Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Tenet: Brilian tapi Terlalu Terburu-buru

27 Januari 2022   23:19 Diperbarui: 30 Januari 2022   00:08 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Warner Bros

Jadi, seperti menggabungkan dua dunia pararel yang punya aliran waktu terbalik satu satu sama lain, ke dalam satu dimensi ruang. Visualisasi atau pengalaman Tenet jauuuuh di luar persepsi kita akan ruang dan waktu. Alhasil otak kita butuh waktu sejenak untuk beradaptasi dengan segala sesuatunya.

Dengan kata lain, film ini harus ditonton minimal dua kali untuk memproses alur dan emosi pemain di setiap adegan. 

Saya merasakan film ini seperti konsep sci-fi James Bond atau Mission Impossible: Fallout. Jadi kalau menonton dengan pola pikir itu saya rasa penonton akan menemukan lebih banyak kenikmatan yang bisa didapatkan dari film ini. 

Sekarang mari kita mulai dengan skor positifnya. Ves Ludwig Goran berhasil memenuhi tugas berat sebagai komposer yang memberikan film rasa urgensi. Dilengkapi  sinematografi indah Hoyte Van Hoytema jadi satu set piece yang benar-benar mengesankan. Secara teknis film ini merupakan pencapaian besar. 

Untuk negatifnya, sayangnya film ini sedikit mengecewakan seperti yang saya sebutkan sebelumnya kalau plotnya sangat berbelit-belit serta membingungkan.

Konsep inversi waktu sendiri sangat menarik namun membingungkan, tapi minus besarnya terletak pada elemen penting yang dijelaskan secara singkat atau tidak memberikan waktu luang kepada adegan untuk bernafas. 

Sepanjang film, kita beralih ke penjelasan teori dan kemudian ke plot berikutnya (yang maju mundur) dan kemudian penjelasan berikutnya dan seterusnya dan seterusnya. 

Beberapa adegan dan dialog terasa seperti menonton pertandingan ping pong antara dua karakter yang adegannya dipotong pada setiap tembakan balasan. 

Terasa terburu-buru dan kekurangan waktu. Seolah menonton dua film yang disingkat menjadi satu. Tidak banyak pengenalan karakter yang diberikan waktu untuk masuk ke benak penonton.

Karena timeline yang baru bisa dipahami di pengujung film, penonton jadi bingung dengan mimik para aktor karena tidak mengerti keadaan emosi apa yang sedang dirasakan mereka. Misalnya, cerita sudah di tengah alur, tapi dialog salah satu pemain seolah baru saja bertemu.

Selain itu, kita masih diberi tahu aturan dunia di tengah film, bahkan karakter terasa seperti mereka ada hanya untuk memajukan plot. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun