Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Zelensky Menawarkan Netralitas dalam Pembicaraan Damai dengan Rusia

29 Maret 2022   23:22 Diperbarui: 29 Maret 2022   23:40 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada berita menarik dari Rusia yang mengatakan bahwa oligarki Rusia Roman Abramovich tampaknya diracuni awal bulan ini. Berita ini dilaporkan oleh seorang jurnalis Wall Street Journal. Jurnalis tersebut mengatakan bahwa Abramovich menderita gejala yang dicurigai keracunan. Laporan tersebut ditulis tak lama setelah pembicaraan damai di Kiev. Katanya, pemilik Chelsea FC yang kini telah pulih itu dikabarkan mengalami sakit mata dan kulit mengelupas. Satu laporan menduga peracunan itu diatur oleh kelompok garis keras Rusia yang ingin menyabotase pembicaraan di Kiev.

Kembali ke Ukraina, invasi Rusia berlanjut selama akhir pekan. Pasukan Putin meluncurkan tembakan rudal di beberapa kota strategis di Ukraina. Setidaknya satu Terminal BBM dan pangkalan militer dihancurkan.

Ukraina mengatakan serangan tersebut merupakan peringatan untuk Joe Biden yang sedang mengunjungi Polandia.
Sementara itu Zelensky membuat kejutan dengan mengatakan kalau sekarang Ukraina siap untuk menawarkan netralitas dalam pembicaraan damai dengan Rusia. Apa artinya?

Sudah 33 hari perang di Ukraina belum berhenti. Rudal Rusia masih menghujani negara yang dipimpin Zelensky. Pengungsi terus melarikan diri ke wilayah tetangga yang lebih aman.

Video di bawah ini dari hari sabtu, menunjukkan angkatan bersenjata Rusia meluncurkan rudal jelajah kaliber dari lokasi yang tidak diketahui di Laut Hitam.


Rudal tersebut dilaporkan mengenai beberapa sasaran di Kiev, Kharkiv, Zeitumur, Rivne, dan Lviv.

Lviv mengalami kerusakan yang terparah. setidaknya dua situs strategis terkena rudal, pangkalan militer dan TBBM di daerah perumahan.

Kota ini terletak hanya 70 kilometer dari Polandia, pada saat yang sama Presiden Joe Biden sedang mengunjungi Polandia.

Jadi, Ukraina mengatakan serangan terhadap Lviv ini adalah pesan untuk Biden peringatan untuk mundur.

"Dengan pukulan hari ini agresor mengirim salam kepada Biden yang sedang berada di Polandia." Kata Walikota Lviv Adriy Sadovyi, dikutip dari France24.

Lviv hanya berjarak 70 kilometer dari Polandia jadi peringatan ini tidak luput dari perhatian sekelompok wartawan di Warsawa. Biden menyebut presiden Rusia tukang jagal.

Tak berhenti di situ, pada pertemuan lain di Warsawa, presiden AS mengatakan bahwa Putin tidak dapat tetap berkuasa.
"Ukraina tidak akan pernah menjadi kemenangan bagi Rusia. Orang merdeka menolak untuk hidup di dunia yang penuh keputusasaan dan kegelapan. Kita akan memiliki masa depan yang berbeda, masa depan yang lebih cerah yang berakar pada demokrasi dan prinsip harapan dan cahaya, kesopanan dan martabat, kebebasan dan peluang. Demi tuhan orang ini tidak bisa tetap berkuasa." Kata Biden, dilansir dari KOMPAS.


Pernyataan ini langsung bergema di seluruh dunia dan  menarik kecaman bahkan dari sekutu Biden sendiri, seperti presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengatakan bahwa kata-kata seperti itu hanya akan menambah kayu ke dalam tungku api dan memperpanjang konflik.

"Saya pikir kita harus berpegang teguh pada fakta dan melakukan segalanya untuk tidak memanas-manasi. Saya tidak akan menggunakan kata-kata jenis ini karena saya terus mengadakan diskusi dengan presiden Putin. Apa yang ingin kita lakukan secara kolektif, kita ingin menghentikan perang yang telah diluncurkan Rusia di Ukraina tanpa mengobarkan perang dan tanpa eskalasi apa pun." Kata Macron,  dikutip dari Republic World.

White House berusaha mengklarifikasi bahwa pernyataan Biden salah dibaca. Bahwa Biden tidak menganjurkan perubahan rezim tetapi hanya menyerukan penyalahgunaan kekuasaan oleh Putin.

Usaha klarifikasi White House tidak berhasil. Kremlin sangat marah dan menanggapi pernyataan Biden di Polandia sebagai suatu pelanggaran serius.

Di tengah perang kata-kata ini, presiden Ukraina membuat kejutan. Setelah menolak kompromi dengan Rusia selama berminggu-minggu, Zelensky akhirnya mengatakan siap untuk membahas netralitas dalam pembicaraan damai Rusia.

"Jaminan keamanan dan netralitas, status non-nuklir negara kita, kita siap untuk itu, ini adalah poin terpenting. Itu adalah poin utama bagi federasi Rusia sejauh yang saya ingat. Dan jika saya mengingat dengan benar, inilah alasan mereka memulai perang." Kata Zelensky dilansir dari KOMPAS.


Apa sebenarnya maksud tawaran Zelensky? apa yang dia maksud dengan netralitas? Tidak ada yang tahu. Tapi dari wajahnya, tampaknya dia menawarkan untuk melupakan NATO jika pasukan Rusia mundur dari negaranya.
Akankah Moskow menerima tawaran seperti itu? Kremlin belum mengatakannya. Saya pribadi berharap Putin segera menjabat tangan Zelensky.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun