Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Siapa Bilang "The Lord of the Rings" Bukan Film Natal?

23 Desember 2020   04:42 Diperbarui: 23 Desember 2020   05:34 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar akun twitter Tyler Copeland

Dari segi alur cerita maupun setting dari trilogi the Lord of the Rings, tidak ada yang bikin penonton berteriak "film Natal". Sungguh, apa hubungannya petualangan fantasi tingkat tinggi melalui Middle-earth yang dipenuhi orc, dengan perayaan natal di Bumi yang sebenarnya?

Tapi apa yang Gandalf renungkan tentang hobbit sambil mencoba mengingat jalan melalui Moria mungkin bisa bikin kita untuk mempertimbangkan kembali film-film klasik dalam daftar tontonan."Kita bisa mempelajari semua yang perlu diketahui tentang jalan mereka (hobbit) dalam sebulan, namun, setelah 100 tahun, mereka masih bisa mengejutkanmu."

Baru 19 tahun berlalu sejak "The Fellowship of the Ring" diputar di bioskop, tetapi bahkan penggemar fanatik pun mungkin akan kagum saat mengetahui betapa sempurnanya bulan Desember untuk menonton ulang Lord of the Rings.

Karya klasik seperti "It's a Wonderful Life" (1946), "How the Grinch Stole Christmas" (2000), "A Christmas Carol" (2009) semuanya baik dan bagus. Tapi tiga film tentang pencarian untuk menghancurkan Cincin berada dalam kategorinya tersendiri tersendiri. Dan Lord of the Rings hampir selalu masuk daftar film yang diputar di televisi Indonesia maupun luar negeri ketika liburan. Tapi, apa yang sebenarnya begitu menarik untuk menonton kembali film ini? Tentu televisi dan penyedia tayangan hiburan punya alasannya masing-masing, tapi berikut ini adalah alasan kenapa saya merekomendasikan Lord of the Rings untuk masuk dalam katalog film natal kalian.

Awal liburan yang sederhana (dan nostalgic)

Ketika film "The Fellowship of the Ring", "The Two Towers", dan "The Return of the King", bahkan "The Hobbit: The Battle of the Five Armies" dirilis, semuanya tiba di bioskop pada minggu menjelang Natal, masing-masing pada tahun 2001, 2002, 2003, dan 2014. Jelas, itu berarti bahwa Peter Jackson dan New Line Cinema bermaksud saga tersebut menjadi tontonan musim liburan yang penting.

Dan jika kalian adalah orang-orang yang ada pada saat bulan-bulan sebelum rilis, pasti punya kenangan gimana antusiasnya menonton film yang sudah ditunggu-tunggu keluar untuk pertama kali dan kemudian membahasnya dengan teman dan kerabat. Jadi menonton ulang film pada waktu yang sama setiap tahun setidaknya dapat membantu mengembalikan nostalgia Natal awal tahun 2000-an. 

Seperti yang dikatakan Tyler Copeland, seorang penggemar Lord of the Rings di akun twitter-nya: "Saya akan selalu menganggap trilogi LORD OF THE RINGS sebagai film Natal, berkat kenangan indah tidak hanya pada rilis teatrikal bulan Desember tetapi juga menghabiskan seluruh liburan Natal dengan Extended Editions. Waktu yang indah."

Tangkapan layar akun twitter Tyler Copeland
Tangkapan layar akun twitter Tyler Copeland
 Tetapi kaitannya dengan hari libur, dan Natal khususnya, kembali ke sumber materi. Ada detail yang terkubur dan sering terlewatkan dalam buku "The Fellowship of the Ring" yang secara eksplisit menyatakan bahwa kawanan hobbit berangkat dari Rivendell dengan Cincin Utama dalam pencarian mereka pada 25 Desember. Dalam bukunya, Tolkien menulis "hari spesial yang dingin menjelang akhir Desember ", bisa diidentifikasi bahwa ia menunjuk hari khusus tertentu yang tidak lain adalah 25 Desember.

Tanggal persisnya tidak disebutkan secara eksplisit dalam film, tapi jika "Die Hard" dianggap sebagai film Natal hanya karena waktunya, maka "The Fellowship of the Ring", setidaknya, layak mendapatkan perlakuan yang sama.

Pelajaran yang bisa diambil

Gambar Gollum dari 'The Lord of the Rings: The Return of the King' / New Line Cinema
Gambar Gollum dari 'The Lord of the Rings: The Return of the King' / New Line Cinema
"Grinch Stole Christmas" memberikan pelajaran berharga kepada anak-anak tentang bagaimana seharusnya Natal dimaknai, dalam kata-kata Dr. Seuss sendiri, "tidak datang dari toko." Jadi jika kalian mencari film yang menggambarkan sisi negatif dari obsesi terhadap barang material, tidak ada pilihan yang lebih baik selain Lord of the Rings.

Cukup tunjukkan kepada anak-anak 10 menit pertama "The Return of the King" (transformasi Smeagol yang menjijikkan dan mengerikan menjadi Gollum) agar mereka tidak mendewakan perhiasan mahal seumur hidup. Tidak ada yang lebih baik untuk menunjukkan potensi bahaya pembelian yang berlebihan daripada mendengar Andy Serkis berbisik setelah menggigit ikan hidup, "Dan kami lupa rasa roti, suara pohon, kelembutan angin. Kami bahkan lupa nama kami sendiri, ".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun