Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Israel Jamu AS dan 4 Negara Arab, Apa Agenda KTT Abraham?

1 April 2022   06:23 Diperbarui: 5 April 2022   19:41 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Jacquelyn Martin/AP Photo via nytimes.com

Buat pecinta konspirasi agama dan wilayah teluk, mungkin ada pelajaran dari Asia Barat. Selama beberapa dekade wilayah tersebut telah menjadi dinamit bersumbu pendek persaingan politik dunia. Entah perang minyak atau agama, semuanya bermuatan politik emosional beroktan tinggi. 

Situasi terlihat berubah belakangan ini. Asia Barat beralih ke realisme dan mulai meninggalkan hal-hal berbau emosional.

Kenapa saya bilang begitu? Israel menjadi tuan rumah pertemuan puncak dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan para menteri Arab.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Negara Yahudi mengadakan pertemuan dengan empat anggota Liga Arab yaitu: Maroko, Mesir, Bahrain dan Uni Emirat Arab. Pertemuan ini terjadi hampir dua tahun setelah negara-negara Arab menormalkan hubungan diplomatik dengan Israel.

Acara yang juga dikenal sebagai KTT Negev ini berlangsung pada hari Minggu (27/3) dan Senin (28/3) di sebuah Kibbutz (semacam resort) di Sde Boker, yang merupakan rumah dan juga tempat pemakaman Perdana Menteri pertama Israel David Ben-Gurion.

Pertemuan tersebut hampir seperti reuni perguruan tinggi. Banyak jabat tangan dan senyuman, membuat yang menyaksikan lupa sejarah kelam politik. 

Sampai dua tahun yang lalu, negara-negara ini saling sikut. Dunia Arab tidak mengakui keberadaan Israel. Tapi hari ini empat menteri mereka menghadiri KTT Negev. Menteri luar negeri Bahrain, UEA, Maroko dan Mesir. 

Mereka menyebutnya pertemuan puncak kesepakatan atau KTT Abraham. Mesir bukan bagian dari kesepakatan namun menteri luar negeri mereka diundang. 

Mengenai agenda pertemuan, secara umum ada tiga hal. Satu, kesepakatan nuklir Iran. Dua, penguatan kesepakatan Abraham dan mungkin mengajak lebih banyak negara Arab ke dalam klub ini. Tiga, perang di Ukraina. 

Pertemuan sukses diselenggarakan. Bisa dilihat dari visualisasinya yang sangat bagus. Bagaimana dengan substansinya? masing-masing negara datang dengan agendanya sendiri. Amerika ingin memperbaiki aliansi-nya dengan Asia Barat, Israel menginginkan asuransi terhadap Iran, dan negara-negara Arab menginginkan lebih banyak perdagangan dan investasi. 

Mari kita bahas satu per satu. Sejauh ini Asia Barat mengambil sikap netral dalam perang Ukraina. Tidak ada kritik keras. Tidak ada sanksi. Mereka menghargai pentingnya Rusia di kartel minyak OPEC+.

Joe Biden ingin mengubah status quo. AS ingin Asia Barat terutama Israel menjadi lebih vokal. Dia ingin mereka bergabung dengan kubu Barat. Pertanyaannya adalah apa yang bisa dia tawarkan kepada hadirin pertemuan? 

Semua tahu apa yang diinginkan Israel. Posisi yang lebih mantab di Iran. Israel melihat kesepakatan Abraham sebagai benteng melawan Tehran. 

"Arsitektur baru ini, kemampuan bersama yang sedang kita bangun, mengintimidasi dan menghalangi musuh bersama kita pertama dan terutama Iran dan proksinya." kata menteri luar negeri Israel Yair Lapid, dilansir dari i24News English.

Bisa dipahami kekhawatiran Israel terhadap Iran. Iran sangat dekat dengan penandatanganan kesepakatan nuklir. Jika berhasil melakukannya, sanksi terhadap Iran akan dicabut.

Artinya, Iran akan bisa kembali menjual minyaknya. Mereka bisa menyambut investor asing dan dapat melanjutkan perdagangan internasional.

Pada dasarnya kemajuan besar bagi ekonomi Iran. Jadi tentu saja Israel khawatir. Bagi Israel, Iran yang kuat adalah ancaman eksistensial. 

Anthony Blinken memang mencoba untuk bersekutu dengan kekhawatiran Israel ini, dan berjanji untuk tidak pernah membiarkan Iran memperoleh senjata nuklir. Tapi coba simak baik-baik analogi yang dia gunakan:

"kita berdua berkomitmen. Berdua menyetujui bahwa Iran tidak akan pernah memperoleh senjata nuklir. Agresi Rusia terhadap Ukraina adalah pengingat lain. Mengapa ini begitu penting ? Iran dengan senjata nuklir atau kapasitas untuk memproduksi satu, dalam waktu singkat akan menjadi lebih agresif dan bertindak dengan rasa impunitas palsu." dilansir dari i24News English.

Kedua pihak berniat membendung Iran, tapi apa mereka bersedia berkorban? Sekarang Iran diberi sanksi oleh AS, tetapi jika kesepakatan nuklir ditandatangani, segalanya bisa berubah 180 derajat. Sanksi akan dicabut, makanya Israel berusaha mati-matian untuk mencegahnya. 

Begitu juga dunia Arab yang juga waspada terhadap kebangkitan Iran. Tetapi tidak seperti Israel, Arab masih punya beberapa opsi. Minggu lalu UEA kedatangan tamu istimewa presiden Suriah Brashar Al-Assad. 

Mengapa kunjungan Assad penting? Ada dua alasan:

a) kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama Assad ke UEA sejak perang Suriah dimulai 11 tahun lalu. Dan b) Assad adalah sekutu kunci Iran.

Artinya, Arab kini bisa menangani Iran sendiri tanpa bantuan AS. Mereka telah mengakhiri blokade di Qatar, memperbaiki hubungan dengan Turki, dan menggenggam kembali Suriah.

Apa artinya semua ini? Kebijakan luar negeri Asia Barat kini lebih independen.

Selama beberapa dekade, AS merupakan kekuatan terbesar di kawasan tersebut. Dalam urusan keamanan dan investasi, negara teluk selalu bergantung pada AS.

Tetapi dalam beberapa tahun terakhir berubah. Kini, AS tidak terang-terangan untuk bersikap kasar dengan politik hard power. Kita bisa melihatnya di Afghanistan, dan sekarang di Ukraina. 

Jadi Asia Barat sedang mencari pilihan lain alih-alih mengandalkan "tukang pukul dari Barat".

Meski begitu, semua tidak semudah membalik telapak tangan. AS masih merupakan kekuatan pendorong di belakang kesepakatan Abraham, juga dealer senjata terbesar di Asia Barat.

Tapi bagaimana dengan jangka panjang? bagaimana jika Asia Barat menjauh dari payung keamanan AS? Itu akan menjadi kekhawatiran besar bagi Washington DC. 

Tetapi masalah AS terlihat kurang kental dibandingkan dengan Palestina. Sekutu Arab meninggalkan mereka. Pada saat yang sama, politik internalnya sedang retak. Palestina sekali lagi berada di samping tungku besar. Memanas dan bisa terbakar kapan saja. 

Anthony Blinken memang mengunjungi kota Ramallah di Palestina pada hari Minggu, tetapi suasananya tegang. Presiden Palestina secara terbuka menyerukan standar ganda Barat pada Israel. Ini yang dikatakannya dalam pertemuan dengan Blinken:

"Peristiwa terkini di Eropa telah menunjukkan standar ganda yang terang-terangan. Meskipun kejahatan pendudukan Israel sama dengan pembersihan etnis dan diskriminasi rasial seperti yang disetujui oleh organisasi hak asasi manusia."

KTT Abraham seharusnya memutus konflik Palestina-Israel, bukannya mengubur hak warga Palestina untuk kembali ke wilayahnya yang direbut paksa. Dari yang terlihat, saya kira politik Asia Barat akan lebih condong kepada kekhawatiran akan kebangkitan Iran. Asia Barat akan mulai mengutamakan realisme dan meninggalkan hal-hal yang berbau emosional.

Kelihatannya Asia Barat mulai setuju sebuah nasehat tua:

"Demi kebaikan bersama, jauhkan sentimen agama dari panggung politik".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun