Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sepucuk Surat kepada Hujan

6 September 2021   20:38 Diperbarui: 9 September 2021   22:55 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Freepik)

Hujan sayang,
Kemarau telah tiba di ujung jalan,
hendak menjemput anak sungai yang sekarat.

Kau sangat dirindukan di taman.
Kapan absen-mu akan berakhir?

Oh Hujan! Hujan!
Hujan yang berhati baik dan sejuk!
Tak ada taman, tapi debu,
debu dari kaki orang yang lewat
atau tertiup angin dari gurun, gunung dan hutan.
Debu menumpuk di dinding,
di sudut-sudut.

Oh Hujan! Hujan!
Burung terakhir di taman akan pergi setelah matahari terbenam dan
aku telah menitipkan puisi ini di sayapnya yang terentang.
Akankah sampai atau tidak?

Sepanjang hari mawar menangisi kepergian-mu,
jadi aku menulis ini teruntuk mereka. Hujan, datanglah segera,
datanglah setelah menerima pesan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun