Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Strategi Militer China di Perairan Taiwan dan Jepang

26 Januari 2022   14:46 Diperbarui: 17 Maret 2022   15:49 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Quad Indo-Pasifik di Tokyo yang dihadiri oleh Menlu AS, Jepang, India dan Australia. (Foto: Kiyoshi Ota / Pool via AP)

Apa yang menjadi berita utama di dunia belakangan ini? rudal balistik di atas Abu Dhabi, tentara Rusia di perbatasan Ukraina, varian Omicron menyebar, pada dasarnya dunia lagi dalam keadaan tidak baik-baik saja.

Tebak apa yang dilakukan China? mengirim jet tempur ke Taiwan, bukan satu atau dua tapi 39 pesawat jet ke wilayah udara Taiwan pada hari minggu (23/1/21). Serangan tersebut merupakan yang terbesar dalam beberapa bulan terakhir. Tapi itu belum semuanya, China juga mengirim kapal perang untuk menantang AS dan Jepang. Taiwan melepas pesawat tempur sebagai tanggapan serta mengerahkan rudal.

Ini adalah perkembangan yang berbahaya, setiap eskalasi lebih lanjut bisa menyebabkan konflik aktif. Apakah China sedang mengambil momentum untuk menyerang Taiwan saat perhatian dunia sedang berfokus ke krisis Ukraina dan penyebaran varian Omicron? Atau karena ada desakan lain?

Taiwan merupakan negara industri semi-konduktor terbesar di dunia saat ini.  Negara-negara tetangga China telah merapat ke Taiwan untuk melakukan kerja sama dalam  pengadaan semi-konduktor, yang merupakan bahan dasar pembuatan teknologi masa kini. 

Kerjasama ini tentu akan meningkatkan ekonomi Taiwan, karena banyak yang membeli produk dalam negerinya. Kebangkitan Taiwan akan merepotkan China yang sedari dulu ingin menguasai Taiwan. Ditambah dengan merapatnya negara-negara tetangga China ke Taiwan, tentu akan melemahkan posisi China dalam kontestasi geopolitik seputar Asia Tengah.

Mari kita lihat seberapa serius situasinya.
39 jet China yang melanggar zona pertahanan udara Taiwan pada hari minggu yang terdiri dari 34 jet tempur, 4 pesawat perang tanpa awak dan satu jet pembom, ini bukan pertama kalinya China melanggar zona pertahanan udara Taiwan, dilansir dari ABC News.

Pelanggaran ini sudah menjadi kebiasaan PLA (Tentara Nasional China) dua tahun belakangan. Pilot China telah melewati zona pertahanan udara Taiwan sebanyak 380 kali pada tahun 2020 saat dunia sedang berjuang dengan lockdown karena virus yang menyebar dari negaranya.

Pada tahun 2021 jumlahnya lebih dari 940 pesawat China melintasi zona pertahanan udara Taiwan.

2022 baru saja dimulai dan serangan China berlanjut. Kali ini bukan hanya pesawat, China juga mengirim kapal perang,  dan tidak hanya ke Taiwan, China juga telah mengirim angkatan laut secara konstan ke sekitar perairan Jepang, dilansir dari asahi.com.

Ini sudah berlangsung selama enam bulan sekarang kapal-kapal China telah berada di perairan Taiwan timur dan Jepang selatan.

Kapal China diam-diam telah aktif berpatroli secara teratur di daerah tersebut. Jenis kapal apa saja? kapal penghancur dan rudal korvet. Laporan mengatakan ada kehadiran yang konsisten dari setidaknya satu kapal China di perairan ini.

Mengapa kapal perang cina begitu dekat dengan Taiwan dan Jepang?
Para pakar mengatakan bahwa hal tersebut merupakan persiapan pasukan China yang sedang berlatih untuk perang potensial melawan Taiwan.

China sedang berlatih tentang apa yang akan dilakukan PLA jika (ketika) menyerang Taiwan. Ada dua kemungkinan berbeda yang muncul: serangan nomor satu, pangkalan udara tersembunyi di pantai timur Taiwan dan nomor dua memotong bantuan dari barat.

Jika China menyerang, AS dan Jepang akan bergegas membantu Taiwan. Jadi, PLA harus berusaha memotong bantuan jika ingin serangannya sukses.

AS dan Jepang sedang mempersiapkan tanggapan terhadap patroli kapal China. Akhir pekan ini, keduanya unjuk kekuatan besar-besaran di perairan yang sama. Militer AS dan Jepang melakukan latihan bersama lengkap dengan kapal induk, kapal serbu, dan helikopter penghancur. Tujuan latihan ini adalah untuk mengirim pesan kepada China, menunjukkan kekuatan dan sebagai tindakan pencegahan.

Latihan tersebut adalah langkah yang perlu dilakukan, Jepang khawatir tentang langkah agresif China di wilayah mereka.

Minggu lalu, para pemimpin Jepang dan AS bertemu secara virtual. Keduanya punya banyak hal untuk dibahas: agresi China, mengamankan Indo-Pasifik, dan rutinitas QUAD.

PM Jepang Fumio Kishida, berbicara dalam pertemuan virtual dengan Presiden AS Joe Biden, 21/1/2022. (Sekretariat Kabinet/Kyodo News via AP)
PM Jepang Fumio Kishida, berbicara dalam pertemuan virtual dengan Presiden AS Joe Biden, 21/1/2022. (Sekretariat Kabinet/Kyodo News via AP)

Perdana menteri Jepang Fumio Kishida berbicara kepada pers setelah pertemuan itu dan mengatakan ada kemajuan nyata di semua lini. Berikut kata Kishida yang saya kutip dari siaran pers Jepang:

"Selama pertemuan pertama kami sepakat bahwa Jepang dan Amerika Serikat akan bekerja sama untuk mewujudkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka dan akan memperdalam kerjasama dengan negara-negara yang berpikiran sama. Saya juga menyatakan pemikiran saya untuk mengundang presiden Biden ke Jepang dan mengadakan pertemuan puncak empat pemimpin dengan AS, Australia, India, dan Jepang pada paruh pertama tahun ini. Dan saya telah memperoleh dukungan dari presiden Biden."

Jadi, sebuah kerjasama keamanan yang lebih mendalam pada pertemuan tingkat tinggi QUAD dalam enam bulan ke depan.

Beijing terguncang oleh rencana ini, dan mengatakan bahwa AS dan Jepang "tanpa dasar" telah menyerang China.

"Pertemuan antara pemimpin AS dan Jepang merupakan nada lama yang dimainkan berulangkali pada diskusi tentang masalah terkait China. Sekali lagi yang mereka lakukan telah menodai dan menyerang China tanpa dasar, sangat mencampuri urusan dalam negeri Cina, dan secara serius melanggar hukum internasional dan norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional. China dengan tegas menentangnya, mengutuk keras, dan telah mengajukan perwakilan diplomatik yang tegas kepada AS dan Jepang." kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Senin, 24 Januari 2022 (dilansir dari Reuters). 

Amerika Serikat dan Jepang semakin mengeratkan ikatan keamanan mereka. Mengapa China terganggu? karena QUAD pada dasarnya merupakan aliansi anti-china.

Ada banyak spekulasi tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Seorang peneliti Rusia Artyom Lukin mengutarakan pendapat kepada South China Morning Post bahwa Jepang akan bergabung dengan AUKUS yang merupakan aliansi keamanan Australia, inggris, dan AS. AUKUS kemungkinan akan berganti nama menjadi JAUKUS jika Jepang ikut bergabung.

Ada klaim bahwa sudah ada perjanjian informal. Berikut saya kutip perkataan Lukin:

"de facto itu sudah ada, secara informal, dan hubungan formal mungkin sedang dikerjakan, meskipun pejabat AS mengklaim sebaliknya. Tokyo telah konsisten mengisyaratkan bahwa dirinya (Jepang) tidak akan berdiri sendiri dalam kontingensi atas Taiwan dan lebih vokal dalam beberapa bulan terakhir."

Sebelumnya AS telah mengesampingkan kemungkinan ini dan mengatakan bahwa Jepang tidak akan menjadi bagian dari AUKUS. Tapi perubahan gelombang di perairan Jepang dan Taiwan tampaknya akan mengubah keputusan tersebut.

Pertama, latihan bersama angkatan laut Jepang-AS. 

Kemudian kesepakatan pertahanan Jepang-Australia yang akan dilakukan pada akhir bulan ini, yang berarti akan ada lebih banyak latihan perang dan penerbangan. 

Untuk Jepang-Inggris, mereka sudah berkolaborasi dalam proyek pertahanan, bersama-sama mereka telah memutuskan untuk membangun sebuah mesin berkekuatan jet tempur generasi keenam.
Jadi ini artinya Jepang bekerja sama erat dengan semua anggota AUKUS. Bisa jadi hanya formalitas. Tapi apa yang akan terjadi selanjutnya? bisakah aliansi ini saja cukup menghentikan rencana invasi negara-negara raksasa dunia?

Kini, diplomasi global mirip semangkuk sup alfabet; ada AUKUS yang merupakan aliansi keamanan, QUAD yang merupakan aliansi demokratis, yang ditujukan untuk membiayai proyek infrastruktur, membangun alternatif bagi rantai pasokan (suply chain). Semuanya sangat bagus, semua ini adalah untuk melawan agresi China.


Di atas kertas, semuanya merupakan rencana hebat, meskipun praktiknya belum berjalan sebagaimana mestinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun