Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Burung Putih Kerajaan

11 Januari 2021   20:23 Diperbarui: 10 September 2021   00:16 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Burung putih kerajaan terbang menuju lautan biru kerajaan burung. Bawa cinta, rindu, dan beberapa cemas. Tinggalkan cinta, rindu, dan beberapa cemas.

Goncangan mengacak ruangan di antara dua kerajaan. Penampilan melankolis dari malapetaka yang akan datang, burung putih kerajaan berubah pengap, kehilangan semua pesonanya. Suara panik berteriak "Tetap tenang!" Peningkatan tiba-tiba dari agama-agama suci, pecahnya pengakuan noda yang tiba-tiba, teriakan yang menjerit, air mata yang mengalir, ketegangan yang menumpuk, ketakutan yang meningkat, wajah malaikat pada wajah-wajah pucat, dan keheningan yang berserakan.

Tangan pasangan pengantin saling mencengkeram erat pakaian putih dan kulit yang memutih. Sang ibu masih menempel pada bayinya, tidak lagi menangis, tidak lagi takut. Pasangan tua tersenyum, puas dengan hidup mereka dalam siang yang gelap ini yang membuat janda para istri, duda para suami, dan yatim para anak.

Burung putih kerajaan menukik menuju lautan biru kerajaan ikan. Tinggalkan tangis kepada cinta, rindu, dan beberapa cemas yang menanti.

Turut berduka untuk korban Sriwijaya Air SJ-182.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun