Hujan sayang,
Kemarau telah tiba di ujung jalan,
hendak menjemput anak sungai yang sekarat.
Kau sangat dirindukan di taman.
Kapan absen-mu akan berakhir?
Oh Hujan! Hujan!
Hujan yang berhati baik dan sejuk!
Tak ada taman, tapi debu,
debu dari kaki orang yang lewat
atau tertiup angin dari gurun, gunung dan hutan.
Debu menumpuk di dinding,
di sudut-sudut.
Oh Hujan! Hujan!
Burung terakhir di taman akan pergi setelah matahari terbenam dan
aku telah menitipkan puisi ini di sayapnya yang terentang.
Akankah sampai atau tidak?
Sepanjang hari mawar menangisi kepergian-mu,
jadi aku menulis ini teruntuk mereka. Hujan, datanglah segera,
datanglah setelah menerima pesan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H