Dari segi alur cerita maupun setting dari trilogi the Lord of the Rings, tidak ada yang bikin penonton berteriak "film Natal". Sungguh, apa hubungannya petualangan fantasi tingkat tinggi melalui Middle-earth yang dipenuhi orc, dengan perayaan natal di Bumi yang sebenarnya?
Tapi apa yang Gandalf renungkan tentang hobbit sambil mencoba mengingat jalan melalui Moria mungkin bisa bikin kita untuk mempertimbangkan kembali film-film klasik dalam daftar tontonan."Kita bisa mempelajari semua yang perlu diketahui tentang jalan mereka (hobbit) dalam sebulan, namun, setelah 100 tahun, mereka masih bisa mengejutkanmu."
Baru 19 tahun berlalu sejak "The Fellowship of the Ring" diputar di bioskop, tetapi bahkan penggemar fanatik pun mungkin akan kagum saat mengetahui betapa sempurnanya bulan Desember untuk menonton ulang Lord of the Rings.
Karya klasik seperti "It's a Wonderful Life" (1946), "How the Grinch Stole Christmas" (2000), "A Christmas Carol" (2009) semuanya baik dan bagus. Tapi tiga film tentang pencarian untuk menghancurkan Cincin berada dalam kategorinya tersendiri tersendiri. Dan Lord of the Rings hampir selalu masuk daftar film yang diputar di televisi Indonesia maupun luar negeri ketika liburan. Tapi, apa yang sebenarnya begitu menarik untuk menonton kembali film ini? Tentu televisi dan penyedia tayangan hiburan punya alasannya masing-masing, tapi berikut ini adalah alasan kenapa saya merekomendasikan Lord of the Rings untuk masuk dalam katalog film natal kalian.
Awal liburan yang sederhana (dan nostalgic)
Ketika film "The Fellowship of the Ring", "The Two Towers", dan "The Return of the King", bahkan "The Hobbit: The Battle of the Five Armies" dirilis, semuanya tiba di bioskop pada minggu menjelang Natal, masing-masing pada tahun 2001, 2002, 2003, dan 2014. Jelas, itu berarti bahwa Peter Jackson dan New Line Cinema bermaksud saga tersebut menjadi tontonan musim liburan yang penting.
Dan jika kalian adalah orang-orang yang ada pada saat bulan-bulan sebelum rilis, pasti punya kenangan gimana antusiasnya menonton film yang sudah ditunggu-tunggu keluar untuk pertama kali dan kemudian membahasnya dengan teman dan kerabat. Jadi menonton ulang film pada waktu yang sama setiap tahun setidaknya dapat membantu mengembalikan nostalgia Natal awal tahun 2000-an.Â
Seperti yang dikatakan Tyler Copeland, seorang penggemar Lord of the Rings di akun twitter-nya: "Saya akan selalu menganggap trilogi LORD OF THE RINGS sebagai film Natal, berkat kenangan indah tidak hanya pada rilis teatrikal bulan Desember tetapi juga menghabiskan seluruh liburan Natal dengan Extended Editions. Waktu yang indah."
Tanggal persisnya tidak disebutkan secara eksplisit dalam film, tapi jika "Die Hard" dianggap sebagai film Natal hanya karena waktunya, maka "The Fellowship of the Ring", setidaknya, layak mendapatkan perlakuan yang sama.
Pelajaran yang bisa diambil
Cukup tunjukkan kepada anak-anak 10 menit pertama "The Return of the King" (transformasi Smeagol yang menjijikkan dan mengerikan menjadi Gollum) agar mereka tidak mendewakan perhiasan mahal seumur hidup. Tidak ada yang lebih baik untuk menunjukkan potensi bahaya pembelian yang berlebihan daripada mendengar Andy Serkis berbisik setelah menggigit ikan hidup, "Dan kami lupa rasa roti, suara pohon, kelembutan angin. Kami bahkan lupa nama kami sendiri, ".
Juga ada banyak pelajaran tentang kekuatan persahabatan, harapan dan belas kasih. Tapi kebanyakan, Gollum dan barang mulia nya.
Sinterklas Gandalf
Saat pertama kali bertemu Gandalf the Grey di "Fellowship of the Rings", ia mentraktir anak-anak hobbit di Shire dengan pertunjukan petasan yang menyenangkan meskipun ada beberapa orang tua hobbit yang tidak terlalu menyukai sihirnya (iya, familiar...kayak waktu main kembang api sama mercon waktu kecil dulu). Dia kemudian menghabiskan sisa seri perjalanan untuk memberikan barang berharga sebelum kehabisan waktu, kemudian melindungi teman-teman hobbitnya dengan segala cara, dan mengeluarkan kutipan yang menginspirasi.
Ada Peri
Makhluk yang abadi dan sangat berkuasa itu tidak menghabiskan hari-hari mereka bekerja keras di bengkel Sinterklas, tetapi mereka tetaplah peri, yang berarti mereka punya tempat dalam fantasi tentang liburan. Dan jangan lupa tentang adegan di "The Fellowship of the Rings" saat Galadriel memberikan hadiah elf yang dipersonalisasi kepada semua orang dalam perjalanan keluar dari Lothlorien.
Jadi, jika ada anggota keluarga yang menolak ide menghabiskan hingga 12 jam menonton film fantasi, pastikan mereka tahu elf memainkan peran besar dalam keberhasilan liburan dan pemberantasan kejahatan Sauron.
Menemukan sesuatu yang akan dinikmati oleh seluruh keluarga bisa menjadi tugas yang sulit. Tapi siapa yang bisa menolak godaan Cincin? Tidak peduli berapa kali kita menonton trilogi tersebut, ketiga film tersebut masih sangat menyenangkan, untuk anak-anak dan orang tua.
Selain itu, lebih menyenangkan untuk menjadikan film yang sudah pernah ditonton berulang kali bahkan sampai sudah menghafal apa yang akan terjadi di setiap adegan, film tersebut merupakan hiburan latar belakang yang sempurna untuk ditonton sambil mendekorasi pohon Natal, kocok adonan di mixer, atau kegiatan meriah lainnya, sebab kita jadi tidak harus terlalu fokus di depan layar.
Memang tidak mudah untuk menemukan film yang disukai oleh seluruh anggota keluarga, tapi sudah menjadi kewajiban setiap penggemar untuk teriak: "Saya pilih Lord of the Rings!" ^_^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H