Offshoring lalu reshoring, sekarang langkah terbaru pejabat AS untuk menangani gangguan rantai pasokan global adalah "friendshoring".
Hampir memasuki tujuh bulan perang di ukraina berlangsung dan fokus dunia menjadi statis. Dunia disibukkan dengan masalah yang sama misalnya melonjaknya harga energy, kekurangan pangan, dan menipisnya cadangan gas di Eropa. Semua ini merupakan hasil jangka pendek dari Invasi Putin.
Di Indonesia kita turut menjadi korban dampak perang di Ukraina. Mulai dari kelangkaan minyak goreng, kenaikan harga gandum hingga yang terkini harga tiket pesawat dan BBM.
Tapi selain jangka pendek di atas ada juga implikasi jangka panjang yang dapat mengubah tatanan dunia. Keputusan dari pengambil kebijakan yang dapat berdampak pada aturan dan perilaku global.
Dalam hal ini ada dua pernyataan yang dibuat oleh Menteri Keuangan AS Janet Yellen. Pada bulan april beliau menyampaikan gagasannya secara daring yaitu meminta negara-negara yang berpikiran sama untuk mengikuti kebijakan friendshoring. Tujuannya untuk melindungi rantai pasokan mereka dari ancaman gangguan seperti misalnya Perang di Ukraina saat ini.
Pada bulan Juli, Yellen sekali lagi menekankan strategi friendshoring. Kali ini beliau meminta sekutu tepercaya AS untuk melindungi investasi dan rantai pasok AS dan sekutu.
Strategi apa yang Yellen maksud? Apa itu friendshoring?
Biar lebih murah biaya produksi, biasanya suatu perusahaan (terkadang juga negara) lebih sering melakukan offshoring yaitu memindahkan bisnisnya ke wilayah yang lebih murah biaya tenaga kerja atau ke wilayah di mana bahan bakunya murah. Sedangkan kalau menarik kembali aset perusahaan kembali ke negara asal disebut reshoring.