Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pelajaran Kebhinekaan dari Kegagalan AS di Afghanistan

30 Agustus 2021   11:41 Diperbarui: 30 Agustus 2021   12:30 232
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, untuk memanfaatkan sepenuhnya keuntungan menjadi negara pluralitas, orang Amerika harus berpikir secara berbeda tentang identitas dan kekuasaan. 

Menurut Rosling, kunci sukses AS di abad ke-21, di dalam dan luar negeri yang bisa dijadikan pelajaran bagi bangsa lain, adalah mendefinisikan identitas Amerika sebagai identitas plural. Orang Amerika bisa menjadi plures et unum, menjadi banyak dan satu pada saat yang sama. 

Konsep identitas yang luas itu akan memungkinkan AS untuk terhubung ke seluruh dunia dan merayakan keberagaman budaya sambil secara bersamaan bangga terhadap suatu negara yang cukup besar untuk menampung berbagai suku bangsa.

Dan saya pikir, hal ini juga sama dengan yang dibayangkan Soekarno dkk sewaktu membentuk NKRI. Baca kembali kepanjangannya "Negara Kesatuan Republik Indonesia", pendiri bangsa pun bermimpi agar kita menjadi bangsa yang besar yang dapat menampung berbagai suku bangsa.

Untuk membuat retorika ini menjadi kenyataan, setiap negara (paling tidak negara adidaya) harus membayangkan dan menerapkan kebijakan migrasi abad ke-21 yang tidak hanya untuk imigran tetapi juga untuk emigran dan orang-orang yang memiliki tempat tinggal di banyak negara.

Tujuannya adalah untuk menarik potensi SDM tetapi juga untuk berbagi potensi itu dengan negara asal, untuk memungkinkan warga negara dan penduduknya bergerak bolak-balik ke negara lain, untuk bekerja dan hidup, dan untuk melengkapi kehidupan digital dengan kehadiran fisik. 

Visi ini mungkin tampak seperti mimpi terburuk konservatif Amerika yang menjadi ketakutan Donald Trump dan pendukungnya sehingga menjadi begitu brutal. 

Saya teringat mantan perdana menteri Inggris, Theresa May pernah mencemooh dengan mengatakan: 

"Jika Anda percaya bahwa Anda adalah warga dunia, Anda adalah warga negara mana pun." 

Salah satu kesalahan besar yang dilakukan oleh para peminat globalisasi adalah merangkul yang global dengan mengorbankan yang lokal. 

Kenyataan sekarang adalah bahwa sangat mungkin dan perlu untuk merayakan dan mendukung identitas lokal yang berakar pada satu atau lebih komunitas fisik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun