Saya akan menulis menggunakan sebuah bahasa... Bahasa Indonesia. Karena saya mampu. Bahasa adalah salah satu kemampuan ajaib yang dimiliki manusia. Kita dapat saling menyampaikan ide yang sangat rumit. Jadi, yang saya lakukan sekarang adalah membuat informasi menjadi tulisan. Mata anda akan menangkap informasi ini, lalu mengubahnya menjadi sebuah pemikiran.
Karena kemampuan bahasa ini, kita, manusia, dapat meneruskan ide-ide kita menembus luasnya ruang dan waktu. Kita dapat menyampaikan pengetahuan ke dalam pemikiran orang lain.
Saya bisa menanamkan ide aneh baru ke kepala anda saat ini juga. Misalnya saya katakan, "Bayangkan ubur-ubur berdansa di perpustakaan, sambil memikirkan teori mekanika kuantum."Â
Jika hidup anda berjalan mulus tanpa hambatan yang berarti, mungkin hal itu tak pernah terpikirkan. Tapi, saya membuat anda memikirkannya melalui bahasa. Tentu, bahasa di dunia bukan hanya satu, sekitar 7.000 bahasa digunakan di seluruh dunia. Dan semua bahasa memiliki perbedaan pada bermacam-macam hal.
Beberapa bahasa memiliki bunyi yang berbeda, kosakata yang berbeda, juga struktur bahasa yang berbeda, perbedaan struktur ini sungguh penting. Maka timbul pertanyaan: Apakah bahasa yang kita pakai membentuk cara berpikir kita? Nah, ini pertanyaan kuno. Sejak dulu, banyak orang telah berspekulasi mengenai hal ini.
Charlemagne, seorang Kaisar Romawi, berkata, "Memiliki bahasa kedua sama seperti memiliki jiwa kedua" Â ini merupakan dukungan kuat bahwa bahasa membentuk realitas. Tetapi di sisi lain, Shakespeare membuat Juliet berkata, "Apalah arti sebuah nama? Mawar dengan nama lain akan tetap sama wanginya."Â
Nah, mungkin artinya, bahasa tidak membentuk realitas. Perdebatan ini telah berlangsung selama ribuan tahun, karena belum ada data yang membuktikan salah satunya. Tapi Belum lama ini, para ilmuwan mulai melakukan penelitian dan kini kita punya data ilmiah untuk menjawab perdebatan tersebut. Saya akan menceritakan beberapa contoh favorit saya.Â
Saya akan mulai dengan sebuah komunitas Aborigin di Australia. Mereka adalah suku Kuuk Thaayorre. Mereka tinggal di Pormpuraaw di ujung paling barat Cape York.Â
Yang menarik dari Kuuk Thaayorre adalah mereka tidak menggunakan kata seperti "kiri" dan "kanan", mereka menggunakan arah mata angin untuk semua petunjuk arah: utara, selatan, timur, barat. Saat saya bilang semua, benar-benar di semua hal.
Bisa saja ada kalimat, Oh, ada semut di arah barat daya kakimu."
Atau, "Geser cangkirmu ke arah utara timur laut sedikit."
Bahkan dalam bahasa Kuuk Thaayore, untuk menyapa kita berkata, "Kamu mau ke arah mana?"
Dan balasannya adalah, "Utara timur laut nun jauh di sana. Kalau kamu?"