Kata orang "practice makes perfect". Saya setuju. Untuk hal-hal kecil dalam hidup seperti main alat musik atau belajar bahasa baru. Tapi bagaimana dengan berperang? Tentu saja sama. Tentara dilatih agar sempurna dalam perang. Bila perlu sekalian geladi bersih.
Setidaknya itu yang dipikirkan Cina saat ini. Citra satelit mengungkapkan latihan jangkauan (practice range) tentara Cina. Latihan jangkauan tersebut terletak jauh di gurun di Xinjiang. Tata letaknya menarik menyerupai pangkalan angkatan laut dengan kapal perang. Anehnya bukan pangkalan angkatan laut Cina, tapi pangkalan angkatan laut Taiwan.
Para pakar telah mengidentifikasi kesamaan pangkalan buatan Cina tersebut dengan pangkalan angkatan laut di timur laut Taiwan. Jika perang pecah, pangkalan tersebut akan menjadi sangat penting, karena merupakan pertahanan utama Taiwan terhadap serangan Cina. Buat apa Cina membangun pangkalan militer menyerupai punya Taiwan? Sepertinya sedang geladi bersih.
Kenapa saya bilang begitu? Karena setelah dibangun, pangkalan replika tersebut mulai dibombardir serangan rudal. Saya sebut replika karena kesamaan yang nyaris sempurna kecuali untuk letaknya. Dermaga kapal perang dan segalanya dibangun sesuai spesifikasi aslinya.
Laporan mengatakan pangkalan replika itu dibuat pada bulan Desember. Setelah selesai, Cina mempraktekan serangan rudal layaknya sebuah geladi bersih.
Sadisnya lagi bukan hanya replika Taiwan, Cina juga mereplika pangkalan AS di Jepang dan Guam. Sebagai tambahan, wilayah Guam adalah sebuah pulau di bagian barat Samudera Pasifik yang merupakan sebuah organized unincorporated territory milik Amerika Serikat. Jadi Cina sedang bersiap untuk perang yang lebih luas.
Artikel terkait: Pararel Antara Krisis Ukraina dan Taiwan
Pertanyaannya adalah apakah mereka akan melakukan geladi bersih juga di sana? Cina diketahui telah mengembangkan dua rudal hipersonik. Yang satu disebut the carrier killer, satunya lagi disebut Guam killer. Keduanya punya jangkauan 5.000 kilometer. Dengan kata lain cukup untuk memukul pangkalan militer AS di Guam.
Jika ini bukan persiapan perang, lalu apa? Saya kira Cina tidak sedang bercanda. Membangun pangkalan militer dan menghancurkannya begitu saja jelas bukan untuk entertainment semata.
Jelas Cina sedang memikirkan perang. Saya punya alasan lain mengatakan begitu. Lihat gambar satelit berikut ini.
Gambar tersebut merupakan foto sebuah galangan kapal Cina. Objek berwarna biru di foto tersebut merupakan kapal selam tempur bertenaga nuklir. Sebuah laporan intelijen telah berulang kali memperingatkan bahwa Cina sedang mengembangkan kapal selam baru yang jangkauannya lebih jauh. Artinya lebih banyak perlindungan untuk kapal perang Cina.
Sleeping dragon sedang mengincar laut lepas. Bagaimana aliansi demokrasi berencana untuk merespon?
Pertemuan penting terjadi di Washington DC. Â Joe Biden menjamu negara ASEAN dalam pertemuan yang dinamakan KTT ASEAN-AS. ASEAN adalah aliansi perdagangan besar sehingga merupakan kekuatan ekonomi, dan yang paling penting: ASEAN punya perbedaan dengan Cina.
Jadi Joe Biden ingin mengeksploitasi perbedaan itu. KTT dimulai dengan makan malam di Gedung Putih. Delapan kepala negara ASEAN hadir. Sebagai info, Myanmar dikeluarkan karena kudeta militer dan presiden baru Filipina diwakilkan oleh delegasinya.
Mereka membahas banyak hal tapi Fokus saya adalah pada topik artikel ini, manuver Cina ke Taiwan. Hari Kamis lalu (12/5) Biden mengumumkan paket ekonomi sebesar USD 150 juta untuk ASEAN. Sepertinya langkah yang baik, tapi (seperti biasa) Amerika terlambat.
November 2021, Cina juga mengumumkan paket untuk ASEAN sebesar USD 1,5 miliar. Tapi yang menjadi tantangan terbesar AS adalah bahwa negara-negara ASEAN bukan penggemar Cina. Kebanyakan tetangga kita punya sengketa wilayah dengan Beijing. Pada saat yang sama, mereka tidak punya pilihan selain ikut arus Cina.
Cina merupakan mitra dagang terbesar ASEAN. Total perdagangan ASEAN dengan Cina bernilai sekitar USD 274 miliar, Eropa adalah yang kedua, AS ketiga. Dan Beijing sadar kalau ketergantungan ini merupakan sebuah keuntungan.
Sebuah artikel di majalah Global Times berpendapat bahwa industri dan rantai pasokan antara Cina dan ASEAN terhubung erat berkat pengaturan kelembagaan seperti kawasan perdagangan bebas ASEAN-Cina, dan Amerika tidak punya program global yang setara dengan Jalur Sutra moderen (Belt and Road Initiative) yang terbuka dan inklusif seperti punya Cina. Jadinya, ekonomi ASEAN terlalu bergantung pada Cina.
Masalah AS terbilang berat, meski kapal perang Barat melakukan patroli sesekali melalui Laut Cina Selatan (LCS) tapi itu tidak menghentikan Cina. Kapal perang Cina terus menantang negara-negara ASEAN.
Jadi, Joe Biden butuh dua rencana jika ingin mengubah ASEAN menjadi sekutu handal. Yang pertama AS harus fokus pada alternatif jalan BRI, rantai pasokan cina, dan pinjaman cina. Pada dasarnya mengurangi ketergantungan ASEAN pada Cina.
Fokus kedua tentu saja harus pada pertahanan. Negara ASEAN harus mampu bertahan melawan PLA (tentara nasional Cina). Pada bagian ini, mitra seperti India hadir. Di Filipina misalnya, mereka membeli rudal Brahmos dari India. Laporan mengatakan Vietnam juga tertarik sehingga AS harus mengambil peran yang berbeda di Indo-Pasifik. Tidak seperti yang mereka mainkan di Eropa.
Karena gaya kepemimpinan seperti yang dimainkan di Eropa tidak diragukan lagi tidak akan bekerja di Asia Tenggara. AS harus bekerja sebagai mitra setara, bukan atasan.
Sumber:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H