Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Darurat Nuklir di Zaporizhzhia, Rusia vs Ukraina Memasuki Fase Paling Mengerikan

14 Agustus 2022   01:49 Diperbarui: 16 Agustus 2022   16:39 1022
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto dari video yang dirilis Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada 7 Agustus 2022, tampak Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir atau PLTN Zaporizhzhia di bawah kendali militer Rusia di Ukraina tenggara.(RDMPS via AP PHOTO via kompas.com)

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia di Ukraina dijadikan pangkalan militer oleh Rusia.

Zaporizhzhia merupakan PLTN terbesar di Eropa. Sekarang fasilitas tersebut dipenuhi tentara dan senjata Rusia. Mereka meluncurkan roket dari dalam sana dan seluruh dunia khawatir akan konsekuensinya.

Tidak hanya sekali dua kali PLTN ini dihantam tetapi setidaknya 10 kali. Jadi perang Urkaina sedang berada pada titik terkritis saat ini, karena ledakan nuklir akan menjadi bencana besar bagi Eropa dan dunia.

Pejabat Ukraina menuduh Rusia menggunakan  Zaporizhzhia sebagai perisai untuk menghadapi Ukraina. Meski tidak mengaku secara resmi tetapi Ukraina melancarkan serangan ke dalam Zaporizhzhia, dan dunia tidak dapat menghentikan mereka.

Beberapa media memberitakan bahwa Zaporizhzhia berada dalam kendali Rusia sejak bulan Maret, dan dalam beberapa minggu terakhir PLTN tersebut telah berubah menjadi medan perang. 

Pertempuran di sekitar Zaporizhzhia meningkat. Ada enam reaktor di fasilitas ini, semua berada di bawah kendali Rusia tapi teknisinya orang Ukraina. Mereka berada di sana sebelum invasi dan ketika tentara rusia mengambil alih mereka menahan staf Ukraina. 

Dari sana tentara Rusia mulai menyerang tentara Ukraina. Pasukan Rusia tidak perlu repot-repot melangkah ke luar untuk menyerang tentara Ukraina. 

Ada sekitar 500 tentara rusia di dalam fasilitas nuklir tersebut. Citra satelit dari bulan lalu menampakan selusin kendaraan militer diparkir di dekat gedung PLTN. Lihat seberapa dekat mereka dengan reaktor pertama dan kedua. 

03-46-36-images-62f7f1d5a1aeea7f631492a6.jpg
03-46-36-images-62f7f1d5a1aeea7f631492a6.jpg
Ada juga beberapa tenda di dekatnya yang kemungkinan digunakan oleh pasukan Rusia. Laporan mengatakan seorang anggota staf Ukraina dipukuli sampai mati.

Beberapa minggu yang lalu orang Ukraina mulai serangan balik. Mereka melakukan serangan pesawat tak berawak (drone) ke Zaporizhzhia. Kemudian merilis videonya. 

Drone tersebut merupakan drone kamikaze yang menembaki tentara Rusia yang berada di dalam fasilitas nuklir. Tiga orang tentara Rusia tewas 12 terluka, dan sejak itu kedua belah pihak saling melancarkan serangan.

Badan Energi Atom Internasional (IAEA) yang merupakan badan pengawas nuklir global mengatakan pasokan listrik untuk reaktor nuklir terkena. 

Kerusakan pasokan listrik merupakan masalah yang sangat serius karena daya yang konstan sangat penting bagi setiap reaktor. Pembangkit nuklir membutuhkan sirkulasi air yang konstan untuk mendinginkan intinya. 

Untuk itu setiap reaktor nuklir membutuhkan pompa air dan pompa ini menggunakan listrik. Itulah sebabnya kerusakan pasokan daya ke reaktor menjadi perhatian IAEA. 

Belum jelas siapa yang berada di balik serangan tersebut atau apakah sudah diperbaiki. Yang jelas, berita buruknya sekarang adalah ada bahan peledak di dalam fasilitas nuklir kemudian ada roket yang ditembakkan ke sana tapi tidak ada pihak yang mengaku bertanggung jawab.

Minggu ini Rusia menembakkan roket dari Zaporizhzhia. Roket tersebut menghantam daerah pemukiman. 14 warga sipil tewas. Kemudian mereka melancarkan serangan lagi kemarin.

Bagaimana dunia menanggapinya?

Seorang prajurit dengan bendera Rusia di seragamnya berjaga di dekat PLTN Zaporizhzhia pada 4 Agustus. (ALEXANDER ERMOCHENKO/REUTERS)
Seorang prajurit dengan bendera Rusia di seragamnya berjaga di dekat PLTN Zaporizhzhia pada 4 Agustus. (ALEXANDER ERMOCHENKO/REUTERS)

IAEA menyalakan alarm panik.
Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi berkomentar kepada Dewan Keamanan PBB "ini adalah waktu yang serius. (Negara-negara) great power dan IAEA harus diizinkan untuk melakukan misi sesegera mungkin. 

IAEA telah siap untuk melakukan misi seperti itu sejak Juni. Ketika kami siap untuk beraksi tapi sayangnya karena faktor politik dan pertimbangan lain, (misi) itu tidak mungkin dilakukan." Dikutip dari Global News.

Dunia sedang menghadapi krisis nuklir dan sayangnya seruan IAEA jatuh ke telinga tuli. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam bahwa Rusia telah melakukan pemerasan nuklir. Setelah gas, kali ini Rusia menggunakan fasilitas nuklir sebagai senjata.

"Rusia telah memprovokasi darurat radiasi terbesar dalam sejarah di stasiun nuklir Zaporizhzhia dan akibat faktual bisa lebih mengerikan dari Chernobyl." Kecam Zelensky.

Lebih berbahaya daripada Chernobyl, katanya. Sayangnya, hal tersebut tidak menghentikan serangan pasukan Ukraina.
Dewan keamanan PBB bertemu pada hari Kamis untuk membahas hal ini. 

Duta besar Rusia mengatakan Ukraina telah melakukan "tindakan kriminal" pada infrastruktur nuklir dan karena saling tuduh ini berlanjut, India juga telah menyatakan keprihatinannya. 

Berikut kata pejabat India pada pertemuan dewan keamanan PBB Kamis lalu, "India menyatakan keprihatinannya atas laporan penembakan di dekat fasilitas penyimpanan sisa bahan bakar dari pembangkit listrik tenaga nuklir, kami menyerukan untuk saling menahan diri agar tidak membahayakan keselamatan dan keamanan fasilitas nuklir. 

"India terus prihatin atas situasi di Ukraina sejak awal konflik. India secara konsisten, menyerukan penghentian segera permusuhan dan mengakhiri kekerasan. Kami telah meminta kedua belah pihak untuk kembali ke jalur diplomasi dan dialog kami mendukung semua upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik."

PBB sedang mencoba untuk memecah kebuntuan. Mereka mengusulkan zona demiliterisasi di sekitar Zaporizhzhia. 

Sekjen PBB melalui juru bicaranya Stephane Dujarric mendesak penarikan personel dan peralatan militer dari Zaporizhzhia dan penghindaran penyebaran lebih lanjut dari pasukan atau peralatan militer. 

"Fasilitas tidak boleh digunakan sebagai bagian dari operasi militer apa pun", katanya, sebaliknya, kesepakatan mendesak diperlukan di tingkat teknis tentang batas demiliterisasi yang aman untuk memastikan keamanan area Zaporizhzhia. 

Itu ide yang bagus, tetapi tidak akan berhasil sampai semua pemangku kepentingan yang terlibat setuju. Sayangnya, dari apa yang tampak hal itu tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Sumber: 1, 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun