Belum lagi, waktu jaman VCD/DVDpengguna harus melakukan perjalanan untuk membeli atau merental VCD/DVD. Jadi, waktu nonton yang diinginkan lebih sering bergeser, dan jangan lupa ada tambahan ongkos perjalanan.
Tapi apakah saat itu para pegiat teknologi sudah betul-betul menyadari betapa krusialnya streaming video?Â
Pada saat Netflix meluncurkan layanan streaming, sebagian besar Hollywood tahu bahwa masa depan televisi adalah online (sedikit lucu mengingat kenyataan bahwa IP TV telah digunakan pada akhir 1999-an).
Tantangannya adalah waktu dan bagaimana mengemas layanan semacam itu (perlu 10 tahun lagi bagi Hollywood untuk menerima semua saluran, genre, dan konten mereka perlu diciutkan menjadi satu aplikasi/merek).
Popularitas penyiaran video game dan YouTuber masih awam dari banyak orang di industri media, seperti halnya gagasan bahwa cara terbaik untuk memonetisasi konten mungkin dengan memberikannya secara gratis dan mengenakan biaya untuk item opsional (konten premium) seharga Rp 15.000 Â tanpa nilai konsekuensial.
Pada tahun 2000 konglomerat media Time Warner mengakuisisi raksasa internet AOL berdasarkan ide bahwa media dan teknologi internet harus segera disatukan, tetapi ide itu dibatalkan pada tahun 2009 setelah gagal menghasilkan banyak manfaat.Â
Sembilan tahun kemudian, ide (perusahaan) itu kemudian dibeli oleh raksasa internet seluler AT&T di bawah premis yang sama.Â
Sekali lagi ini menunjukan kalau memprediksi teknologi seperti apa yang muncul di tahun sekian hampir mustahil dilakukan, terlalu banyak variabel (belum lagi faktor politik) di dalamnya.
Saat banyak ahli teknologi membayangkan semacam "komputer personal", atribut dan waktunya sangat tak terduga sehingga Microsoft mendominasi era PC yang dimulai pada 1990-an, ketimbang IBM yang mendominasi mainboard.Â
Lalu sementara Microsoft dengan jelas meramalkan seluler, Bill Gates dkk malahan salah membaca peran sistem operasi dan perangkat keras, sehingga munculnya Android dan iOS secara global (juga pergeseran Microsoft dari lapisan OS ke aplikasi/layanan).Â
Hal yang sama terjadi lagi, saat prioritas Steve Jobs untuk komputasi dianggap "selalu benar", Apple malah terlalu dini dan fokus pada perangkat yang salah (terlalu mahal). Munculah Huawei dan raksasa selular Asia lainnya.