Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perang Ukraina Mengancam Ekonomi China

17 Maret 2022   21:42 Diperbarui: 18 Maret 2022   20:53 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi, hanya gegara kedua permintaan ini, menyebabkan penjualan besar-besaran saham senilai USD 2,1 triliun. Tapi, begitulah cara kerja pasar saham. 

Pasar saham bereaksi berdasarkan asumsi. 

Laporan mengatakan, investor khawatir. Mereka takut jika Beijing membantu Moskow, perusahaan China akan dikenakan sanksi berikutnya. Dan ini adalah kekhawatiran yang sah, karena AS mengancam segala jenis dukungan kepada Rusia dalam perang di Ukraina. Sekretaris pers Gedung Putih Jen Psaki menjelaskan, jika China mendukung Rusia secara militer di Ukraina, maka akan ada konsekuensi tertentu. 

"Saya tidak akan masuk ke konsekuensi tertentu. Saya pikir apa yang telah kami sampaikan dan apa yang disampaikan oleh Penasihat Keamanan Nasional kami dalam pertemuan ini adalah jika mereka ingin memberikan bantuan militer atau lainnya, yang tentu saja melanggar sanksi, atau mendukung upaya perang, akan ada konsekuensi yang signifikan. Tetapi mengenai seperti apa (konsekunsi) tertentu itu nantinya, kami akan berkoordinasi dengan mitra dan sekutu kami untuk membuat tekad itu." Terang Psaki, dikutip dari siaran pers Gedung Putih AS. 

Sepertinya Beijing menerima pesan tersebut. Kemarin, menteri luar negeri China Wang Yi mengeluarkan pernyataan bahwa China ingin menghindari terkena sanksi AS. 

Beijing juga menjauhkan diri dari laporan baru-baru ini. China membantah klaim yang mengatakan bahwa Rusia mendekati China untuk minta senjata. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian dalam konferensi pers mengatakan bahwa AS telah melakukan "disinformasi" terkait klaim ini, dilansir dari CNBC Indonesia. 

Jadi untuk saat ini, kepanikan di pasar saham China masih bisa dibendung. Tetapi kalau dilihat lebih luas, di bidang ekonomi Xi Jinping terus tersandung dari satu krisis ke krisis lainnya. Selama itu terjadi, ekonomi China akan terus berusaha untuk bisa bangkit kembali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun