Taktik, logistik, dan semangat juang menjadi faktor penting dalam suatu peperangan. Tapi bukan itu saja yang dibutuhkan selama perang. Saat terompet perang dibunyikan, senjata menjadi harta yang paling berharga.
Ketika tentara menuju medan tempur, senjata yang dibawa memutuskan nasib mereka. Senjata memutuskan siapa yang akan kembali ke rumah dengan selamat.Â
Bisa dikatakan, senjata memutuskan siapa yang memenangkan perang atau setidaknya siapa yang akan mengakhirinya, seperti yang terjadi pada kasus Hiroshima dan Nagasaki. Begitu juga dengan perang di Ukraina. Karenanya, senjata mulai dijual seperti kacang goreng.
Setiap bangunan yang runtuh di Ukraina, menaikan harga saham perusahaan pertahanan di seluruh dunia.
Salah satunya adalah perusahaan Amerika seperti Lockheed Martin yang membuat pesawat dan senjata. Sebelum perang di Ukraina dimulai, harga saham Lockheed Martin di bursa saham New York sekitar USD 355. Sebulan setelah invasi Putin ke Ukraina, harga saham perusahaan itu meningkat menjadi USD 453. Perang Ukraina memicu 27% lonjakan harga saham perusahaan tersebut.Â
Sekarang perusahaan ini memproduksi rudal anti-tank "fire-and-forget" FGM-148. Rudal tersebut merupakan salah satu senjata utama yang digunakan oleh tentara Ukraina melawan Rusia.Â
Tetapi ini bukan satu-satunya alasan mengapa harga saham Lockheed Martin melonjak. Bandingkan dengan perusahaan pertahanan Jerman Rhine Metal misalnya. Senjata yang diproduksi perusahaan pertahanan Jerman tersebut tidak digunakan di garis depan, setidaknya yang dilaporkan, tetapi harga saham perusahaan tersebut melonjak 143% dalam dua bulan terakhir.
Apa yang bisa kita simpulkan adalah bahwa perang di Ukraina mengingatkan dunia bahwa keamanan nasional tidak dapat dinegosiasikan; bahwa sistem pertahanan suatu negara harus siap setiap saat untuk kemungkinan terburuk. Jangan sampai bernasib sama seperti Ukraina yang sekarang harus bersandar pada sekutu dan mitra untuk memperoleh senjata.Â
Negara lain tidak ingin berada di posisi itu sehingga buru-buru menimbun senjata.Â
Rumania, Swedia, Denmark, China, Polandia baru-baru ini mengumumkan peningkatan anggaran pertahanan masing-masing. Para ahli memprediksi bahwa Inggris, Perancis, dan Kanada juga akan meningkatkan belanja negara untuk senjata dan sistem pertahanan, di mana uang ekstra ini akan mengalir ke pundi-pundi industri pertahanan.Â
Jika ditotal, pengeluaran negara-negara ini berjumlah hampir setengah triliun dolar. Perang Ukraina menyebabkan lonjakan besar dalam penjualan senjata. Uni Eropa mengumumkan akan membeli dan mengirimkan senjata senilai 450 juta Euro ke Ukraina. AS menjanjikan bantuan militer senilai USD 350 juta dan 90 ton perlengkapan militer, dan masih akan bertambah ke depannya.
Selain itu, Perang di Ukraina juga telah memicu perubahan kebijakan militer. Jerman misalnya, setelah Perang Dunia II Jerman telah menunjukan komitmennya untuk pasifisme. Â Setelah perang Ukraina, Jerman memutuskan untuk menghabiskan lebih dari USD 112 miliar untuk militer.
Artikel terkait: Invasi Putin ke Ukraina Menandai Era Baru Politik Hard Power
Ada gula ada semut, para investor pun mulai bertaruh pada saham perusahaan Jerman seperti Ryan Metal. Mereka berharap untuk ikut mengantongi keuntungan atas penjualan senjata.Â
Saham-saham perusahaan pertahanan yang juga diburu para investor sejak perang Ukraina adalah saham perusahaan SAAB (SAAB AB ser. B (SAABBs)), General Dynamic, dan Leidos Holding.Â
Para ahli memprediksi kenaikan pesanan
senjata tahun akan naik 50% dalam lima tahun ke depan. Negara mana yang paling diuntungkan?
Berikut ini daftar sepuluh negara yang memonopoli perdagangan senjata dunia:
1. Amerika Serikat
2. Rusia
3. Perancis
4. Jerman
5. China
6. Israel
7. Italia
8. Korea Selatan
9. Spanyol
10. Inggris
Dilansir dari Sipri, sepuluh negara ini menyumbang 90,3% dari penjualan senjata global.Â
Lima negara pertama saja menjual lebih dari 75% Â total penjualan senjata global.Â
Paruh kedua menjual lebih dari 14% dari total senjata seluruh dunia. Sisa dari seluruh negara di dunia hanya mengumpulkan penjualan kurang dari 10%.Â
Berapa posisi Indonesia Indonesia dalam angka penjualan senjata global? Indonesia menjual kurang dari 0,1% dari total penjualan senjata global. Â
Jadi, setiap kali perang pecah, 10 negara yang ditandai di peta di atas akan mendapat untung paling banyak.Â
Tetapi baru-baru ini media Haaretz yang berbasis di Israel menerbitkan sebuah laporan yang mengatakan bahwa industri pertahanan Israel akan menjadi pemenang awal perang Ukraina.
Israel menikmati sekitar 3% dari penjualan senjata global.Â
Memang iya, jauh di belakang AS atau Rusia, tetapi publikasi ini ada benarnya.
Dilansir dari DW, Jerman sedang mempertimbangkan untuk membeli sistem pertahanan rudal berbasis sistem Arrow 3 buatan Israel, yang mampu menangkal rudal balistik jarak jauh.Â
Beginilah cara kerja ekonomi saat peperangan berlangsung. Ada demand, ada keuntungan. Dan demand yang melonjak saat peperangan adalah senjata.Â
Artikel singkat ini hanya menceritakan salah satu gambaran kecil, cerita yang lebih besar akan lebih menceritakan tentang kebenaran pahit bahwa:
"Perang itu berdarah, tapi bagus untuk bisnis."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H