedikit alasan untuk memperbarui. Karena hanya ada sedikit pembaruan tambahan selain dari kemungkinan menggunakannya sebagai semacam satelit untuk pesan darurat jadi kita bisa menghemat sekitar 3 jutaan jika beli perangkat terpisah. Tapi itu juga masih rumor. Entah benar atau tidak. Jadi kalau belum rusak dan masih nyaman dengan performa yang lawas, untuk apa ganti? buang-buang uang saja.

Tidak hanya bagi perangkat Apple, gantilah perangkat apapun kalau benar-benar perlu saja. Misalnya kalau butuh lebih banyak kapasitas memori  atau baterai atau dapat kerjaan baru yang memang perlu fitur yang hanya ditemukan di perangkat baru tersebut.

Saat ini Apple sedang mengerjakan mobil listrik dengan fitur autopilot dan headset VR (virtual reality) yang sangat mahal jadi mungkin akan ada yang menarik di masa depan, mungkin sekitar lima atau sepuluh tahun atau lebih. Mungkin saja kedua produk baru ini akan menjadi inovasi  yang benar-benar massal di pasar.

Yah semoga Apple tidak tumbang seperti Blackberry.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun