Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Jangan Salah Kaprah, Metaverse Bukan Sekedar Dunia Virtual

28 Desember 2021   11:30 Diperbarui: 28 Desember 2021   13:07 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Aurich Lawson/Getty Images)

Saat pertama membaca konsep metaverse, saya kira Metaverse akan lebih mirip Jack Sully (diperankan ole Sam Worthington) yang tersambung dan hidup dalam avatarnya di film Avatar (2009). 

Bedanya, alih-alih berlarian di planet lain, pengguna memasuki bisa memasuki avatar masing-masing untuk beraktivitas di dunia virtual dan benar-benar merasakan sensasi atau pengalaman hidup di dalamnya seperti suhu dan sentuhan di kulit; wewangian atau bau busuk di hidung; kontraksi otot kala memanjat pohon; rasa sakit kala saat kena tombak atau tertembak.

Namun melihat video dan artikel akhir-akhir ini yang bertebaran di mana-mana, saya mendapati bayangan orang-orang yang sangat berbeda-beda tentang bagaimana metaverse, dan apa yang saya pahami sebagai metaverse ternyata jauh dari konsepnya, dan kemungkinan ada beberapa pembaca juga demikian.

Dalam video presentasenya baru-baru ini tentang Metaverse (29/10/2021 ), Zuckerberg mengatakan bahwa "cara terbaik untuk memahami metaverse adalah dengan mengalaminya sendiri, tetapi ini agak sulit karena belum sepenuhnya ada." Ironis memang, meminta orang untuk mencoba beberapa hal yang tidak ada sepertinya bukan cara terbaik untuk menyampaikan pemahaman penuh tentang arah perusahaan barumu.

Seperti yang saya utarakan di artikel Akankah Metaverse Segera Mengubah Cara Hidup Kita dalam Waktu Dekat?, sebetulnya kita belum tahu pasti mengenai perkembangan metaverse ke depannya.

Konsep Metaverse yang paling umum berasal dari fiksi ilmiah. Sama seperti sulit membayangkan pada tahun 1980-an seperti apa Internet tahun 2020 dan lebih sulit lagi untuk mengomunikasikannya kepada mereka yang bahkan belum pernah "masuk" ke dalamnya pada saat itu, sekarang kita sesungguhnya benar-benar tidak tahu bagaimana menggambarkan Metaverse.

Metaverse biasanya digambarkan mirip semacam jaringan digital yang merupakan manifestasi dari realitas yang sebenarnya, tetapi yang berbasis di dunia virtual (seringkali seperti taman hiburan) seperti yang digambarkan dalam film Ready Player One; The Matrix; dan yang terbaru Free Guy. 

Sementara pengalaman semacam ini cenderung menjadi aspek Metaverse, konsep ini dibatasi dengan cara yang sama seperti film Tron di mana internet lebih mirip "jalan raya" digital literal bit informasi.

Namun jika dilihat dengan seksama, kita bisa mengidentifikasi fitur inti dari metaverse. Metaverse akan punya fitur seperti berikut ini:

  • Tak kenal lelah, artinya, metaverse tidak pernah "direset" atau punya "jeda" atau bahkan "padam", Metaverse akan tetap menyala dan daring tanpa batas. Tak ada jadwal maintenance!
  • Tersinkronisasi dan hidup -- meskipun acara yang telah dijadwalkan dan bersifat mandiri diadakan, seperti yang terjadi di "kehidupan nyata", Metaverse akan menjadi pengalaman hidup yang hadir secara konsisten dan real-time untuk semua orang. Misalnya, kita bisa menghadiri konser musik kemudian keluar dan pergi ke tempat lain dan kembali lagi ke konser di saat kejadian real time di konser sedang berlangsung.
  • Tak ada batasan untuk pengguna bersamaan, sambil juga memberi setiap pengguna perasaan "hadir" sebagai individu. Setiap orang bisa menjadi bagian dari Metaverse dan berpartisipasi dalam acara/tempat/aktivitas tertentu bersama-sama, pada saat yang sama menjadi individu.
  • Menjadi sistem ekonomi yang berfungsi penuh -- individu dan kelompok bisnis dapat menciptakan, memiliki, berinvestasi, menjual, dan di-reward untuk berbagai "pekerjaan" yang menghasilkan nilai yang diakui oleh orang lain.
  • Mengawinkan pengalaman dunia digital dan fisik, jaringan/pengalaman pribadi dan publik, dan menjadi platform terbuka dan tertutup secara bersamaan. Seperti di dunia nyata, kita bisa memilih siapa saja yang boleh masuk ke rumah virtual kita di metaverse, dan di antara mereka, kita bisa menentukan siapa saja yang boleh masuk ke ruang keluarga atau kamar tidur. Rumah yang dimaksud di sini adalah rumah asli virtual, bukannya metafor.
  • Menciptakan interoperabilitas data, item/aset digital, konten, dan sebagainya yang belum pernah ada sebelumnya di setiap pengalaman di metaverse. Misalnya, skin senjata Counter-Strike bisa juga dipakai untuk menghias senjata di Fortnite, atau diberikan kepada teman di /melalui Facebook. Demikian pula, mobil yang dirancang untuk Rocket League (atau bahkan di situs web Porsche) dapat dibawa ke tempat kerja di Roblox. Saat ini, dunia digital pada dasarnya bertindak seolah-olah setiap platform adalah mal di mana setiap toko menggunakan mata uangnya sendiri, memerlukan jenis kartu identitas sendiri, memiliki unit pengukuran khusus untuk hal-hal seperti sepatu atau kalori, dan kode pakaian yang berbeda, dll. Sebaliknya dalam metaverse setiap "harta" bisa digunakan di mana saja.
  • Diisi oleh "konten" dan "pengalaman" yang dibuat dan dioperasikan oleh berbagai kontributor yang sangat luas, beberapa di antaranya merupakan individu independen, sementara yang lain mungkin merupakan kelompok yang terorganisir secara informal atau perusahaan yang berfokus pada penjualan komersial.

Ada beberapa ide lain yang mungkin menjadi inti Metaverse, tapi saya temukan belum disepakati secara luas. Salah satu yang menjadi perhatian saat ini adalah apakah pengguna akan punya satu identitas digital (atau "avatar") yang konsisten yang akan digunakan di semua aktivitas di metaverse.

Masalah identitas ini akan punya nilai praktis tapi mungkin saja tidak, karena masing-masing pemimpin di "era Metaverse" masih menginginkan sistem identitasnya sendiri.

Saat ini, misalnya, ada beberapa sistem akun yang dominan -- tetapi tidak ada yang memiliki cakupan web yang lengkap dan sering menumpuk satu sama lain dengan hanya berbagi/akses data yang terbatas (misalnya iPhone yang berbasis di sekitar akun iOS, kita bisa login ke dalam sebuah aplikasi menggunakan ID Facebook menggunakan iPhone, yang akun Facebook-nya dibuat menggunakan akun Gmail). Cara seperti akan punya nilai praktis tersendiri dalam hal privasi tapi tidak untuk kesederhanaan dari sisi pengguna.

Ada juga ketidaksepakatan tentang seberapa banyak interoperabilitas yang diperlukan agar Metaverse benar-benar menjadi "Metaverse", bukan hanya evolusi Internet saat ini. Banyak juga yang memperdebatkan apakah Metaverse sejatinya dapat memiliki satu operator (seperti halnya di Ready Player One). 

Beberapa orang percaya kalau definisi (dan keberhasilan) Metaverse mengharuskannya menjadi platform yang sangat terdesentralisasi yang sebagian besar dibangun di atas standar dan protokol berbasis komunitas (seperti open web) dan OS atau open source platform Metaverse (ini tidak berarti tidak akan ada closed platform yang dominan di Metaverse).

Ide lain berkaitan dengan arsitektur komunikasi fundamental Metaverse, namun sementara Internet saat ini terstruktur di sekitar server individu "berbicara" satu sama lain berdasarkan kebutuhan, beberapa percaya Metaverse perlu "dikabelkan" dan "dioperasikan" dari banyak- ke-banyak koneksi. 

Tetapi bahkan di sini, belum ada konsensus tentang bagaimana tepatnya masalah komunikasi ini akan bekerja, atau tingkat desentralisasi yang diperlukan.

Ini juga membantu untuk mempertimbangkan apa yang sering disamakan dengan Metaverse, tetapi tidak tepat. Sementara masing-masing analogi ini cenderung menjadi bagian dari Metaverse, mereka sebenarnya bukan Metaverse. Misalnya, Metaverse bukan sekedar...

  • sebuah "dunia virtual" -- Dunia virtual dan game dengan karakter yang digerakkan oleh AI telah ada selama beberapa dekade, seperti halnya yang dihuni oleh manusia "nyata" secara real-time. Ini bukan alam semesta "meta" (Yunani yang artinya "melampaui"), hanya alam semesta sintetis dan fiksi yang dirancang untuk satu tujuan (permainan).
  • "ruang virtual" -- Pengalaman konten digital seperti Second Life sering dilihat sebagai "proto-Metaverses" karena  (1) tidak punya tujuan seperti game atau sistem keterampilan yang bertingkat; (2) merupakan tongkrongan virtual yang tetap ada; (3) menawarkan pembaruan konten yang hampir selalu tersinkron; dan (4) punya manusia nyata yang diwakili oleh avatar digital. Namun, ini bukanlah atribut yang cukup untuk Metaverse.
  • sebuah "realitas virtual" -- VR adalah cara untuk mengalami dunia atau ruang virtual. Perasaan hadir di dunia digital tidak membuat VR menjadi Metaverse. Ini seperti mengatakan jika memiliki kota yang berkembang karena Anda dapat melihat dan berjalan di sekitarnya, kita sudah ada dalam Metaverse.
  • sebuah "Ekonomi digital dan virtual" -- Ini juga sudah ada. Permainan individu seperti World of Warcraft telah lama memiliki ekonomi yang berfungsi di mana orang-orang nyata memperdagangkan barang-barang virtual dengan uang sungguhan, atau melakukan tugas-tugas virtual dengan imbalan uang sungguhan. Selain itu, platform seperti Mechanical Turk Amazon, serta teknologi seperti Bitcoin, didasarkan pada perekrutan individu/bisnis/kekuatan komputasi untuk melakukan tugas virtual dan digital. Kami sudah bertransaksi dalam skala besar untuk item digital murni untuk aktivitas digital murni melalui pasar digital murni.
  • sebuah "permainan" -- Fortnite punya banyak elemen Metaverse. Itu (1) menyatukan IP; (2) memiliki identitas yang konsisten yang mencakup beberapa platform tertutup; (3) adalah pintu gerbang ke segudang pengalaman, beberapa di antaranya murni sosial; (4) memberi kompensasi kepada pembuat konten untuk membuat konten, dll. Namun, seperti halnya dengan Ready Player One, tetap terlalu sempit dalam hal: apa yang dilakukannya, seberapa jauh perluasannya, dan "pekerjaan" apa yang dapat terjadi (setidaknya untuk saat ini). Sementara Metaverse mungkin punya beberapa tujuan seperti permainan, termasuk permainan, dan melibatkan gamifikasi, Metaverse sendiri bukan permainan, juga tidak berorientasi pada tujuan tertentu saja.
  • sebuah "taman hiburan atau Disneyland virtual" -- "hiburan" tidak hanya akan menjadi tak terbatas, mereka tidak akan "dirancang" atau diprogram secara terpusat layaknya Disneyland, juga tidak semua tentang kesenangan atau hiburan.  
  • sebuah "Toko aplikasi baru" -- Tak ada orang yang butuh cara berbeda untuk buka aplikasi, juga tidak akan seperti di dalam VR (sebagai contoh) membuka/mengaktifkan jenis nilai yang diharapkan oleh pengguna. Metaverse secara substansial berbeda dari model, arsitektur, dan prioritas Internet/seluler saat ini.
  • sebuah "Platform UGC baru" -- Metaverse bukan sekadar platform mirip Youtube atau Facebook di mana banyak orang dapat "membuat", "berbagi", dan "memonetisasi" konten, dan di mana konten paling populer hanya mewakili sebagian kecil dari konsumsi secara keseluruhan. Metaverse akan menjadi tempat di mana sebuah kerajaan bisa dengan tepat berinvestasi dan membangun, dan di mana bisnis dengan modal besar ini dapat sepenuhnya memiliki pelanggan, mengontrol API/data, unit ekonomi, dll. Selain itu, kemungkinan besar, seperti halnya web, selusin atau lebih platform memegang bagian signifikan dari waktu pengguna, pengalaman, konten, dll.

Kalau ingin cara yang lebih sederhana untuk memahami Metaverse, bayangkanlah seperti film Night Before Chrismast -- Kita bisa memasuki pengalaman atau aktivitas apa pun, dan berpotensi memenuhi hampir semua kebutuhan, dari satu titik awal atau dunia yang juga diisi oleh semua orang yang kita kenal. Inilah mengapa hiperteks merupakan contoh kunci. Tapi yang penting adalah mengenali Metaverse bukanlah game, perangkat keras, atau pengalaman online. 

Hal ini seolah-olah mengatakan World of Warcraft, iPhone, atau Google adalah Internet. Metaverse dalam bayangan para pakar merupakan dunia digital, perangkat, layanan, situs web, dll. Internet adalah serangkaian protokol, teknologi, dan bahasa yang luas, ditambah perangkat akses dan konten serta pengalaman komunikasi di dalamnya. Metaverse juga akan seperti itu, jadi bukan sekedar dunia virtual yah.

Sumber: 1, 2, 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun