Mohon tunggu...
Deanisa
Deanisa Mohon Tunggu... -

mahasiswa Fisip Atma Jaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Merunduk Bersama Sejarah Kehidupan

30 April 2014   03:38 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:02 109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Diusia 83 tahun tubuhnya sudah tak setangguh seperti dahulu kala saat menjadi veteran, tetapi semangatnya dalam menjalani hidup masih sangat tangguh. Hari – hari tuanya tidak pernah digunakan untuk tertegun dalam keheningan, justru ia abdikan bagi orang lain.  Laki – laki tangguh ini memiliki nama lengkap DRS. Hadjir Digdodarmodjo dan sering dipanggil bapak Hadjir.

Beliau tak hanya pernah menjadi veteran, tetapi juga guru Seni di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta 15 tahun yang lalu sebelum pensiun. Jiwa seninya yang sudah mengalir sedari kecil, membuatnya pada tahun 70-an mendirikan rumah batik dirumahnya. Selain itu, rumahnya yang hanya berjarak 3 meter dari depan pintu gerbang Tamansari, sangat strategis untuk menarik wisatawan yang ingin belajar membatik.

Hingga saat ini, diusianya yang tak lagi muda ia sudah memiliki anak didik kursus membatik sebanyak 3464 orang. Tak hanya dari kalangan biasa, istri duta India juga pernah belajar dengannya. Bapak Hadjir juga pernah diliput oleh Washington Post , beliau juga pernah di beri beasiswa oleh murid kursusnya yang kebetulan guru di Australia untuk mengajarkan membatik di Australia. Tepatnya di Mafra High School Melbourne. Tentunya  dengan prestasi tersebut jangan diragukan lagi kemampuan bahasa  Inggrisnya, beliau juga menguasai bahasa Jepang.

Bapak empat orang anak ini tak berhenti begitu saja menorehkan sejarah dalam hidupnya. Disela – sela kesibukanya selama ini, ia masih memiliki komitmen kuat untuk menyumbangkan tenaganya untuk Tuhan dan masyarakat sekitar.  Pada 1973 beliau dan beberapa orang temannya berkeinginan untuk mendirikan masjid. Keinginan tersebut ia perjuangkan hingga datang ke Sri Sultan Hamengkubuwono IX . Tujuanya agar Sultan memberikan tanah kepada warga masyarakat untuk mendirikan masjid dan akhirya diberi sebidang tanah untuk membuat masjid. Tidak hanya itu, beliau juga mengusahakan mencari dana hingga Pak Soeharto. Saat itu dana yang diberikan Rp. 7.701.000 untuk mendirikan masjid tersebut.

Orang terbiasa datang ke Tamansari hanya untuk mengetahui tentang Tamansari saja. Tetapi saat kita akan masuk kawasan tamansari terdapat masjid dengan aksen kental ornamen bangunan jawa. Namanya masjid Kraton Soko Tunggal yang salah satu pendirinya Bapak Hadjir. Pada masa akan mendirikan, Sultan pernah berpesan pada Bapak Hadjir agar bangunanya tetap dipertahankan memiliki ciri khas kraton agar memiliki kesinambungan dengan Tamansari. Masjid Kraton Soko tunggaljuga menjadi monumen peringatan 10 orang yang telah meninggal di alun – alun utara, kepentingan pariwisata dan memberikan ruang untuk beribadah. Bangunan masjid Kraton Soko tunggal seluruhnya direncanakan oleh R. Ng. Mintoboedojo, dengan kapasitas menampung 600 jemaah. Jika para jamaah duduk di ruangan masjid akan terlihat 4 buah saka bentung dan 1 buah saka guru. Semuanya berjumlah 5 buah, yang merupakan lambang Negara kita Pancasila. Sedangkan soko guru merupakan lambang sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dari tahun 1973 hingga saat ini, beliau masih menjadi takmir masjid.  bahkan beliau berkeinginan untuk terus menjadi takmir masjid sepanjang hidupnya. Beliau masih ingin melihat masjid Soko tunggal berdiri kokoh dengan umur bangunanya yang sudah tua. Seakan masjid  Soko telah menjadi saksi bisu dalam kehidupanya. Semua jiwa Nasionalisme saat menjadi Veteran terwakilkan oleh arti Soko (tiang) yang berdiri kokoh ditengah masjid. beliau mengibaratkan kokohnya bangsa ini dari nilai – nilai pancasila sesuai dengan sejarah masjid.

Entah berapa banyak tetesan keringat yang telah dicurahkan untuk membangun masjid Soko tunggal, yang jelas saat ini Beliau telah bahagia bisa mendirikan masjid Soko tunggal. Kebahagian itu karena pada masa lalu, masyarakat daerah Tamansari menjadi PKI dengan adanya bangunan tersebut telah membuat PKI menjadi muslim. Hingga saat ini kebahagian tersebut tak kan pernah tergambarkan. Kini hidupnya ditumpahkan untuk keluarga, masjid Soko tunggal dan seni. Haji Hadjir sama halnya dengan padi yang semakin berisi semakin merunduk, beliau tidak pernah sombong dengan apa yang telah diukirnya selama ini. Menjadi semakin merunduk saat prestasi telah diraihnya selama sejarah dalam sepanjang hidupnya.

[caption id="attachment_321914" align="aligncenter" width="266" caption="Bapak Hadjir diusinya 83 tahun."]

1398778764292326802
1398778764292326802
[/caption]

[caption id="attachment_321915" align="aligncenter" width="300" caption="Halaman depan rumah Hadjir, tempat untuk belajar membatik"]

13987788131100481812
13987788131100481812
[/caption]

[caption id="attachment_321916" align="aligncenter" width="200" caption="Masjid Kraton Soko Tunggal"]

139877885771832539
139877885771832539
[/caption]

[caption id="attachment_321917" align="aligncenter" width="300" caption="Interior Masjid Kraton Soko Tunggal"]

1398778894508454592
1398778894508454592
[/caption]

[caption id="attachment_321918" align="aligncenter" width="300" caption="Interior Masjid Kraton Soko Tunggal"]

1398778946635721257
1398778946635721257
[/caption]

[caption id="attachment_321919" align="aligncenter" width="200" caption="Soko Guru didalam masjid Kraton Soko tunggal"]

13987789831311697037
13987789831311697037
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun