Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tagar Papuan Lives Matter yang Lepas Landas Tahun Ini

16 Desember 2020   01:26 Diperbarui: 26 Desember 2020   15:31 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Twitter Business (olah pribadi)

Kampanye Wenda sebagian besar berfokus pada penentuan nasib sendiri dan mendapatkan kemerdekaan dari apa disebutnya sebagai "darurat militer ilegal di Jakarta". Namun Wenda mengakui bahwa gerakan Black Lives Matter turut menyebarkan informasi tentang West Papua. Dia berbicara di demonstrasi Black Lives Matter di London, dan terkadang menggunakan tagar #BlackLivesMatter dan #PapuanLives Matter untuk menyebarkan pesannya di media sosial.

"Generasi baru Indonesia [sedang] turun ke jalan, sebuah gerakan solidaritas," kata Wenda. "Sama seperti di Amerika, orang biasa berkumpul untuk mengatakan tidak ada lagi rasisme, tidak ada lagi intimidasi, tidak ada lagi pelecehan."

Pelajar Indonesia memegang lilin selama protes di Medan pada 1 Oktober 2019, melawan usulan pemerintah perubahan dalam undang-undang hukum pidana, rencana untuk melemahkan komisi antikorupsi dan korban kerusuhan di Wamena. Foto: Albert Ivan Damanik, Agensi Anadolu / Getty Images
Pelajar Indonesia memegang lilin selama protes di Medan pada 1 Oktober 2019, melawan usulan pemerintah perubahan dalam undang-undang hukum pidana, rencana untuk melemahkan komisi antikorupsi dan korban kerusuhan di Wamena. Foto: Albert Ivan Damanik, Agensi Anadolu / Getty Images
Namun Sophie Chao, dari University of Sydney, mengatakan bahwa ada risiko pemerintah Indonesia akan menggunakan dorongan kemerdekaan sebagai alasan untuk membatasi kebebasan di Papua Barat.

Dan Webb-Gannon, peneliti di Australia, memperingatkan bahwa bahkan orang Indonesia yang menentang pelanggaran HAM dan rasisme di West Papua mungkin tidak mendukung kemerdekaan Papua, mengingat sentimen nasionalis yang kuat di seluruh Indonesia.

Husein, 25 tahun dari Jakarta, mengatakan bahwa dia bergabung dengan webinar #PapuanLivesMatter pada bulan Juni karena dia ingin tahu tentang masalah di sana. "Posisi pribadi saya adalah menentang penindasan orang Papua, tetapi saya juga tidak setuju dengan gagasan kemerdekaan West Papua," katanya.

Ini bukan pertama kalinya sebuah kelompok pro-kemerdekaan mendirikan pemerintahan sementara untuk West Papua yang dikuasai Indonesia, dan Indonesia sendiri telah menghadapi banyak perjuangan separatis. 

Gerakan separatis lain di Indonesia berhasil, tetapi sayangnya harus berdarah-darah. Pada 1999, setelah referendum yang diselenggarakan oleh PBB, Timor Leste memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia dan menjadi negara merdeka Timor-Leste. Antara 1.000 dan 2.000 warga sipil terbunuh pada bulan-bulan sebelum dan beberapa hari setelah pemilihan, menurut Human Rights Watch, dan pasukan penjaga perdamaian yang didukung PBB dikerahkan.

Wenda mengatakan karyanya untuk membawa perhatian internasional kepada masalah West Papua telah berhasil. Kelompoknya diberi status pengamat di Melanesian Spearhead Group, sebuah blok yang mencakup negara-negara mayoritas Melanesia. Vanuatu, anggota blok tersebut, telah mengangkat masalah West Papua di PBB.

“Saya sedang menjalankan misi,” kata Wenda. "Saya akan menyelesaikan misi saya dan kemudian saya akan istirahat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun