Gorontalo -- Di usia yang baru menginjak 19 tahun, Dicky Rahmansyah telah menorehkan berbagai prestasi yang mengesankan, mulai dari akademik hingga kegiatan ekstrakurikuler. Pemuda kelahiran 11 Agustus 2005 ini adalah sosok yang sarat dengan bakat dan semangat juang. Anak pertama dari tiga bersaudara ini dibesarkan oleh orang tuanya, Usman Hasan dan Sri Salma Babuta, di Tolangohula, Kabupaten Gorontalo.
Perjalanan prestasi Dicky dimulai sejak ia masih duduk di bangku sekolah dasar. "Untuk pertama kali ikut lomba itu karena disuruh guru," kenang Dicky. Ia bercerita bahwa saat kelas 3 SD, gurunya, Ibu Atika Sapali, menugaskannya mengikuti lomba menyanyi pada acara kelas meeting yang diadakan sebelum kenaikan kelas. "Saya ingat sekali waktu itu disuruh ikut lomba nyanyi, kebetulan menang juara," katanya dengan senyum.
Kemenangan pertama itu memantik semangat Dicky untuk terus berkompetisi. Tak lama setelahnya, ia kembali mengikuti lomba Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) di tingkat kecamatan, dan lagi-lagi berhasil keluar sebagai juara. "Dari situ, saya sudah mulai sering ikut lomba-lomba. Dan alasan saya suka karena saya suka menang. Suka euforia kemenangannya, suka dirayakan," ujarnya.
Kecintaannya pada euforia kemenangan inilah yang mendorong Dicky semakin aktif terlibat dalam berbagai kompetisi. Sejak SD, SMP, hingga SMA, ia tidak pernah lepas dari panggung lomba, baik di bidang akademik maupun seni. Prestasinya yang terus berkembang pun membawanya ke level yang lebih tinggi. Saat SMP, ia meraih Juara 2 Olimpiade Sains Nasional (OSN) Bidang Ilmu Sosial di tingkat kabupaten dan provinsi, bahkan sampai menjadi peserta di tingkat nasional pada tahun 2019.
Namun, Dicky menyadari bahwa untuk berkembang lebih jauh, ia membutuhkan akses pendidikan yang lebih berkualitas. Meski sekolah di kampung halamannya cukup baik, Dicky merasa ada keterbatasan dalam hal fasilitas, lingkungan, dan kualitas pendidikan yang bisa mendorong dirinya mencapai potensi maksimal. Maka, dengan tekad kuat, ia memutuskan untuk merantau ke Kota Gorontalo ketika masuk jenjang SMA. Pilihannya jatuh pada MAN 1 Kota Gorontalo, sebuah sekolah yang ia nilai memiliki kualitas pendidikan yang lebih baik dan mampu mengakomodasi ambisi serta bakatnya. Langkah ini membawa Dicky pada banyak pengalaman dan kesempatan baru yang memperkuat kualitas akademiknya, serta membuka jalan bagi prestasi-prestasi besar.
Di SMA, Dicky menjadi peserta debat ilmiah yang terus membawa pulang piala, seperti Juara 1 Lomba Debat Ilmiah tingkat Provinsi Gorontalo pada 2022 dan Semifinalis Lomba Debat Hukum Tingkat Nasional di Fordehkonsmerow Law Fair. Tak heran jika pada tahun 2022, ia dinobatkan sebagai Duta Keselamatan Transportasi Darat oleh Dinas Perhubungan Provinsi Gorontalo.
Saat ini, Dicky sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri Gorontalo, Jurusan Teknik Geologi semester 3. Namun, kesibukan akademiknya tidak menghalanginya untuk tetap berprestasi. Tahun 2024 menjadi salah satu tahun paling gemilang bagi Dicky. Ia berhasil meraih berbagai penghargaan, di antaranya Peraih Medali Perunggu dan Pembicara Terbaik 4 pada Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia tingkat Regional Wilayah 3, serta masuk ke Perdelapan Final Divisi Terbuka Kompetisi Debat Mahasiswa Indonesia tingkat Nasional.
Motivasi terbesarnya dalam berprestasi adalah keluarganya, khususnya orang tuanya. "Motivasi terbesarnya yang pasti karena orang tua. Kebetulan, Alhamdulillah saya terlahir di dalam keluarga yang bisa dibilang saudara-saudara saya juga cukup mumpuni dalam lomba-lomba. Jadi kayak saya nggak mau tertinggal dengan saudara-saudara saya yang sudah bisa berprestasi di tingkat nasional dan internasional," ungkap Dicky.
Tak hanya pandai berdebat, Dicky juga menjadi bagian dari gerakan Millenial Penggerak Rupiah oleh Bank Indonesia Gorontalo pada 2024. Ia juga aktif menulis artikel ilmiah yang membuatnya meraih insentif dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Di balik segala pencapaiannya, Dicky memiliki sosok inspirasi yang selalu memotivasi dirinya, yakni musisi Nadin Amizah. Bagi Dicky, Nadin adalah figur yang mampu menyentuh hati melalui karya-karyanya. Lagu-lagu Nadin, seperti *Perang Telah Usai*, menjadi sumber inspirasi bagi Dicky untuk terus berusaha berdampak pada orang lain, meski dengan cara yang unik dan personal. "Saya selalu ingin menjadi seperti Nadin Amizah, yang bisa berdampak bagi banyak orang, meskipun tidak semua orang bisa merasakannya, tapi setidaknya saya sudah mencoba untuk menjadi orang yang bermanfaat," ujarnya.
Dicky juga hidup dengan semboyan hidup yang sederhana namun kuat, "Be Brave, Be Golden, Be You!" Sebuah kalimat yang mencerminkan semangatnya untuk terus melangkah maju dengan keberanian dan menjadi versi terbaik dari dirinya sendiri.