Mohon tunggu...
Dean Ruwayari
Dean Ruwayari Mohon Tunggu... Human Resources - Geopolitics Enthusiast

Belakangan doyan puisi. Tak tahu hari ini, tak tahu esok.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Bahasa Mempengaruhi Cara Berpikir Kita tentang Waktu dalam "Arrival"

21 Oktober 2020   06:03 Diperbarui: 6 November 2020   21:14 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian besar dari kita menyetujui teori bahwa waktu mulai dari sebuah titik awal dan mengalir ke sebuah titik akhir, linear. Tidak ada yang bisa menentangnya. Namun, bicara mengenai waktu adalah hal yang sangat rumit, dikarenakkan belum ada definisi tepat tentangnya.

Waktu bisa berarti sebuah alamat atau posisi dalam sebuah garis waktu. 

Contoh : Ada yang bertanya "Jam berapa sekarang?", lalu kita menjawab "Jam 3" artinya kita sedang berada di titik posisi jam 3 di hari ini.

Waktu bisa berarti jumlah durasi.

Contoh : Ada yang bertanya "Berapa waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke sana?", kita menjawab "3 jam" artinya kita membutuhlan jumlah durasi sebanyak 3 jam untuk menempuh perjalanan tersebut.

Waktu merupakan sebuah dimensi

Yang satu ini dicetus Einstein lewat teori relativitas mengenai dimensi ruang-waktu. Einstein mengemukakan bahwa ruang dan waktu merupakan satu keutuhan dimensi layaknya dua sejoli yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Dunia terbentuk oleh 3 dimensi ruang + 1 dimensi waktu yang tidak bisa dipisahkan satu dengan lainnya. 

Dimensi ruang-waktu pun bisa membengkok, jika kita punya cukup energi untuk membengkokannya. Jadi bisa saja di suatu tempat di alam semesta, galaxi lain misalnya, terdapat lipatan  ruang-waktu yang  mengakibatkan waktu yang tidak linear. Dan teori ini telah terbukti benar, dan terima kasih, karenanya kita bisa menikmati internet untuk baca kompasiana saat ini. 

Kemudian ada pemikir usil yang berpikir aneh, bagaimana seandainya ruang-waktu dari semesta pada hakekatnya membengkok sehingga kedua ujungnya bertemu dan membentuk lingkaran? Yap. Benar sekali. Kita hidup di lingkaran waktu yang terus berulang tidak ada habisnya. Coba bayangkan, berlari dalam sebuah lintasan berbentuk lingkaran, sekeras dan sejauh apapun kita berlari, akan tetap kembali ke tempat semula. 

Tapi kalau mau dilihat, tidak usil-usil amat juga pemikir aneh kita ini. Ilmu pengetahuan kita telah memprediksi bahwa galaxi kita pada akhirnya akan hancur, menghasilkan big bang baru lalu tercipta kehidupan baru lagi, kemudian hancur lagi, tercipta baru lagi, dst..dst..dst.. sampai tak terhingga.

Berdasarkan pemikiran ruang-waktu melingkar tersebut,  muncul (lagi) ide fiksi mengenai lingkaran waktu (time loop) yang tidak berujung. Aliran waktu digambarkan seperti sebuah lingkaran yang tidak memiliki titik awal maupun akhir. Ide lingkaran waktu ini yang kemudian diangkat oleh Ted Chiang (seorang penulis fiksi ilmiah Amerika) dalam cerpennya "Story of Your Life" dan menjadi dasar dari film Arrival.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun