Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Presiden Belarus Tak Sengaja Bocorkan Rencana Putin?

3 Maret 2022   13:49 Diperbarui: 11 Maret 2022   21:45 1601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cuitan jurnalis Belarus Tadeusz Giczan tentang peta invasi Rusia ke Moldova. (Twitter/@TadeuszGiczan)

Dalam beberapa hari mendatang Vladimir Putin harus mengambil keputusan besar. Setelah Ukraina, lalu apa? berapa banyak tentara Rusia yang harus mundur, berapa banyak yang tetap di belarus, dan yang paling penting, apakah Putin akan terus mendorong ekspansi Rusia? Pertanyaan terakhir adalah pertanyaan yang rumit. Jika Putin ingin terus melakukan invasi ke Eropa, apa pilihannya?

Pertama, mari kita lihat peta. 

Peta perbatasan Ukraina (olah pribadi)
Peta perbatasan Ukraina (olah pribadi)

Di timur dan selatan Ukraina terdapat lima negara: Polandia, Slovakia, Hungaria, Rumania dan Moldova. Empat yang pertama adalah anggota NATO. Menyerang mereka berarti menyerang NATO. Jadi kemungkinan Putin tidak akan mengambil risiko itu atau begitulah yang diharapkan dunia agar tidak lagi terjadi perang. Jadi yang tersisa hanyalah Moldova.

Ukraina dan Moldova berbagi perbatasan sepanjang sekitar 1 22 kilometer. Jika mau, Putin bisa melatih senjatanya di Moldova. Minggu ini menunjukkan kebocoran baru yang menunjukkan rencana ini dan tebak siapa yang membocorkannya? presiden Belarus Alexander Lukashenko alias Putin's new best friend.

Pada hari Selasa, Lukashenko mengadakan pertemuan dewan keamanan Belarus. Agenda untuk membahas rencana pertempuran Rusia. Lukashenko tiba dengan dua alat peraga: peta besar timur Eropa dan tongkat penunjuk. Semuanya terlihat langsung dari hollywood. Saya tidak akan fokus pada tampilan tetrikal, namun pada peta Lukashenko.

Presiden Belarus Alexander Lukashenko sedang dicurigai sedang menjelaskan rencana invasi ke Moldova via Ukraina (Twiiter/@r_netsec)
Presiden Belarus Alexander Lukashenko sedang dicurigai sedang menjelaskan rencana invasi ke Moldova via Ukraina (Twiiter/@r_netsec)
Cuitan di atas muncul ketika para pejabat Ukraina menuduh bahwa Belarus sekarang telah bergabung dalam perang bersama Rusia, meskipun Lukashenko sebelumnya mengatakan negaranya tidak memiliki rencana untuk bergabung dalam pertempuran itu.

Moldova memiliki populasi sekitar 2,6 juta, dan bukan anggota NATO. Lukashenko tampaknya berbicara tentang serangan yang direncanakan dari Ukraina selatan ke Moldova, kata New York Post. Gambar itu juga menunjukkan garis serangan, yang telah dilakukan oleh Rusia.

Ada dua alasan mengapa Moldova mungkin menjadi target Rusia berikutnya. Satu, Moldova adalah bagian dari uni soviet sampai tahun 2009. Pemerintah saat itu bersimpati terhadap Moskow, tapi pemerintah saat ini tidak terlalu. Jika Putin benar-benar ingin menghidupkan kembali kerajaan soviet, Moldova mungkin tampak menarik; dan alasan nomor dua, itu bisa menjadi misi yang relatif mudah. Kenapa saya bilang begitu? sebagai permulaan, Moldova bukan bagian dari NATO jadi bahkan jika Rusia menyerang, NATO tidak akan merespon, ditambah tentara Moldova tidak sebesar Ukraina, Moldova hanya punya 6.000 tentara.

Tapi apa yang benar-benar akan menggairahkan Putin adalah Transnistria. Transnistria adalah wilayah yang memisahkan diri di perbatasan Ukraina-Moldova. Secara global diakui sebagai bagian dari Moldova tetapi untuk semua tujuan praktis, Transnistria merupakan wilayah independen yang punya pemerintahan sendiri, tentara sendiri, serta parlemen sendiri.

Peta Transnistria (olah pribadi)
Peta Transnistria (olah pribadi)
Jurnalis Belarus Tadeusz Giczan menciut di Twitter bahwa peta itu menunjukkan apa yang tampaknya merupakan serangan terencana melalui negara bagian Transnistria yang memisahkan diri dari Moldova melalui pelabuhan Odessa di Ukraina.

Cuitan jurnalis Belarus Tadeusz Giczan tentang peta invasi Rusia ke Moldova. (Twitter/@TadeuszGiczan)
Cuitan jurnalis Belarus Tadeusz Giczan tentang peta invasi Rusia ke Moldova. (Twitter/@TadeuszGiczan)

Transnistria menggairahkan Putin karena merupakan wilayah pro-Rusia. Rusia punya 2.000 tentara yang ditempatkan di sana. Jika disatukan dengan sepuluh ribu tentara pemberontak yang tidak setia pada pemerintahan Moldova, mereka dapat mengalahkan negara tersebut. Jadi, akankah Putin melakukannya?

Saya kira, tergantung pada hasil invasi Ukraina. Berapa lama lagi Kiev akan bertahan? pemberontakan macam apa yang akan muncul di Transnistria? Pada dasarnya itu tergantung pada seberapa sibuk tentara Rusia. Fakta lain yang perlu dipertimbangkan adalah respon global yang membenci perang. Menyerang satu negara cukup berisiko, menyerang dua negara akan berkonsekuensi yang tidak terbayangkan pada tahun 2022.

Negara-negara yang mendukung Rusia mungkin harus mempertimbangkan kembali, negara-negara di perbatasan Ukraina mungkin harus memikirkan kembali dukungannya terhadap Rusia. Ditambah akan ada lebih banyak sanksi.

Putin mungkin berakhir dengan dua rezim boneka tetapi tidak ada cukup uang untuk menjalankan rezim tersebut. Apakah itu berarti langkah Putin akan berhenti sampai di Ukraina saja? Minggu lalu sekretaris negara AS Anthony Blinken ditanya pertanyaan yang sama, dan begini jawaban Blinken "Putin telah memperjelas bahwa dia ingin menyusun kembali kekaisaran Soviet, bukan karena dia ingin menegaskan kembali lingkup pengaruh di sekitar negara-negara tetangga yang pernah menjadi bagian dari blok Soviet. Singkatnya, Putin ingin meyakinkan bahwa semua negara ini entah bagaimana netral." Dikutip dari CBS News, sehingga AS tidak bisa mengatur mereka yang menjelaskan mengapa NATO dalam siaga tinggi. NATO sedang memperkuat sayap di timur, terlihat lebih banyak tentara, jet tempur, dan artileri dikerahkan ke sana. Katakanlah tindakan ini sebagai  polis asuransi NATO.

Putin membodohi barat pada tahun 2014, kemudian melakukannya lagi tahun ini, sehingga tidak ada yang bisa memastikan niatnya kecuali mungkin presiden Belarus yang merupakan sekutu nomor satu Putin saat ini. Pertemanan keduanya merupakan quid pro quo klasik.

Lukashenko membutuhkan dukungan rusia untuk  tetap berkuasa. Terjadi protes anti-pemerintah besar-besaran di Belarus tahun lalu di ibu kota Minsk, tanpa dukungan Rusia posisi lukashenko goyah, dan apa yang didapat putin sebagai imbalan? negara satelit baru dan tempat pementasan bagi tentara Rusia. Dan saya tidak hanya berbicara tentang perang ini saja, namun juga tentang perang di masa depan. Belarus telah setuju untuk menjadi tuan rumah senjata nuklir Rusia yang berarti lebih banyak negara NATO sekarang yang akan berada di radar nuklir Rusia.

Tapi itu di masa depan, sekarang Vladimir Putin membutuhkan Belarus untuk dua hal: a) menjadi negara netral palsu. Rusia harus mengadakan pembicaraan damai dengan Ukraina di suatu tempat dan suatu tempat itu adalah Belarus; dan b) untuk menyuplai pasukan Rusia. Ukraina mengatakan tentara Belarus sudah ikut berperang bersama Rusia melawan mereka, AS mengatakan  penyerangan secara resmi akan segera dilancarkan Belarus. Selain itu Lukashenko telah memberikan kontribusi besar kepada Rusia, yaitu dengan membantu membuka pintu masuk ketiga di sebelah utara Ukraina, dan bantuan ini dapat menjaga Lukashenko tetap berkuasa. Tapi bagaimana dengan konsekuensinya? negara-negara barat telah menjatuhkan sanksi pada Belarus, juga atlet mereka telah diskors oleh badan olahraga. Selain itu, Rusia mungkin punya kedalaman finansial untuk tetap bertahan dari sanksi, tetapi Belarus tidak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun