Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Memahami Krisis Cina-Taiwan, Kenapa Xi Jinping Terobsesi dengan Taiwan?

8 Agustus 2022   08:41 Diperbarui: 8 Agustus 2022   19:02 1790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Antara News)

Kalau sering mengikuti berita internasional, sudah pasti Anda tidak ketinggalan berita besar dari Taiwan baru-baru ini. Mulai dari kunjungan juru bicara AS Nancy Pelosi yang menarik perhatian; kemudian Cina menanggapi dengan latihan militer; tembakan rudal balistik Cina ke Taiwan; serta berulang kali Cina melatih serangan ke Taiwan. 

Ketika dunia memprotes, Cina ngeyel dan bilang "ini adalah masalah internal beijing." Masalah internal apa itu? Kenapa Cina terobsesi dengan Taiwan?
Artikel ini akan mencoba menjawab pertanyaan tersebut.

Taiwan merupakan sebuah pulau di Laut Cina Selatan. Luasnya sekitar 36.000 kilometer persegi. Jarak taiwan kira-kira 161 kilometer dari daratan Cina. Keduanya dipisahkan oleh selat Taiwan.

Lalu ada deretan negara tetangga Filipina, Korea Selatan, Brunei, Vietnam, dan Jepang. Dari skala peta, semuanya berjarak sepelemparan batu dari Taiwan. Tapi kenapa hanya Cina yang terobsesi dengan pulau kecil itu? 

Taiwan pertama kali muncul dalam catatan Cina selama dinasti Zhou. Kaisar mengirim ekspedisi dan para penjelajahnya menemukan Taiwan. Catatan tersebut merupakan cerita dari sisi Cina. 

Di tahun 1600-an, Taiwan menjadi koloni Belanda. Pelaut Portugis menyebut Taiwan dengan sebutan "ilha formosa" yang artinya "pulau indah". Pemerintahan Belanda di Taiwan berlangsung dari tahun 1624 hingga 1661. 

Pada tahun 1683, Taiwan jatuh ke tangan Cina di bawah kekuasaan dinasti Qing. Di tahun-tahun berikutnya banyak orang Cina bermigrasi ke Taiwan. Kebanyakan orang Cina Hakka. 

Pemerintahan Cina ini berlangsung sampai tahun 1895 karena pada tahun 1895 Cina kalah perang Sino-Jepang I. Dan Taiwan harus diserahkan ke Jepang.

Beberapa dekade kemudian, ketika Jepang kalah Perang Dunia II, Taiwan diperebutkan lagi dan Cina berada di pihak yang menang.

Kemudian disebut Republic of China (Republik Cina) yang disingkat ROC sehingga ROC bermula dari gagasan untuk mengendalikan Taiwan dengan restu dari AS dan Inggris. 

Tetapi Republik Cina atau ROC merupakan suatu kekacauan besar karena diperintah oleh kediktatoran militer.

Chiang Kai-shek adalah pemimpinnya. Chiang memimpin sebuah partai nasionalis yang disebut Kuomintang dan memerintah cina dengan tangan besi. Di bawah kekuasaannya terjadi ketidakpuasan, kerusuhan, dan perang saudara.

Pada masa inilah pemimpin komunis Mao Zedong menjadi semakin populer. Tentara merahnya melawan partai Chiang. Mao menang pada tahun 1949. Kemudian mendirikan Republik Rakyat Cina atau RRC.

Chiang melarikan diri ke Taiwan. Pulau itu memiliki iklim subtropis. Sumber daya yang melimpah  dan infrastruktur canggih yang dibangun oleh jepang juga Taiwan bebas dari pengaruh komunis. 

Dan Chiang tidak pindah ke Taiwan dengan tangan kosong. Dia berhasil membawa satu setengah juta orang, angkatan udara ROC, artefak dari museum istana nasional, buku-buku perpustakaan pusat nasional, museum pusat nasional, dan perpustakaan Beijing, stasiun radio, bahan bakar, amunisi, kapal, pakaian, mobil, kayu, serta 774 kotak emas. Pada dasarnya Chiang mengambil semua yang bisa diambilnya dari Cina lalu mendirikan pemerintahan di pengasingannya di Taiwan dan mengumumkan darurat militer. 

Ilustrasi (Antara News)
Ilustrasi (Antara News)

Pada tahun 1950 ada dua Cina. Kediktatoran militer Chiang di taiwan yang disebut ROC atau Republik Cina dan komunisnya Mao yang disebut RRC atau Republik Rakyat Cina. ROC dan RRC, keduanya sama-sama mengklaim diri sebagai tiongkok asli.Pertempuran demi pengakuan dan legitimasi internasional pun mengekor.

Taiwan memegang kursi ROC di PBB. Negara-negara barat mengakui Taiwan sebagai satu-satunya Cina.

Pada tahun 1954 krisis selat Taiwan pertama pecah. Chiang menempatkan ribuan tentara di dua pulau Taiwan Kinman dan Matsu. Mao dengan RRC-nya menanggapi dengan mengebom kedua pulau tersebut. 

Empat tahun kemudian krisis lain pecah. Anak buah Mao lagi-lagi mengebom Kinman dan Matsu. Mereka ingin mengusir pasukan ROC Chiang dari sana.

Di tengah ketegangan militer ini, ekonomi Taiwan tumbuh antara tahun 1960 dan 1980.

Taiwan mengalami ledakan ekonomi.Para pekerja dieksploitasi dan ada aturan militer ketat. Hasilnya, ekspor Taiwan meningkat drastis. Saat itu adalah eranya "Made in Taiwan".

Tapi segera keberuntungan Taiwan habis. Perang dingin menggelegak dan Cina-nya Mao menjadi penting secara strategis bagi AS.

Karena RRC menjadi prioritas Amerika, tampaknya prioritas dunia ikut berubah juga. Pada tahun 1971 PBB memilih untuk mengakui Beijing sebagai the real Cina. Mereka membuang Taiwan dari daftar negara PBB.

Chiang Kai-shek meninggal pada tahun 1975. Satu tahun kemudian Mao Zedong meninggal juga. kemudian Xiaoping menjadi pemimpin Cina. Dia mulai membuka Cina ke dunia. 

Sepuluh tahun kemudian hubungan membaik antara Cina dan Taiwan. Orang Taiwan diizinkan untuk mengunjungi keluarga di kedua sisi, Cina dan Taiwan. Perdagangan melintasi selat juga meningkat, tetapi sementara ikatan ekonomi semakin dalam begitu pula perpecahan budaya, terus memburuk. Orang di Taiwan mulai diidentifikasi sebagai orang Taiwan bukannya orang Cina.

Pertemuan diadakan di Hong Kong pada tahun 1992. Kedua belah pihak Beijing dan Taipei menyepakati satu Cina (One China).

Tetapi masalahnya, kesepakatan tersebut merupakan konsensus verbal jadi interpretasinya bervariasi.

Versi partai komunis Cina, satu Cina berarti dua sisi selat milik satu cina dan  Cina ini diperintah oleh Beijing dan mereka akan bekerja sama dengan Taiwan untuk mencari reunifikasi nasional. Jadi begitulah pandangan Beijing, tetapi Taiwan memahaminya berbeda. Ingat, sementara Cina diperintah oleh partai komunis, Taiwan adalah demokrasi dengan banyak partai. 

Pada tahun 2000 Taiwan  memilih Chen Sui Ban sebagai presidennya. Chen merupakan politikus dari Partai Rakyat Demokrasi dan partai ini secara terbuka mendukung kemerdekaan Taiwan.

Cina tidak bersiap menerima kejutan. Jadi Beijing mengesahkan undang-undang baru yaitu undang-undang anti-pemisahan pada 14 Maret 2005. Pada dasarnya mengatakan bahwa Cina dapat menggunakan kekuatan untuk mempertahankan Taiwan. 

Pada tahun 2014, puluhan ribu mahasiswa berkumpul di depan parlemen Taiwan. Mereka mulai memprotes ratifikasi perjanjian perdagangan dengan Cina. Para mahasiswa menangis. Mereka menuntut transparansi karena Taiwan adalah negara demokrasi.

(Gambar dari Reuters via SCMP)
(Gambar dari Reuters via SCMP)

Protes tersebut merupakan awal dari apa yang disebut Sunflower Movement (gerakan bunga matahari), karena merupakan protes terbuka pertama terhadap Cina. Protes tersebut menjadi fajar baru bagi Taiwan. 

Malang bagi Taiwan, Cina tetap berpegang teguh pada permintaan reunifikasi. Pada tahun 2013, Xi Jinping  menjadi presiden. Dia mengungkapkan mimpinya tentang Cina yaitu menghidupkan kembali kejayaan sejarah Cina. 

Xi Jinping ingin taiwan bergantung pada gagasan 'satu negara dua sistem'. Taiwan tidak benar-benar membeli janji-janji Cina dan ingin tetap mempertahankan demokrasi. Terpilihnya Tsai Ing-wen menjadi bukti. 

Ing-wen berkampanye pada gagasan transparansi. Dia dari partai progresif demokratis yang sangat kritis terhadap Cina. Perempuan kelahiran 1956 itu  terpilih menjadi presiden pada tahun 2016 dan terpilih kembali pada tahun 2020 dengan rekor 8,2 juta suara.

Hari ini taiwan adalah pulau yang memiliki pemerintahan, bendera, lagu kebangsaan, dan mata uangnya, dan  lembaganya sendiri. PDB per kapita Taiwan lebih dari 33.000 dollar.

Taiwan merupakan negara adidaya chip. Pabrik chip-nya dunia. Tetapi status hukum Taiwan masih belum jelas, hanya 14 negara yang mengakui Taiwan. Cina melihat Taiwan sebagai provinsi pemberontak, provinsi yang memisahkan diri. 

Xi Jinping mengatakan Taiwan "harus dan akan dipersatukan kembali dengan Cina".

Bisa dibilang seluruh tujuan rezimnya adalah apa yang disebutnya sendiri "peremajaan besar bangsa Cina"  melalui reunifikasi Taiwan. Dan  ingin dilakukan pada tahun 2049 karena saat itulah Republik Rakyat Tiongkok akan merayakan hari jadinya yang ke-100 tahun.

Xi Jinping ingin melakukan apa yang tidak bisa dilakukan Mao, Deng Xiaoping maupun Hu Jintao. Da ingin menjadi pemimpin terbesar Cina. Dan untuk itu, dia harus mengambil paksa Taiwan. 

Di bawah Xi Jinping, Cina telah "memaksa" negara-negara lain untuk menghindari  Taiwan dan tetap pada kebijakan satu cina (one Cina policy) dan mendirikan kedutaan di Cina alih-alih di Taiwan. 

Perusahaan-perusahaan diminta untuk mencantumkan Taiwan  sebagai bagian dari Cina di situs web mereka. Apa dasar Cina untuk mengklaim Taiwan?

Satu, sejarah. Dua, konsensus 1992. Tetapi tidak ada kesepakatan yang nyata mengenai konsensus itu karena tidak ada perjanjian tertulis. Juga apa masa depan Taiwan harus menjadi korban masa lalunya?

Taiwan sudah move on. Hari ini Taiwan adalah masyarakat yang dinamis dan pluralistik. Mereka mengumumkan menteri kabinet transgender pertama di dunia. Negara pertama di kawasan Asia yang melegalkan pernikahan sesama jenis.

Pada tahun 2021 Taiwan menduduki peringkat negara paling demokratis ke-delapan di dunia. 62 persen penduduk pulau itu menganggap diri mereka sebagai orang Taiwan. Hanya tiga persen yang menganggap diri sebagai orang Cina (pada tahun 1994 angka itu 26 persen).

Hari ini Taiwan memiliki rasa identitas sendiri yang berbeda dari otoriter Cina. Xi Jinping tidak setuju. Katanya, kemerdekaan hanya akan membawa kesulitan.

Bagaimana dengan orang Taiwan, apa mereka mau? 5,2 persen ingin kemerdekaan secepat mungkin. Hanya 1,3 persen yang mendukung reunifikasi. Sisanya ingin mempertahankan status quo. Tapi melihat langkah militer Cina, saya kira status quo jelas bukan lagi sebuah pilihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun