lulus melalui jalur SNBP, SNBT, maupun Mandiri.
Ketika kita melihat situasi sekarang, para siswa siswi SMA sederajat banyak yang ingin masuk perguruan tinggi, terutama yang negeri dan ternama seperti UI, UGM, UNAIR, dan lain-lain. Untuk itu, mereka harusRata-rata siswa siswi SMA sederajat ingin lulus jalur SNBP. Salah satu alasan yang paling sering diseutkan yaitu karena mereka tidak perlu belajar lebih keras lagi untuk ujian melawan jutaan orang, seperti UTBK-SNBT. Di UTBK sendiri, soal yang keluar tidak semudah yang mereka kerjakan semasa SMA. Contohnya Penalaran Matematika (PM), setiap soalnya memiliki teks yang panjang, waktunya pun tidak banyak, membuatnya menjadi salah satu subtes yang paling susah menurut kebanyakan para pejuang UTBK.
Saya, Dean Markley Vadiamora, mahasiswa S1 Psikologi Universitas Airlangga, juga ingin sekali masuk perguruan tinggi ternama, UNAIR tentunya. Saya ingin lulus jalur SNBP untuk menghindari jalur SNBT yang saya anggap susah dan mengerikan. Meski begitu, saya orangnya pemalas sekali. Ketika tidak ada apa-apa, di rumah maupun di sekolah, saya bermain game. Saya tidak pernah menyentuh buku kecuali untuk tugas.
Hasilnya bagaimana? Waduh, saya bahkan tidak masuk eligible di sekolah saya, bagaimana saya bisa mendaftar SNBP? "Kamu sudah menyia-nyiakan satu jalur, terus kamu mau bagaimana?" ayah saya pun mengatakan itu. Jujur, saya bukan orang yang kaya atau bagaimana, jadi saya tidak bisa masuk jalur Mandiri. Yah, mau bagaimana lagi, saya harus melawan jutaan orang di SNBT dengan memaksakan diri untuk belajar UTBK.
Untuk melawan jutaan orang di UTBK, saya pun mulai belajar dengan mencari berbagai macam try out murah dan gratis dari Instagram. saya mengerjakannya 2 sampai 3 kali dalam seminggu untuk satu bulan pertama. Dalam satu bulan menuju hari-H UTBK, saya mulai mengerjakan try out setiap hari di waktu yang sama seperti waktu UTBK. Maksudnya bagaimana? Begini, saya waktu itu dapat sesi siang, jam 12.30 -- 16.15. Waktu masuk jam itu juga, saya kerjakan try out-nya. Kenapa begitu? Kalau kata ayah saya, "biar cocok waktunya, nanti waktu mengerjakan try out rasanya seperti UTBK asli". Jadi ketika mengerjakan UTBK yang asli, rasanya seperti mengerjakan try out, dengan pengawas tentunya.
Tidak hanya itu, saya juga belajar dengan melihat video tentang materi maupun pembahasan soal dari YouTube atau sosial media lainnya. Tidak jarang juga influencer yang berbagi ilmu untuk para pejuang UTBK, entah itu lewat materi atau penjelasan soal. Jujur, saya lebih suka melihat orang lain menjelaskan daripada membaca buku sendiri, rasanya berat sekali kalau begitu. Selama bisa digunakan untuk belajar, kenapa tidak, benar bukan?
Tentunya, setiap hari saya tidak hanya belajar dan belajar, tetapi juga beribadah dan berdoa. Karena UTBK dimulai setelah Ramadhan, saya gunakan waktu setelah isya untuk salat tarawih berjamaah dan berdoa untuk yang terbaik."Bismillah lulus pilihan pertama, aamiin" kata saya setiap selesai sholat, termasuk tarawih.
Sebenarnya, bimbel menjadi poin tambahan untuk belajar UTBK. Tetapi, saya tidak mengikuti bimbel. Saya pun harus belajar lebih giat lagi, karena yang ingin masuk ke tempat yang saya ingin masuki bukan hanya puluhan orang saja. Apalagi jurusan yang saya inginkan termasuk salah satu jurusan terketat di sana.
Oh iya, beberapa hari sebelum UTBK, saya berhenti mengerjakan try out UTBK untuk refreshing. Kenapa begitu? Agar waktu mengerjakan UTBK, otak saya masih fresh, tidak blank. Ternyata, refreshing menjadi saran dari kebanyakan guru sekolah saya sebelum ujian, termasuk UTBK. Jadi, hal ini memang benar-benar diakui oleh banyak orang. Untuk itu, saya mengambil dua hari terakhir untuk melakukan apa yang saya mau, seperti bermain game seperti dulu. Demi apa? Demi merasa nyaman waktu UTBK.
Datanglah hari giliran saya UTBK. Memang saya gemetaran, tetapi dengan perjuangan saya sejauh ini, saya yakin bisa mengerjakan dengan lancar. Selesailah sudah UTBK, tetapi saya masih merasa tegang karena soal UTBK benar-benar susah. Tapi yah, it is what it is, saya pun membiarkannya dan berdoa semampu saya supaya lulus pilihan pertama.
Sebulan setelah UTBK, saya pun menangis. Bukan menangis sedih ya, menangis bahagia, bahagia bisa melihat usaha saya tidak sia-sia. Yap betul, saya lulus SNBT di pilihan pertama, S1 Psikologi Universitas Airlangga. Siapa sangka, Dean Markley Vadiamora yang pemalas ini masih bisa lulus SNBT di salah satu jurusan terketat pula. Akhirnya, saya pun bisa terbaring dengan menghela nafas lega.