"Cinta pertama sulit dilupakan" kata orang. Namun saya tidak bisa memastikan kapan atau dengan siapa tepatnya pertama kali putus cinta. Lupa pacar pertama sih tidak, tapi karena tidak seperti biasanya orang putus cinta, maka saya tidak menganggapnya putus cinta.
Waktu putus pacaran pertama kali seperti, "putus? koq ga kerasa apa-apa yah. Huh, ternyata yang di tivi boongan". Mungkin karena masih anak SMA yang sibuk main PS. Setelahnya saya mempunyai beberapa kisah asmara. Dari yang dikit sesaknya ketika putus, sampe yang sesaknya luar biasa.
"Pengalaman tak terlupakan adalah yang paling indah atau yang paling menyakitkan" kata orang. Yang ingin saya bagikan adalah potongan yang terakhir, yang paling menyakitkan.Â
Singkatnya kami sudah berpacaran cukup lama, kira-kira dua tahun dan menemukan kecocokan satu sama lain. Jadi kami mulai serius membicarakan untuk ke tahap selanjutnya, pernikahan. Meski belum ke tahap bertunangan  atau masuk minta kalau kata orang papua, orang tua kami sudah menyetujuinya.Â
Bahkan, kami sudah memutuskan tahun pernikahan. Kisah pahitnya terjadi beberapa bulan setelah 'ikrar tak resmi' tersebut. Berawal dari percecokan kecil membesar menjadi tak terselamatkan, kisah cinta kami selesai.
"Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi"Â kata lagu 'butiran debu' dari band Rumor, menggambarkan perasaanku saat itu. Sedih dan marah di waktu yang bersamaan.Â
Dada ini serasa terkena serangan panik tiada henti. Akibatnya mulai gagal fokus. Dari nyasar ke kosan sebelah, sampe terbaring ber jam-jam menatap langit kamar.Â
Pengen rasanya demo berjilid-jilid ke Tuhan. Saya bahkan berpikir untuk tidak akan bisa jatuh cinta lagi. Beruntung saya mengikuti saran dari artikel yang di-googling dengan kata kunci "tips putus cinta".Â
Memang bukan hal mudah dan butuh waktu yang lama. Akhirnya saya berhasil untuk kembali ke ritme hidup yang normal dan tidak jadi tenggelam dalam lautan luka dalam.
Bukan pakar asmara, hanya ingin berbagi apa saja yang saya lakukan sehingga bisa move on dari putus cinta. Anggaplah tulisan saya sebagai perkataan dari sesama anggota klub rehabilitasi yang sedang berbagi pengalaman putus cintanya. Berikut tips move on dari putus cinta ala saya:
- Beri waktu kepada mantanmu untuk berpikir.Â
(Sumber gambar : tribunnews.com) - Berhenti beraktivitas sejenak dari media sosial.
(Sumber gambar : steemit.com) - Berbagi sedih dan marah kepada teman terdekatmu.
(Sumber gambar : hellosehat.com) - Berhenti mendengarkan lagu patah hati!Â
(Sumber gambar : Pribadi) - Olahraga atau lakukan hobimu bersama teman-teman.
(Sumber gambar : in2english.net) - Tidak ada yang tahu bahwa dia akan kembali atau tidak.
(Sumber gambar : larryjacobson.com)
Misalnya sekolah, kesehatan dan karir. Bahkan jangan terkejut kalau nantinya kamu mungkin sudah tidak menginginkannya lagi ketika dia ingin kembali.
Dalam kasus saya, saya berhenti menghubungi dia setelah sebulan mengghubungi tiada henti tanpa ada balasan. Dia lalu menghubungi saya kira-kira enam bulan setelahnya.
Kami seperti orang asing yang baru berkenalan. Yang sangat mengejutkan adalah bahwa amarah atau pun harapan saya untuk kami bersama lagi seperti sudah pudar.
Saya justru sangat menghargainya sebagai seorang teman. Meskipun tidak banyak berharap dia akan melihat saya seperti itu. Kemudian kami masih sering berkomunikasi selama sebulan berikutnya meski intensitasnya tidak banyak. Dan akhirnya putus komunikasi hingga sekarang sudah sepuluh tahun. - Bukalah hatimu untuk orang lain.
(Sumber gambar : wattpad.com)
Setelah cerita gagal nikah, saya berhasil menjalin hubungan dengan beberapa cewek lain (saya cowok heteroseksual, by the way) dan mendapatkan pengalaman yang benar-benar berbeda. Mungkin karena sudah menjadi orang yang berbeda dalam pola pikir percintaan. Tips ini berada di urutan terakhir tapi berpengaruh besar dalam proses penyembuhanmu.
Indah, konyol, dan sedih, sesekali memori masa-masa itu muncul seperti jelangkung, datang tak diundang pulang tak diantar. Terkadang senyum sendiri. Memori itu akan tetap di sana, menjadi potongan diri yang tidak akan hilang seutuhnya.Â