Mencari kebenaran lewat tulisan yang dipostingnya di lini masa seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.Â
Terkadang yang aku dapatkan hanyalah sepenggal sedih dari serial drama yang ditontonnya semalam, yang ditulisnya esok sore kala tertawa bersama teman-teman di sebuah cafe dengan tema budaya pop, sepulang memenangkan pertandingan basket antar kampus.Â
Terkadang, sebuah pentas wayang golek yang menampilkan dedaunan kering membisikan rindu kepada hujan; mawar kepada senja di hari lain.Â
Hari ini ia duduk di sana lagi, menatap layar basah oleh tetesan air mata. Ada sepenggal kepuasan yang menyedihkan di sana -- di kursi yang sama, saat hatiku berdetak cepat kala matanya tak sengaja memergoki mataku yang sedari tadi tak pernah lepas darinya.Â
Sesaat, kutemukan kilau jarum yang setiap hari ku cari itu, sendirian, bersimbah darah dan air mata satu dekade
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H